Judul: MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK
Penulis: Intan Kurniawati
MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK
Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Retribusi Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Sleman tahun 2005 – 2012
Oleh:
Intan Kurniawati1
Prof. Akhmad Fauzy, S.Si.,M.Si.,Ph.D.2
INTISARI
Kerja praktek ini dilaksanakan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman pada tanggal 1 Februari sampai dengan 28 Februari 2013. Data yang dianalisis adalah data sekunder selama 8 tahun dari tahun 2005 – 2012 data tersebut adalah data kunjungan wisata, penerimaan retribusi, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor wisata Kabupaten Sleman. Berdasarkan data tersebut ingin diketahui Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Retribusi Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Sleman tahun 2005 – 2012, metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dalam melakukan analisis tersebut data diolah menggunakan bantuan Software SPSS. Variabel kunjungan wisata dan penerimaan retribusi digunakan sebagai variabel independen, sedangkan variabel PAD sektor pariwisata Kabupaten Sleman sebagai variabel dependen. Hasil yang diperoleh dari analisis regresi linier berganda bahwa tidak ada variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), akan tetapi kedua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang simultan (bersama-sama) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)besar pengaruhnya yaitu sebesar 12,446.
Kata Kunci: Kunjungan Wisata,Retribusi, PAD, Sleman, Analisis Regresi Linier Berganda
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Salah satu usaha meningkatkan pendapatan asli daerah, yaitu program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah, hal tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.
1Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia
2Dosen Pembimbing Kerja Praktek Jurusan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia
Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 :14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Seiring berkembangnya pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanjaannya, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan jasa. Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investment Derived Demand) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain (Spillane, 1994 : 20)
Dengan adanya hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak terhadap pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4) dampak terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan dan control, (7) dampak terhadap
pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, oleh karena itu harus diimbangi dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan dapat berkembang dengan baik. Kabupaten Sleman merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi wilayahnya untuk dijadikan tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang dimiliki Kabupaten Sleman cukup banyak dan bervariasi. Obyek dan Daya Tarik Wisata yang terdiri atas obyek wisata alam, museum, peninggalan purbakala, pusat kesenian, pusat kerajinan. Obyek wisata sebanyak itu belum mencakup atraksi wisata,
Kepariwisataan di Kabupaten Sleman berkembang cukup baik, bahkan beberapa kawasan dan obyek pariwisatanya telah terkenal hingga ke mancanegara. Kawasan Lereng Merapi sebagai kawasan wisata alam di Sleman telah menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya, dikarenakan banyak pilihan obyek wisata yang dapat dikunjungi disana salah satunya yaitu wisata erupsi gunung Merapi, disamping itu di kawasan Lereng Merapi sudah berkembang beberapa jasa akomodasi sehingga kawasan Lereng Merapi telah menjadi ikon Pariwisata di Kabupaten Sleman. Selain kawasan pariwisata Lereng Merapi, di Kabupaten Sleman terdapat pilihan obyek – obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Bentuk pilihan yang ditawarkan di Kabupaten Sleman yaitu meliputi: Wisata Alam, Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Monumen-Museum, Desa Wisata, Wisata Minat Khusus, Wisata Kampus, Wisata Kuliner. Adapun obyek wisata yang sudah terkenal dan yang ramai dikunjungi adalah: Kawasan Wisata Kaliurang, Candi Prambanan, Candi Boko, Monumen Jogja Kembali, Museum Dirgantara Mandala.
Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan yang menentukan dan dapat sebagai katalisator untuk meningkatkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utama (Salah, 2003 : 16)
Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi penerimaan daerah maka Pemerintah Kabupaten Sleman dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui inovasi-inovasi baru dalam upaya peningkatan pendapatan daerah. Inovasi yang dimaksud salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas dan obyek-obyek kepariwisataan yang baru di Kabupaten Sleman. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi obyek wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah. Dengan adanya hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Retribusi Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Sleman tahun 2005 – 2012.1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dijelaskan tersebut maka menjadi fokus penelitian adalah :
"Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Retribusi Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Sleman tahun 2005 – 2012 ".
Adapun rumusan masalah penelitian ini dapat dikemukakan adalah 'Apakah jumlah kunjungan wisatawan dan penerimaan retribusi obyek wisata Kabupaten Sleman berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sleman?'1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :Ruang lingkup penelitian dilakukan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.
Objek penelitian merupakan data Kunjungan Wisatawan, Retribusi, Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Data yang digunakan merupakan data tahun 2005-2012.
Data diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2010.
Metode analisa yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda, variabel dependen yang digunakan adalah PAD dan variabel independenya adalah Kunjungan wisata dan Retribusi.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan penerimaan retribusi obyek wisata Kabupaten Sleman terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sleman.1.5 Manfaat Penelitian
Secara akademis, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam memberikan acuan, informasi dan rangsangan kepada pihak lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Sleman dalam rangka menggali potensi dan sumber-sumber peningkatan Pendapatan Daerah khususnya sektor pariwisata daerah Kabupaten Sleman .LANDASAN TEORI
2.1 Wisatawan.
Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undangundang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.2.2 Retribusi
Menurut UU No. 34 tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 tahun 1997 bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. Pajak Daerah atau yang disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber dalam daerah sendiri, yang dipungut berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut menuntut daerah untuk meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber penerimaan daerah khususnya yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri.
2.4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terhadap model regresi yang digunakan, dilakukan agar dapat diketahui apakah model regresi tersebut merupakan model regresi yang baik atau tidak (Ghozali, 2001).2.4.1 Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinieritas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Toleransinya. Apabila nilai matrik korelasi tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan data yang akan dianalisis bebas dari multikolinieritas. Kemudian apabila nilai VIF berada dibawah 10 dan nilai toleransi mendekati 1, maka diambil kesimpulan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat multikolinieritas (Singgih Santoso, 2000).2.4.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Heteroskedastisitas (Ghozali, 2001). Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan nilai residualnya (SRESID).
2.4.3 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.2.4.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dilakukan dengan Run Test. Jika asymp sig. pada output runs test > 5%, maka data tidak mengaalami/mengandung autokorelasi, dan sebaliknya.
2.5 Uji Koefisien Analisis Regresi Berganda
2.5.1 Uji t
Digunakan untuk menguji berarti atau tidaknya hubungan variabel-variabel independentdengan variabel dependen.2.5.2 Uji F (Uji Simultan)
Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel dependent, apakah benar-benar berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen Y.2.5.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) dilakukan untuk melihat adanya hubungan yang sempurna atau tidak, yang ditunjukkan pada apakah perubahan variabel bebas (Variabel Independen) akan diikuti oleh variabel terikat (Variabel Dependen) pada proporsi yang sama.
2.6 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hubungan independen (X) terhadap variabel dependen (Y).Persamaan regresi yang dipakai adalah sebagai berikut (Supranto, 1998):
Y = β1 Χ1 + β2 Χ2 + е
Keterangan :Y = Variabel dependen (Y)
β1 = Koefisien regresi dari variabel (X1)
X1 = Variabel Independen (X1)
β2 = Koefisien regresi dari variabel (X2)
X2 = Variabel Independen (X2)
e = Standar error
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran perhitungan nilai maksimun dan minimum, rata-rata serta standar deviasi sehubungan dengan penelitian pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Sleman. Analisis deskriptif dalam penelitian ini didasarkan pada data time series seperti yang terlihat dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel Satuan Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kunjungan Wisatawan Orang 1.420.000 3.600.000 2.681.700 817.289
Retribusi (Rupiah) 442.000.000 2.680.000.000 1.393.600.000 870.836.000
PAD (Rupiah) 14.600.000.000 55.500.000.000 3.010.800.000 14.202.500.000
Tabel 3.1 mendeskripsikan bahwa variabel jumlah kunjungan wisatawan memiliki nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 1.420.000 dan 3.600.000 dengan rata-rata 2.681.700 dan standar deviasi 817.289. Variabel retribusi obyek wisata mempunyai nilai minimum 442.000.000dan maksimum 2.680.000.000 dengan rata-rata 1.393.600.000 dan standar deviasi 870.836.000. Nilai kisaran aktual variable pendapatan asli daerah minimum 14.600.000.000 dan maksimum 55.500.000.000 dengan rata-rata 3.010.800.000 dan standar deviasi 14.202.500.000.Uji Asumsi Klasik
3.2.1 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinieritas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Toleransinya. Apabila nilai matrik korelasi tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan data yang akan dianalisis bebas dari multikolinieritas. Kemudian apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai toleransi lebih dari 0,1, maka diambil kesimpulan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat multikolinieritas (Singgih Santoso, 2000). Hasil uji Multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini:
Tabel 3.2
Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistic Variabel Toleran VIF
Jumlah Kunjungan Wisatawan 0,170 5,878
Penerimaan Retribusi 0,170 5.878
Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa model regresi tidak mengalami gangguan multikolinieritas. Hal ini tampak pada nilai tolerance masingmasing variabel lebih besar dari 10 persen (0,1). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi tersebut.3. 2. 2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000). Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan nilai residualnya (SRESID). Jika titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur seperti gelombang besar melebar, kemudian menyempit maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y tanpa membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dari program SPSS dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pada gambar 3.1 dapat dilihat bahwa titik-titik pada grafik scatterplot tidak mempunyai pola penyebaran yang jelas dan titik-titik tersebut menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas pada model regresi.3.2.3 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat grafik Normal Probability Plot (Ghozali, 2005).
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, dapat dilakukan dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika data menyebar di sekitar garis dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas tetapi jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini:
Gambar 3.2
Hasil Uji Normalitas
Pada gambar 3.2 dapat dilihat bahwa grafik normal probability plot menunjukkan pola grafik yang normal. Hal ini terlihat dari titik yang menyebar di sekitar grafik normal. Hal ini terlihat dari titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Oleh karena ini dapat disimpulkan bahwa model regresi layak diapaki karena memenuhi asumsi normalitas.3.2.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dilakukan dengan Run Test. Jika asymp sig. pada output runs test > 5%, maka data tidak mengaalami/mengandung autokorelasi, dan sebaliknya.
Hasil uji autokorelasi untuk nilai asymp sig. adalah 0,703 atau lebih besar dari 5%(0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak mengalami/mengandung autokorelasi.
3.3 Uji Koefisien Regresi Linier Berganda
3.3.1. Uji t
Digunakan untuk menguji berarti atau tidaknya hubungan variabel-variabel independent Jumlah Wisatawan (X1) dan Penerimaan Retribusi (X2) dengan variabel dependen Pendapatan Asli Daerah (Y).Tabel 3.3
Hasil uji t
Variabel Hasil Uji
Signifikansi
Jumlah Wisatawan 0,762
Penerimaan Retribusi 0,066
Berdasarkan tabel 3.3, maka hasil uji t pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Jumlah Wisatawan
Hipotesis variabel Jumlah Wisatawan adalah:
- H0 : β = 0, variabel Jumlah Wisatawan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah.
- H1 : β ≠ 0, variabel Jumlah Wisatawan mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah
Pada variabel Jumlah Wisatawan dengan tingkat signifikansi 95% (α =0,05). Angka signifikansi (P Value) pada variabel Jumlah Wisatawan sebesar 0,762 > 0,05. Atas dasar perbandingan tersebut, maka H0 diterima atau berarti variabel Jumlah Wisatawan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah.2. Variabel Penerimaan Retribusi
Hipotesis variabel Penerimaan Retribusi:
- H0 : β = 0, variabel Penerimaan Retribusi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah.
- H1 : β ≠ 0, variabel Penerimaan Retribusi mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah
Pada variabel Penerimaan Retribusi dengan tingkat signifikansi 95% (α =0,05). Angka signifikansi (P Value) pada variabel Penerimaan Retribusi sebesar 0,066>0,05. Atas dasar perbandingan tersebut, maka H0 diterima atau berarti variabel Penerimaan Retribusi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah.3.3.2 Uji Simultan (Uji F)
Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel dependent, apakah variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1), Penerimaan Retribusi (X2) benar-benar berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen Y (Pendapatan Asli Daerah).
Tabel 3.4
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.176E21 2 5.879E20 12.446 .011a
Residual 2.362E20 5 4.724E19 Total 1.412E21 7 a. Predictors: (Constant), kunjunganwisata, retribusi b. Dependent Variable: PAD Dari hasil uji F pada penelitian ini didapatkan nilai F hitung sebesar 12,446 dengan angka signifikansi (P value) sebesar 0,011. Dengan tingkat signifikansi 95% (α =0,05). Angka signifikansi (P value) sebesar 0,011<0,05. Atas dasar perbandingan tersebut, maka H0 ditolak atau berarti variabel Jumlah Wisatawan dan Penerimaan Retribusi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah.3.3.3 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) dilakukan untuk melihat adanya hubungan yang sempurna atau tidak, yang ditunjukkan pada apakah perubahan variabel bebas (Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Penerimaan Retribusi) akan diikuti oleh variabel terikat (Pendapatan Asli Daerah) pada proporsi yang sama. Pengujian ini dengan melihat nilai R Square (R2). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1. Selanjutnya nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependent (Ghozali, 2005).Tabel 3.5
Hasil Uji Regresi (Koefisien Determinasi)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .913a .833 .766 6.87281E9
a. Predictors: (Constant), kunjunganwisata, retribusi
Pada tabel 3.5 dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R2 adalah sebesar 0,766. Hal ini dapat diartikan bahwa Nilai determinan mendekati 1 yang berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependent.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Dari hasil regresi dengan menggunakan program SPSS, maka didapatkan koefisien regresi yang dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6
Hasil Uji Regresi (Koefisien Regresi)
Berdasarkan pada tabek 3.6 maka didapatkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = -0,142 X1+1,040 X2
Persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Nilai -0,142 pada variabel Jumlah Kunjungan Wisata (X1) adalah bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi Kunjungan Wisata yang pada Kabupaten Slemam, tidak berarti akan semakin tinggi pula Pendapatan Asli Daerah.
2. Nilai 1,04 pada variabel Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi Penerimaan Retribusi di Kabupaten Sleman, maka akan semakin tinggi pula Pendapatan Asli Daerah.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada BAB V maka akan diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut Y = -0,142 X1+1,040 X2.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda maka dapat dilihat bahwa dari variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, tidak ada yang berpengaruh dominan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dimana Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan tidak mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan faktor Penerimaan Retribusi Obyek Wisata berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F (secara bersama-sama atau simultan) dapat dijelaskan bahwa kedua variable yaitu Kunjungan Wisatawan (X1) dan Retribusi Obyek Wisata (X2) terhadap variabel terikat Pendapatan Asli Daerah (Y) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hitung sebesar 12,446 dengan angka signifikansi (P Value) sebesar 0,011 < 0,05.
Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan adalah 0,766. Hal ini berarti sebesar 76,6 persen perubahan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dijelaskan oleh perubahan variabel Kunjungan Wisatawan dan Retribusi Obyek Wisata secara bersama-sama, sedangkan sisanya sebesar 23,4 persen dijelaskan oleh variable lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
4.2 Saran
Adanya pengaruh tidak signifikan dan negatif antara Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah, maka perlu diperhatikan untuk pemerintah Kabupaten Sleman untuk lebih ditingkatkan lagi fasilitas dan perawatan obyek wisata sehingga akan menarik wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke Kabupaten Sleman. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
DAFTAR PUSTAKA
Devas, N., Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey and Roy Kelly.1989. Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia, (terjemahan oleh Masri Maris), UI- Press. Jakarta.
Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang
Harits, Benyamin. 1995. "Peran Administrator Pemerintah Daerah, Efektifitas Penerimaan
Retribusi Daerah Pemda Tingkat II Se-Jawa Barat", Prisma, No. 4, Tahun XXIV,
81 – 95.
Koho. 2001. "Prospek Otonomi Daerah di Negara RI". Cetakan ke 5 PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Koswara, E, 2000. Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999; Suatu Telaahan Menyangkut Kebijaksanaan, Pelaksanaan dan Kompleksitasnya, Analisis CSIS Tahun XXIX/2000, No. 1,36 –53. Kunarjo. 1996. Perencanaan dan Pembiayan
Lundberg, E Donald., Stavenga, Mink H., dan Krishnamoorthy, M. 1997. Ekonomi Pariwisata.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mardiasmo dan Makhfatih,Akhmad. 2000. "Perhitungan Potensi Pajak Dan Retribusi Daerah Di
Kabupaten Magelang", Laporan Akhir, Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.Mahi. 2000. Prospek Desentralisasi di Indonesia ditinjau Dari Segi Pemerataan Antar Daerah dan
Peningkatan Efesiensi Analisis CSI 8 Tahun XXIX/2000 Nomor I, 55 – 66.
Munawir, S. 1997. Perpajakan, Liberty, Edisi Kelima Cetakan Kedua. Yogyakarta.McQueen, Jim. 1998. Development of a Model for User Fees, "A Model on Policy Development
in Creating and Maintaining User Fees for Municipalities", MPA Research Paper, Submitted to: The Local Government Program, Dept. of Political Science, The Univ. Western Ontario, Aug. 1998, 1-23.
Pendit, S Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuang Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita.Jakarta.
Pendit, S. Nyoman. 1990. Inventarisasi Industri Pariwisata Indonesia, Indonesia dalam Era
Globalisasi, Bank Summa. Jakarta.
Santoso, Bagus. 1995. "Retribusi Pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah, Studi Kasus Pasar
Kabupaten di Sleman", Prisma, No. 4, Tahun XXIV, 19-35.
Spillane, J James. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Kanisius.Yogyakarta.Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan.
Kanisius. Yogyakarta.
Wahab, Salah. 2003. Industri Pariwisata Dan Peluang Kesempatan Kerja, PT.Pertja Jakarta.
Yoeti, Oka A.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata.PT.Angkasa. Bandung.
Terimakasih telah membaca MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat
0 komentar: