Februari 10, 2017

Epistimologi Pendidikan

Judul: Epistimologi Pendidikan
Penulis: M. Al-Lueng Daneuny


Nama: Muntadhar
Prodi/Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam
Kelas : MPI-A
Semester : I
Resume Makalah
FILSAFAT PENDIDIKAN
MATERI:
Epistemologi Pendidikan
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan "misteri" pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda, bukan saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi persoalannya.
Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan. Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut. Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri. Setelah memahami substansi belajar tersebut, dia baru bisa menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori belajar, prinsip-prinsip belajar, hambatan-hambatan belajar, cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan "jalan pembuka" bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian).
Demikian pula, pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya, sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu.
Menurut Amsal Bakhtiar Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan  dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian , dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban  atas pernyataan  mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Dengan demikian, epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia.
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri dari unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya. Dalam pengetahuan harus ada subjek (kesadaran untuk mengetahui sesuatu) dan objek (sesuatu yang dihadapi sebagai hal yang ingin diketahui). Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya. Terjadinya pengetahuan dapat bersifat apriori dan aposteriori. Apriori yaitu pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin. Aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.
Sumber-sumber pengetahuan antara lain: Pengalaman indera (sense experience), Nalar (reason), Intuisi (intuition), Wahyu (revelation), Otoritas (authority), dan Keyakinan (faith). Substansinya, Epistemologi pendidikan adalah filsafat tentang sumber-sumber pendidikan dan seluk-beluk pendidikan. Secara epistemologi, landasan pendidikan mengacu pada fitrah sebagai dasar pengembangan dan inovasi pendidikan yang berkarakter, karena pendidikan yang berkarakter selalu bertolak dari aspek-aspek kemanusiaan. Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan dasar kurikulum yaitu menyangkut materi yang bagaimana serta bagaimana cara menyampaikan pengetahuan kepada anak didik disekolah.
Pertanyaan mengenai mengapa salah satu mata pelajaran dijadikan pelajaran wajib dan mengapa pelajaran lain dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan juga merupakan penerapan epistemologi dalam bidang pendidikan. Beberapa contoh lain adalah menyangkut pertanyaan berikut: metode mana yang paling tepat digunakan dalam proses pendidikan? Dengan sistem pendidikan yang mana kegiatan pendidikan dilaksanakan untuk mendapatkan nilai pendidikan yang benar?. Pertanyaan-pertanyaan ini jika dikaitkan dengan epistemology pendidikan, maka epistemologinya menekankan pada upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan. Jelaslah bahwa aktivitas berfikir dalam epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreatifitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi.
Jika dikaitkan dengan kondisi pendidikan bangsa Indonesia dengan paparan makalah ini, modernism dan modernisasi  sistem dan kelembagaan pendidikan Islam berlangsung sejak awal abad ini hingga sekarang nyaris tanpa melibatkan wacana epistemologi, modernism dan modernisasi  sistem kelembagaan pendidikan Islam cenderung diadopsi dan diimplementasikan  begitu saja. Karena itu ,modernism dan modernisasi system kelembagaan  pendidikan Islam  di Indonesia  berlangsung secara sementara dan parsial.Sebab itulah, modernisasi yang dilakukan kemudian cenderung bersifat involutuf; yakni sekedar perubahan-perubahan  yang hanya memunculkan kerumitan-kerumitan  baru dari pada terobosan-terobosan yang betul-betul bisa dipertanggungjawabkan, baik dari segi konsep maupun viabilitas, kelestarian dan kontinuitasnya.
Kenyataan inilah  sehingga memunculkan  persoalan  menyangkut identitas  atau "distingsi" Islam pada madrasah-madrasah  pasca UUSPN 1989. Karena madrasah adalah sekolah umum, lalu dimanakah identitas Islamnya?. Identitas itu tidak memadai  jika hanya terletak  pada guru-gurunya yang memulai pelajaran  dengan ucapan  "basmallah"dan "salam", atau adanya  musalla dan fasilitas keagamaan lainnya. Konsekuensinya , identitas  itu harus dicari  dan dirumuskan  pada tingkat epistemology  dan juga aksiologis  ilmu-ilmu yang diajarkan di madrasah. Jika demikian  pekerjaan rumah  yang tidak ringan adalah  bagaimana persisnya dan sepatutnya  secara epistemology menjelaskan "ilmu-ilmu empiris"atau "ilmu-ilmu  alam" dari kerangka epistemology Islam.
Menurut penulis hal ini adalah suatu keharusan, jika kita ingin menjadikan ilmu pengetahuan  dapat mensejahterakan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan sains sekarang ini samapai pada taraf yang tidak manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia  sendiri yang telah merencanakan  dan menghasilkannya,  mengancam keamanan manusia dalam bidang persenjataan , menghabiskan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui, dalam bidang kedokteran  yang telah mengubah batas-batas paling pribadi, perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang antara yang kaya dan yang miskin. Menurut  Gregory Bateson , permasalahan ini disebabkan oleh kesalahan epistemology barat yang sekuler  berpusat pada pemuasan nafsu yang dibangun  dari empirisme, duniawi, humanistic, utiliter dan hedonistic.
Untuk itu Pendidikan Islam harus dapat menjadi antithesis dari kesalahan epistemology barat tersebut.ayat-ayatnya yang bersifat tekstual (al-Qur'an dan al-Hadis), maupun ayat-ayatnya yang bersifat kontekstual (kauniyah).
Jadi berangkatnya  epistemology pendidikan Islam  dari suatu keyakinan keimanan kepada  Allah SWT. yang telah memberikan wahyu  kepada Rasul Muhammad  SAW. untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan kehidupan di akherat.  Sehingga al-Qur'an  dan al-Hadis  merupakan kebenaran itu sendiri yang akan diakomodasikan  dalam perumusan teori-teori pendidikan . Adapun  kajian empiris keilmuan dan rasional filosofis adalah media untuk menalar pesan-pesan Tuhan yang absolute, baik melalui ayat–ayat  yang bersifat tekstual (al-Qur'an dan al-Hadis), maupun ayat-ayatNya yang kontekstual (kauniyah) yang telah dijabarkan  melalui sunnatullah.


Download Epistimologi Pendidikan.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca Epistimologi Pendidikan. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

RANGKUMAN LENGKAP PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-9 TUGAS I RANGKUMAN PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-3 MODUL 1 HAKIKAT MANUSIA DANPENDIDIKAN Rangkuman KB 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia

Judul: RANGKUMAN LENGKAP PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-9 TUGAS I RANGKUMAN PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-3 MODUL 1 HAKIKAT MANUSIA DANPENDIDIKAN Rangkuman KB 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia
Penulis: Irfan Wilianto


RANGKUMAN LENGKAP PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-9
TUGAS I
RANGKUMAN
PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 1-3
MODUL 1
HAKIKAT MANUSIA DANPENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia
Permasalahan tentang hakikat manusia merupakan objek studi salah satu cabang metafisika, yaitu antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusi di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan "prinsip adanya" (principlede'etre) manusia.
Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, struktur metafisiknya, serta karakteristik dan makna eksistensinya di dunia.
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar keimanan hal ini jelas kita akui dan kita pahami; dalam filsafat hal ini didukung oleh argumen kosmologi, sedangkan secara faktual terbukti adanya fenomena kemakhlukan yang dialami manusia.
Manusia adalah kesatuan badaniirohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan tujuan hidup. Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu beriman dan bertakwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya.
Dalam eksistensinya manusia  memiliki berbagai aspek kehidupan individualisme, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Semua itu, mengimplikasikan interasksi atau komunikasi, historisitas, dan dinamika.
Rangkuman KB 2:Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan
Setelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia. Untuk menjadi manusia, ia perlu dididik dan mendidik diri. Sehubungan dengan ini M. J. Lengeveld menyebut manusia sebagai Animal Educandum. Terdapat 3 asas antropologis yang mengimplikasikan bahwa perlu manusia dididik dan mendidik diri, yaitu:
·         manusia adalah makhluk yang belum selesai menjadi manusia
·         tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia
·         bahwa perkembangan manusia bersifat terbuka
Dalam kenyataannya manusia perlu dididik dan mendidik diri tersirat makna bahwa manusia dapat dididik. M. J. Langeveld menyebutnya Animal Educabile. Terdapat 5 asas antropologis yang mengimplikasikan kemungkinan manusia untuk dapat dididik, yaitu:
·         asas potensialitas
·         asas sosialitas
·         asas individualitas
·         asas moralitas
·         asas dinamika
Rangkuman KB 3: Pendidikan, Martabat, dan Hak Asasi Manusia
Pendidikan dapat kita definisikan sebgai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia, yaitu upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Sebab merealisasikan hakikatnya secara total maka pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara sadar denganbertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia.
Hidup bagi manusia bukan sekadar hdidup sebgaimana hidupnya tumbuhan atau hewan, melainkan hidup sebagai manusia. Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan hak untuk mendapatkan pendidikan. Hak inilah yang diperjuangkan berbagai organisasi internasional belakangan ini untuk dimasukkan sebagai tambahan daftar hak asasi manusia.
Sebab hak asasi manusia diinjak-injak oleh penguasa pemerintahan monarki dan absolutisme, tercatat dalam sejarah di Eropa, pada awalnya melalui pendidikan hak asasi diupayakan agar diperoleh setiap individu warga negara. Selanjutnya, hak asasi manusia mengimplikasikan hak pendidikan dan demokrasi pendidikan. Pendidikan mesti bersifat demokratis, dan dilaksanakan kewajiban belajar. Mengenai hal ini, sehari setelah proklamasi kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah menyatakan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Sekalipun menghadapi berbagai kendala, program wajib belajar telah dimulai sejak 1950 dan sampai kini terus diupayakan. Orang tua, masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan sebagai jaminan akan hak pendidikan bagi setiap individu atau warga negara. Hal ini sebgaimana dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003.
MODUL 2
LANDASAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Landasan yuridis dan landasan filosofis pendidikan
Landasan pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang berfungsi sebagai titik tolak dalam berfikir dan bertindak dalam rangka pendidikan. Agar sesuai dengan fungsi dan sifatnya serta agar dapat dipertanggung jawabkan, pendidikan harus mempunyai landasan yang kokoh. Berdasarkan sumbernya, landasan pendidikan meliputi landasan religius pendidikan, landasan filosofis pendidikan, landasan ilmiah pendidikan dan landasan yuridis pendidikan. Landasan yuridis pendidikan nasional Indonesia tersurat dalam seperangkat peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia yang berkenaan dengan pendidikan. Di dalam landasan yuridis pendidikan nasional termaktub, antara lain tentang mengapa pemerintah harus bertanggungjawab melaksanakan pendidikan, hak warga Negara untuk mendapatkan pendidikan, dasar pendidikan nasional, tujuan dan fungsi pendidikan nasional. Landasan yuridis pendidikan tersebut bersifat ideal dan normative, asumsi-asumsinya diharapkan dan mengikat untuk dijadikan titik tolak praktik pendidikan.Terdapat berbagai aliran filsafat pendidikan (Idealisme, Realisme, Pragmatism), tetapi sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD NegaraIndonesia Tahun 1945 dan tersurat dalam Pasal 1 ayat (2) UU RI No.20 Tahun 2003 bahwa dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945. Karena itu, landasan filosofis pendidikan nasional merupakan asumsi-asumsi filosofis pendidikan yang dideduksi dari filsafat Pancasila.Rangkuman KB 2: Landasan Ilmiah Pendidikan
Landasan ilmiah pendidikan merupakan asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari hasil studi disiplin ilmu tertentu yang dijadikan tiitik tolak berpikir dan bertindak dalam rangka pendidikan. Landasan ilmiah pendidikan, antara lain landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis pendidikan, landasan ekonomi pendidikan dan sebagainya.
Secara psikologis, individu memerlukan pendidikan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai tahap perkembangannya. Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Karena itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktik pendidikan. Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas perkembangan peserta didik memungkinkan akibat negative dari perkembangan selanjutnya. Terdapat perbedaan asumsi mengenai factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu sebagaimana dikemukan tokoh-tokoh teori empirisme, nativisme, dan konvergensi. Demikian juga terdapat perbedaan asumsi-asumsi mengenai bagaimana individu belajar sebagaimana termuat dalam teori belajar atau psikologi behaviorisme, kognitif, dan humanism.Ditinjau dari sosiologi, pendidikan berarti sosialisasi. Pendidikan merupakan pranata social yang berfungsi untuk mensosialisasikan generasi muda pada suatu masyarakat, agar terwujud homogenitas atau konformitas. Ditinjau dari antropologi pendidikan berarti enkulturasi. Enkulturasi dilakukan masyarakat karena kebudayaan menjadi milik manusia tidak dibawa dari sejak lahir, dan demi mempertahankan eksistensi masyarakat itu sendiri. Ditinjau dari sejarah, pendidikan berarti enkulturasi khusus. Sedangkan ditinjau dari ekonomi, pendidikan berarti human investmen. Terdapat hubungan timbal balik antara pendidikan dengan masyarakat, demikian pula dengan kebudayaan dan ekonomi.MODUL 3
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Lingkungan Pendidikan Terpusat
Pendidikan: Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat
Dalam arti luas pendidikan adalah hidup, semua pengalaman hidup yang berlangsung didalam lingkungan dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu adalah pendidikan. Sebab itu, lingkungan dimana individu hidup merupakan lingkungan pendidikan baginya. Dalam konteks system pendidikan dan konsep pendidikan sepanjang hayat, pendidikan dapat berlangsung baik didalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Ketiga lingkungan pendidikan tersebut merupakan komponen sistem pendidikan. Keluarga tergolong lingkungan pendidikan informal, sekolah tergolong lingkungan pendidikan formal, sedangkan masyarakat (selain keluarga dan sekolah) tergolong dalam pendidikan nonformal. Masing-masing lingkungan pendidikan tersebut memiliki karakteristik tertentu berkenaan dengan tujuan pendidikannya, peserta didiknya, isi pendidikannya, cara-cara pelaksanaan pendidikannya, evaluasinya, dan sebagainya. Namun demikian antara lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat terdapat hubungan yang erat dan saling melengkapi, baik berkenaan dengan kepentingan pendidikan bagi peserta didik maupun dalam rangka pelaksanaannya.Rangkuman KB 2: Pendidikan sebagai Suatu Proses
Proses pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi sosial) antara pendidik dengan peserta didik dengan menggunakan isi, metode, dan alat pendidikan tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Karakteristik pergaulan yang mengandung situasi pendidikan sebagai suatu proses pendidikan adalah :1.      Adanya upaya mempengaruhi
2.      Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang ditujukan kepada anak (orang yang belum dewasa) agar mencapai kedewasaan.
Kewajaran (wajar) dan ketegasan (tegas) merupakan 2 sifat yang harus diperhatikan dalam mengubah situasi pergaulan biasa kedalam situasi pendidikan. Proses pendidikan bukanlah pembentukan seseorang, melainkan usaha pengembangan potensi peserta didik atas dasar kedaulatan peserta didik dan kewibawaan pendidik. Kewibawaan merupakan syarat mutlak proses pendidikan, syarat tehniknya adalah kepercayaan, sedangkan dasarnya (motif intrinsik yang harus ada pada pendidik) adalah kasih sayang. Faktor-faktor yang menentukan kewibawaan pendidik adalah kasih sayang terhadap anak, kepercayaan bahwa anak akan mampu dewasa, kedewasaan, identifikasi terhadap anak, dan tanggung jawab pendidikan. Dipihak lain, kepenurutan atau menurutnya anak didik (peserta didik) kepada pendidik akan ditentukan oleh faktor kemampuan anak dalam memahami bahasa, kepercayaan anak kepada pendidik, kebebasan anak dalam menentukan sikap, perbuatan dan masa depannya, identifikasi, imitasi dan simpati. Tanggung jawab pendidikan pada mulanya berada di tangan orang dewasa (pendidik), tetapi lambat laun seiring perkembangan kedewasaan peserta didik tanggung jawab tersebut diserahkan dan diraih oleh peserta didik.TUGAS 2
RANGKUMAN
PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 4-6
MODUL 4
GERAKAN-GERAKAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Progresivisme dan Esensialisme
Progresivisme berkembang dan melakukan gerakan dalam rangka perubahan soioal dan budaya dengan menekankan pentingnya perkembangan individual. Hal ini merupakan penolakan terhadap pendidikan tradisional yang otoriter dan formalisme yang berlebihan dalam pendidikan. Progresivisme didukung oleh pragmatisme (John Dewey). Ontologinya bersifat evolusionistis dan pluralistis. Manusia dipandang sebagai subjek yang bebas dan mempunyai intelegensi sebagai alat untuk hidup atau memecahkan berbagai masalah dalam lingkungan dan kehidupan yang multi kompleks. Pengalaman bersifat spasial, temporal, dinamin dan plural. Terdapat kesatuan antara pikiran dan pengalaman di dalam perbuatan praktis. Epistemologi: pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan cara-cara ilmiah yang mengaplikasikan logika deduktif dan induktif. Pengetahuan dikatakan benar jika dapat diverifikasi dan diaplikasikan (instrumentalisme). Aksiologi: nilai diturunkan dari pengalaman manusia yang riil. Sifat nilai berada dalam proses, relatif, kondisional, dan dinamis. Nilai memiliki kualitas sosial dan individual. Sesuatu dinyatakan baik apabila berguna. Demokrasi dipandang sebagai nilai ideal.Pendidikan implikasi dari pandangan di atas maka pendidikan merupakan rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, pendidikan adalah transisi kebudayaan, pendidikan adalah hidup itu sendiri. Sekolah hendaknya merupakan miniatur masyarakat yang sesungguhnya. Tujuan pendidikan: agar peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan sosial yang terus berubah. Karena itu, kurikulumnya berbasis masyarakat, berpusat pada peserta didik dan pengalaman, serta interdisipliner. Metode: mengutamakan problem solving, inquiry and discovery method. Guru hendaknya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa belajar. Sedang peserta didik berperan sebagai organisme yang memiliki kemampuan luar biasa untuk tumbuh.Essensialisme berkembang dan melakukan gerakan sebagai protes terhadap progresivisme. Essensialisme didukung oleh idelalisme dan realisme. Ontologi idealisme: realitas yang hakiki adalah dunia ideal, sedangkan realitas material hanyalah copy dari realitas ideal. Manusia adalah mikrokosmosl. Segala yang ada dan akan terjadi di dunia adalah menurut tata tertentu yang bersumber dari yang absolut. Ontologi realisme: realitas bersifat eksternal dan objektif, di dalam realitas alam terdapat hukum-hukum objektif (kausalitas). Manusia dan masyarakat tunduk pada hukum-hukum tersebut. Manusia mempunyai intelegensi sebagai alat untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) terhadap lingkungan. Epistemologi idealisme: sumber pengetahuan adalah dari dalam diri karena manusia mempunyai ide bawaan. Pengetahuan diperoleh melalui berpikir, intuisi atau introspeksil. Uji kebenaran pengetahuan melalui teori uji koherensi atau konsistensi. Epistemologi realisme: sumber pengetahuan adalah dari diri luar subyek. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Kebenaran pengetahuan diuji melalui teori uji korespondensi. Aksiologi idealisme: nilai bersumber dari realitas absolut, nilai bersifat abadi/tidak berubah, sedangkan menurut realisme: nilai bersumber dari hukum alam dan adat istiadat masyarakat.
Pendidikan implikasi dari pandangan diatas maka pendidikan adalah proses konservasi kebudayaan. Pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada karena telah teruji dalam segala zaman, kondisi, dan sejarah. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri. Tujuan pendidikan adalah mentransmisi kebudayaan, sebab itu sekolah hendaknya berpusat pada masyarakat.Kurikulum: berisi berbagai pengetahuan dan agama yang dipandang esensial, dan subject matter centered. Metode: mengutamakan metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Guru hendaknya berperan sebagai mediator dunia masyarakat/orang dewasa dengan dunia peserta didik; guru adalah pengambil inisiatif dalam proses pendidikan, sedangkan peserta didikk berperan untuk menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai yang absolut atau terhadap masyarakat dan alam. Belajar adalah menerima nilai-nilai sebagaimana diajarkan guru atau pendidik.Rangkuman KB 2: Perenialisme dan Konstruktivisme
Perenialisme berkembang sebagai reaksi dan solusi yang ditawarkan atas terjadinya krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia moderen. Aliran filsafat ini didukung oleh idealisme (Plato), Realisme (Aristoteles), Jumanisme Rasional dan Supernaturalisme (Thomas Aquinal).Ontologi. Sesuai dengan latar belakangnya, aliran ini berpandangan bahwa manusia memerlukan jaminan tentang "realitas yang universal-ada kapanpun dan di manapun sama". Ontologinya berkenaan dengan asas supernatural, teleologis, dan hyllemorphe. Karena itu, dikenal konsep individual thing, accident, dan essensi. Epistemologi: pengetahuan diperoleh manusia melalui berpikir deduktif karena itu harus bersandar pada self-evidence. Berpikir induktif juga diakui dalam rangka mempelajari individual thing sebagaimana dilakukan dalam rangka mempelajari individual thing sebagaimana dilakukan sains. Namun, sains mempunyai ketergantungan kepada filsafat untuk mendapatkan asas mendasarnya (first principle). Aksiologi: hakikat nilai diturunkan dari yang absolut.
Pendidikan. Implikasi dari pandangan diatas, perenialisme memandang pendidikan sebagai cultural regression; sebagai jalan kembali atau proses kembali manusia sekarang ke dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal. Pendidikan bersifat universal, dan abadui. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup. Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik menyingkap dan menginternalisasi nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebaikan dalam hidup. Kurikulum bersifat subjek centered uniform, universal dan abadi. Mata pelajaran yang mempunyai rasional konten berkedudukan lebih tinggi dari yang lainnya karena harus mengembangkan rasionalitas manusia. Sumber isi kurikulum adalah karya-karya besar berupa the great book. Metode pendidikan dilakukan melalui membaca dan diskusi karya-karya besar yang tertuang dalam the great book.Konstruktivisme berkembang dalam rangka mengatasi proses pendidikan yang pada umumnya dilakukan melalui transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Parakonstruktivis ingin mengubah agar siswa belajar melalui suatu proses dengan cara-cara yang bermakna memperkaya dan memungkinkan siswa menginterpretasikan alam semesta dengan pengertian ilmiah.
Antologi konstruktivis tidak mengetahui apa sesungguhnya substansi realitas ini mereka tidak tertarik atas persoalan tersebut.
Pendidikan konstruktivisme memandang pendidikan (mengajar) bukan sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan melainkan membantu siswa berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri. Mengajar adalah berpartisipasi dengan pelajar dalam mengkonstruksi pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Tujuan pendidikan lebih mengutamakan perkembangan konsep dan pengetahuan yang mendalam.MODUL 5
KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Rangkuman KB 1: Kondisi Pendidikan di Indonesia
Pada masa awal perkembangannya, pendidikan di Indonesia sangat diwarnai oleh pendidikan yang berbasis sosial budaya dilanjutkan dengan berbasis agama yang meliputi agama Hindu, Budha, Islam, Katholik dan Kristen Protestan.Pendidikan berbasis agama Hindu Budha berkembang pada masa kejayaan Hindu Budha. Begitu juga pendidikan berbasis ajaran Islam berkembang sejak berkembangnya kerajaan Islam di Nusantara yang bertahan di masa penjajahan Belanda. Penyebaran agama Islam melalui para wali songo kemudian berkembang agama Khatolik yang dibawa misionaris oleh bangsa Portugis dan disusul Bangsa Spanyol, sedangkan pendidikan berlandaskan ajaran Kristen Protestan dibawa oleh Belanda.Pendidikan pada jaman penjajahan Belanda diarahkan untuk kepentingan penjajah melalui penyediaan tenaga dan terampil yang akan digunakan oleh pemerintah kolonial.
Setelah kemerdekaan 17 agustus 1945 yang mana didalamnya memuat pancasila sebagai dasar negara. Bersamaan dengan berjalannya revolusi fisik, pemerintah mulai mempersiapkan sistem pendidikan nasional sesuai dengan amanat UUD 1945.Rangkuman KB 2: Aliran Pendidikan di Indonesia
Perguruan Muhammadiyah lahir dibawah pengaruh kebangkitan nasional yang diawali dengan berdirinya Budi Utomo tahun 1908 dan masuknya pengaruh pembaharuan dalam pemikiran Islam pada awal abad ke 20. Baik pada zaman penjajahan Belanda maupun setelah merdeka, sekolah Muhammadiyah menampung semua golongan masyarakat.Pengakuan atas kebebasan anak adalah prinsip yang paling pokok pada taman siswa. Taman siswa secara kuat memberikan corak pada sistem pendidikan nasional pada saat ini.Ins Kayu Tanam. Pendidikannya didasarkan pada aktivitas dan bertujuan melahirkan dan memupuk semangat bekerja dan percaya diri. Pendidikan kayu tanam tidak menggantungkan pada orang lain.
MODUL 6
ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Kebudayaan, Kepribadian dan Pendidikan
Dalam arti sempit kebudayaan ditafsirkan orang sama dengan kesenian, sedangkan dalam arti luas kebudayaan meliputi hampir seluruh kehidupan manusia. Ada 3 wujud kebudayaan,
1.      Wujud ideal
2.      Wujud sistem sosial
3.      Wujud fisik
Dalam masyarakat majemuk, kebudayaan dapat digolongkan kedalam kebudayaan suku bangsa, kebudayaan umum lokal dan kebudayaan naional. Kebudayaan berfungsi sebagai dasar atau alat bagi manusia dalam menghadapi realitas kehidupan dan menangani masalah. Kebudayaan memiliki karakteristik organik dan superorganik, over dan cover, ideal dan aktual, serta stabil dan berubah.
Pendidikan merupakan salah satu pranata kebudayaan, pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Terdapat hubungan komplementer antara kebudayaan dan pendidikan. Kebudayaan menjadi input bagi pendidikan, sebaliknya pendidikan memiliki konservasi dan inovasi bagi kebudayaan.
Rangkuman KB 2: Karakteristik dan Kemajemukan Sosial Budaya Indonesia
Manusia dan masyarakat Indonesia bersifat majemuk, tetapi mereka tetap satu, yaitu bangsa Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia meliputi karakteristik fisiknya, karakteristik lingkungan fisiknya, dan sosial budaya. Karakteristiknya yakni bahwa suku-suku bangsa masyarakat Indonesia secara fisik dapat digolongkan kedalam 3 ras yaitu negroid, pedoid, dan mongolid.
Lingkungan fisik kepulauan nusantara dimana masyarakat Indonesia tinggal juga bersifat majemuk. Kemajemukan tersebut baik ditinjau secara tofografi, hidrologi. Lingkungan fisik tersebut ada yang berupa gunung-gunung, perbukitan daratan, lembah, lautan, pantai dan tepian sungai diantaranya banyak juga masih merupakan daerah pedalaman yang terpencil. Kemajemukan terwujud juga dalam realitas sosial budaya Indonesia. Ada 3 golongan kebudayaan ;1.      Kebudayaan suku bangsa atau kebudayaan daerah
2.      Kebudayaan umum lokal
3.      Kebudayaan nasional.
Rangkuman KB 3: Implikasi Karakteristik Manusia Indonesia pada Pendidikan
Pancasila dan UUD 1945 tergolong wujud ideal kebudayaan nasional. Pancasila berfungsi sebagai falsafah hidup bangsa, serta jiwa dan kepribadian bangsa indonesia. Adapun wujud ideal dari kebudayaan berfungsi sebagai dasar dan alat bagi manusia untuk dapat mengatasi berbagai masalah dalam menghadapi lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan kelangsungan hidupnya.Profil karakteristik fisik, lingkungan fisik dan kemajemuakan sosial budaya Indonesia antara lain berimplikasi terhadap sifat pengelolaan pendidikan, wajib belajar pendidikan 9 tahun, gerakan nasional orang tua asuh, dan kurikulum pendidikan.TUGAS III
RANGKUMAN
PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 7-10
MODUL 7
PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Aspek-aspek penyebab Perubahan Sosial
Terdapat perbedaan antara perubahan budaya dengan perubahan sosial. Dalam aspek perubahan budaya yang berubah adalah unsur-unsur budayanya seperti pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai masyarakat.Aspek-aspek yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia diantaranya demokratisasi, globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi merupakan proses meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai kehidupan. Globalisasi adalah penyebab lain terjadinya perubahan sosial. Globalisasi dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan secara capat kepada manusia seperti bidang kesehatan, pemukiman, cara berpikir, cara belajar dan cara hidup manusia.
Rangkuman KB 2: Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia
Arus demokrasi, globalisasi, dan iptek telah menimbulkan perubahan sosial di Indonesia. Perubahan itu antara lain nasionalisme dan otonomi daerah. Nasionalisme adalah suatu paham yang menjadi ilham kepada sebagian terbesar penduduk dan mewajibkan dirinya untuk mengilhami anggota-anggotanya. Pengertian nasionalisme ada yang didasarkan atas manusianya, dan didasarkan atas perpaduan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Otonomi daerah adalah pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan daerah mempunyai kekekuasaan untuk merencanakan, melaksanakan sendiri urusan yang diserahkan pemerintah pusat dengan konsekwensi bahwa daerah harus mampu membiayainya pula.MODUL 8
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Rangkuman KB 1: Sistem dan Sistem Pendidikan
Konsep pendidikan meliputi 4 hal yaitu definisi sistem, ciri-ciri sistem, jenis-jenis sistem dan model-model sistem. Intergrasi konsep sistem kedalam pemikiran akan memunculkan pandangan sistem atau cara berpikir sistem. Pendekatan sistem melalui 3 aspek yaitu filsafat sistem, analisis sistem dan manajemen sistem.Sistem pendidikan nasional berada bersama sistem lainnya seperti sistem ekonomi, sistem politik dan sosial budaya. Sebagai sistem terbuka sistem pendidikan nasional mengambil input dari lingkungannya. Pada dasarnya terdapat 3 jenis sumber input utama bagi pendidikan ;
1.      Ilmu Pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan yang berlaku di masyarakat
2.      Penduduk dan tenaga kerja yang tersedia
3.      Faktor ekonomi
Rangkuman KB 2: Sistem Pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.Sistem pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan seperangkat landasan yuridis antara lain UUD Negara RI 1945, UU RI NO 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Satuan-satuan pendidikan tersebut terdapat 3 jalur pendidikan yaitu pendidikan informal,formal dan nonformal. Dalam sistem pendidikan nasional terdapat 3 jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.MODUL
INOVASI PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Inovasi dan Difusi Inovasi Pendidikan
Inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik tertentu berupa produk dari suatu olah pikir dan oleh teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul. Ciri utama inovasi adalah memiliki kekhasan, unsur kebaruan dilakukan melalui program yang terencana dan bertujuan untuk perbaikan. Perubahan dalam inovasi dapat berupa penggantian, perubahan, penambahan, penyusunan, dan penguatan. Difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan menggunakan saluran tertentu tentang waktu tertentu diantara anggota masyarakat. Ada 4 faktor yang mempengaruhi difusi inovasi:
1.      Esensi inovasi itu sendiri
2.      Saluran komunikasi
3.      Waktu dan proses penerimaan
4.      Sistem sosial
Rangkuman KB 2: Adopsi dan pelaksanaan Inovasi Pendidikan
Tahapan proses keputusan inovasi mencakup :1.      Tahap pengetahuan
2.      Tahap bujukan
3.      Tahap pengambilan keputusan
4.      Tahap implementasi
5.      Tahap konfirmasi
Terdapat 5 jenis kelompok dalam proses adopsi inovasi yaitu : kelompok pembaharuan, adoptor awal, mayoritas awal, mayoritas akhir, dan adoptor akhir. Karakteristik inovasi mempercepat adopsi inovasi adalah keuntungan relatif, memiliki kekompakan, memiliki derajat kompleksitas, dapat dicobakan, dan dapat diamati.


Download RANGKUMAN LENGKAP PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-9 TUGAS I RANGKUMAN PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-3 MODUL 1 HAKIKAT MANUSIA DANPENDIDIKAN Rangkuman KB 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca RANGKUMAN LENGKAP PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-9 TUGAS I RANGKUMAN PENGANTAR PENDIDIKAN (MKDK4001) MODUL 1-3 MODUL 1 HAKIKAT MANUSIA DANPENDIDIKAN Rangkuman KB 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

penerapan filsafat ilmu

Judul: penerapan filsafat ilmu
Penulis: Eneng Wahyunengsih


Bagaimana penerapan filsafat ilmu dalam penelitian ?menurut saya, filsafat merupakan suatu ilmu yang bersumber pada kehidupan kita sehari-hari. tak bisa kita pungkiri, bahwa selama seorang manusia hidup pastilah ia berfikir, baik hal kecil atau pun dalam skala yang besar (ilmuan). contoh: dalam ilmu hukum dikenal istilah ubi ius ubi societas artinya dimana ada hukum disitu pasti ada manusia. dalam kehidupan manusia pasti memiliki aturannya sebdiri. contoh sederhana, dalam kehidupan rumah tangga. pasti ada aturan yang mengatur secara alami bagaimana kedudukan seseorang di dalamnya dan apa saja tanggung jawabnya. itulah filsafat. setiap kita berfikir kemudian menemukan jawaban dan diterapkan dalam kehidupan, maka dia sudah dapat dikatakan berfilsafat. semoga jawaban saya bisa membantu,

Pertama, manusia diciptakan dengan akal pikiran yang secara disadari atau tidak terus digunakan oleh manusia dalam setiap tindakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, manusia merupakan mahluk yang terus bertanya, dan terus mencari tahu tentang segala hal yang dia alami, dia amati dan dia rasakan di dalam kehidupannya. Ketiga, hakekat dari kegiatan akal berpikir manusia adalah mencari sebuah kebenaran yang hakiki. Keempat, secara garis besar manfaat dari pembelajaran logika adalah untuk dapat berpikir secara lurus dan metodis sehingga pikiran manusia tidak salah arah dan berada pada jalur yang benar, yaitu jalur yang menuju kebenaran. Dengan demikian manusia akan terhindar dari segala bentuk kekeliruan dan juga kesesatan yang dapat menimbulkan hal yang buruk dalam kehidupan manusia. Kelima, logika merupakan dasar bagi segala ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini, dengan demikian mempelajari logika akan menjadi dasar bagi pembelajaran ilmu pengetahuan lainnya, dan akan mempermudah seseorang dalam memahami pengetahuan tersebut. Saran Dengan berdasarkan kepada materi yang telah disimpulkan di atas, penulis memberi beberapa saran kepada pembacanya, yaitu: 1. Sebagai manusia sudah yang diberikan akal pikiran sebagai kelebihan, sudah sepatutnya kita menggunakan akal pikiran tersebut dengan baik, agar kita menyadari setiap tindakan yang kita ambil dalam kehidupan ini. 2. Pelajarilah logika dengan baik dalam rangka mencari hakekat kebenaran. Karena dengan mempelajari logika, kebenaran akan lebih mudah didapatkan 3. dalam mempelajari ilmu pengetahuan, hendaklah diberikan dasar pengetahuannya dengan logika, agar lebih mudah dalam pemahaman pengetahuan tersebut.
IMPLIKASI DAN IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kenyataan pendidikan di Indonesia memang masih memprihatinkan. Kita boleh berbangga dengan masuknya beberapa Universitas ternama sebagai bagian dari 500 Universitas ternama di dunia namun di sisi lain, masih sangat banyak warga bangsa ini yang tidak mendapatkan pendidikan secara layak. Fasilitas pendidikan yang tidak merata, pelayanan di dunia pendidikan yang belum merata dan cenderung terfokus ke pusat-pusat pendidikan di kota-kota besar adalah kenyataan yang dihadapi setiap hari.Pendidikan adalah hal yang menjadi hak asasi manusia, siapapun dia. Oleh karena itu, aktifitas pendidikan adalah aktifitas seumur hidup. Dalam perkembangannya, pendidikan mendapatkan beberapa pendasaran guna memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa dan bagaimana itu pendidikan. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, Kami mencoba membahas tentang salah satu pendekatan filosofis terhadap pendidikan, yaitu idealisme sebagai sistematika filsafat dan Implikasi Idealisme dalam Pendidikan.Bahasan terhadap pendekatan ini akan dilakukan dalam beberapa aspek, yaitu metafisika, epistemologis dan aksiologis. Dari aspek-aspek tersebut dapat ditarik kesimpulan, bagaimana sebenarnya pendekatan Idealisme terhadap Pendidikan dalam perspektif filosofis. Pendekatan-pendekatan itu pula yang membedakan satu aliran dengan aliran yang lainnya.
Masalah
Permasalahan pendidikan di Indonesia masih banyak dan beragam yaitu kualitas pendidikan yang masih rendah dan pemerataan pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan nasional masih belum tercapai, sehingga ketika pemerintah melaksanakan ujian nasional maka muncul beberapa permasalahan yang tidak seimbang antara kota dan desa terutama daerah-daerah di luar pulau jawa, maka hasil UN di Indonesia tidak seimbang antara perkotaan dengan pedesaan. Hal iu disebabkan oleh belum terpenuhi standar sarana-prasana, standar proses, standar kompetensi guru dan lain-lain
Tujuan
Tulian ini dibuat untuk membedah permasalahan pendidikan di Indonesia dengan melihat Implikasi dan aplikasi filsafat ilmu dalam pendidikan . Jika permasalahan itu dapat diselesaikan maka akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pemerataan pendidikan di Indonesia
BAB II
IMPLIKASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN
Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implikasi adalah keterlibatan Dengan demikian Implikasi filsafat ilmu dalam pendidikan adalah keterlibatan filsafat imu dalam mengembngkan pendidikan
Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1.            Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
2.            Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
3.            Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.            Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Konsep Filsafat Umum Idiologis
1.     MetafisikaMetafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyelurh (komprehensif).
2.     Hakikat RealistisPara filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh.
3.     Hakikat ManusiaMenurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous (akal fikiran) yang merupakan bagian rasional, thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu). Dar ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan
4.    
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
1.     Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
2.     Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme;
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
3.     Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.
Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).
Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.
Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990:28).
Plato adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi aliran idealis. George WE Hegel kemudian merumuskan aliran idealisme ini secara komprehensif ditinjau secara filosofi maupun sejarah. Tokoh-tokoh lain yang juga mendukung aliran idealisme antara lain Plotinus, George Berkeley, Leinbiz, Fichte, dan Schelling serta Kant. Ilmuan Islam yang sejalan dengan idealisme adalah Imam Al Ghozali.
Konsep dasar Aliran Idealisme
Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti adalah gambaran mental manusia. Ludwig Noiré berpendapat "The only space or place of the world is the soul," and "Time must not be assumed to exist outside the soul".
BAB III
IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN
Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implementasi adalah penerapan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Jadi implementasi filsafat ilmu dalam pendidikan adalah penerapan filsafat ilmu dalam upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Implementasi Terhadap Pendidikan
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, "Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
      1.           Tujuan PendidikanMenurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
      2.           Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.      3.           Metode PendidikanTidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia (Callahan and Clark,1983).
      4.           Peran Guru dan SiswaPara filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya "bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa. Sedangkan siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya". (Edward J.Power,1982)
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
a.          Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
b.          Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;
c.          Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
d.         Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
e.          Guru menjadi teman dari para muridnya;
f.           Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
g.          Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
h.          Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya;
i.            Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
j.            Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
k.          Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;
l.            Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
m.        Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi;
n.          Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam keterlibatan dalam pengembangan imu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan dan implementasinya dalam pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan di dunia ini mengikuti aliran-aliran filsafat pendidikan yang ada yaitu:
1.     Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme
2.     Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme;
3.     Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme
DAFTAR PUSTAKA
1. Ornstein, Alan, C., & Levine, Daniel, U., (ed.), 1988, An Introduction to The Foundation of Education, Houghton Miftin Company: Boston.
2. Palmer, Joy, A., 2001, Fifty Major Thinkers on Education: From Confucius to Dewey, Routledge: London.
3. Provenzo, Eugene, F., & John Philip Renaud (ed.), 2009, Encyclopedia of The Social and Cultural Foundations of Education (vol. 1-3). Sage Publications: London.
4. Unger, Harlow, G., 2007, Encyclopedia of American Education (vol. 1-3), Facts On File Inc.: NY.
5. Winch, Christoper & John Gingell, 1999, Philosophy of Education: The Key Concepts (2nd ed.). Routledge: London.
6. Wakhudin dan Trisnahada. Filsafat Naturalisme. (Makalah) Bandung: PPS-UPI Bandung
Filsafat Ilmu dan Logika
APLIKASI EMPAT MACAM POLA PENGETAHUAN DALAM MEMECAHKAN MASALAH KOMUNIKASIPendahuluanPengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Biasanya dibedakan tiga macam pengetahuan, yaitu pengetahuan/tahu bahwa, pengetahuan/tahu bagaimana, dan pengetahuan/tahu akan. Tetapi kemudian ditambahkan satu lagi pengetahuan yang serumpun, yaitu pengetahuan/tahu mengapa.Tahu bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya, bahwa apa yang dikatakan memang benar.Tahu bagaimana menyangkut bagaimana melakukan sesuatu, yang lebih dikenal dengan know how. Pengetahuan ini berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu.Tahu akan/mengenai adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi.Tahu mengapa merupakan pengetahuan paling tinggi dan mendalam sekaligus juga merupakan pengetahuan ilmiah. Tahu mengapa berkaitan dengan "tahu bahwa", tapi mendalami masalah dengan lebih serius dan kritis karena berkaitan dengan penjelasan. Tahu mengapa mengaitkan dan menyusun hubungan-hubungan tak kelihatan antara berbagai informasi yang ada untuk memperoleh informasi baru yang akan menyingkapkan pengetahuan lebih mendalam.
Rumusan Masalah Suatu keluarga selalu disharmonis, bertengkar dan kisruh. Bagaimana aplikasi empat macam pola pengetahuan tersebut dalam memecahkan masalah komunikasi ini?PembahasanSeperti pada skema di atas, hal pertama yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah mengetahui secara langsung apa yang terjadi dengan keluarga itu (tahu akan). Artinya, kita sendiri harus melakukan kontak langsung dengan keluarga itu dan melihat secara pasti apa yang terjadi, misalnya dengan cara berkunjung ke rumah mereka atau berhubungan melalui media seperti telepon, sms, email, surat atau yang lainnya yang memungkinkan kita mendapat informasi langsung dari anggota keluarga tersebut. Dari pengamatan tadi, kita tahu secara umum apa yang terjadi dengan keluarga itu (tahu bahwa), yaitu ketidakharmonisan. Tapi sekedar tahu saja tidak cukup. Kita perlu mempelajari masalah ketidakharmonisan ini lebih lanjut untuk mendapatkan penjelasan atas ketidakharmonisan tersebut dan cara-cara memecahkannya. Dari sini kita bisa mencari informasi yang berhubungan dengan ketidakharmonisan keluarga melalui media-media penyedia informasi semisal buku, koran, majalah, internet, dan sebagainya. Setelah informasi yang dikumpulkan cukup, yang perlu dilakukan adalah mengaitkan dan menyusun hubungan-hubungan tak kelihatan antara berbagai informasi yang ada untuk memperoleh informasi baru yang akan menyingkapkan masalah ketidakharmonisan itu lebih mendalam (tahu mengapa). Disinilah kita akan menemukan titik terang dari masalah ketidakharmonisan tersebut. Ternyata intinya adalah minimnya komunikasi antar anggota keluarga sehingga kerap menimbulkan kesalahpahaman. Akibatnya, dalam keluarga itu sering terjadi pertentangan yang berujung pada ketidakharmonisan. Untuk memecahkan masalah ini, diperlukan diskusi keluarga, yaitu semua anggota keluarga berkumpul dan membicarakan masalah masing-masing dari hati ke hati. Saat salah satu anggota keluarga berbicara, yang lain mendengarkan. Juga diperlukan pengertian yang tinggi dan tenggang rasa di antara mereka. Setelah diskusi antar anggota keluarga selesai, ada baiknya dilanjutkan dengan memperbaiki metode berkomunikasi selama ini. Hal-hal yang membuat komunikasi tidak nyaman segera diubah. Frekuensi berkomunikasi juga harus ditingkatkan. Bila setelah hal itu dilakukan tetap tidak ada perubahan, mintalah saran pada ahli yang kompeten, misalnya psikolog/psikiater untuk melakukan mediasi. Diharapkan dengan cara seperti ini masalah bisa selesai. Apabila yang terburuk terjadi, yaitu tetap tidak ada penyelesaian, maka berpisah mungkin adalah jalan yang terbaik.Tapi semua teori di atas percuma saja jika tidak diterapkan. Disinilah kegunaan "pengetahuan bagaimana". Setelah mendapatkan asumsi teoretis, maka sekarang saatnya mengaplikasikannya dalam tindakan. Dengan demikian, terpecahnya masalah bukan sekedar angan-angan, tapi benar-benar terwujud. Hanya dengan dipraktekkanlah, maka kita bisa tahu apakah teori-teori tadi bisa berhasil di dunia nyata.Jadi langkah awal adalah benar-benar mengadakan diskusi keluarga. Hasil dari diskusi itu menentukan langkah berikutnya. Jika berhasil, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menerapkan metode komunikasi yang lebih baik, misalnya lebih sering bertukar kabar dengan anggota keluarga lainnya baik melalui pertemuan secara langsung maupun tidak langsung (melalui telepon, sms, email, dan lain-lain) untuk menjaga hubungan baik. Namun jika dari diskusi itu tidak ditemukan jalan keluar, maka segeralah menemui psikolog/psikiater. Berkonsultasilah agar masalah terpecahkan. Jika belum berhasil juga, maka jangan ragu untuk memilih berpisah. Karena bisa jadi itu merupakan solusi terbaik. Dengan demikian, masalah ketidakharmonisan tadi bisa dipecahkan.PenutupKeempat macam pola pengetahuan tersebut, yaitu tahu akan, tahu bahwa, tahu bagaimana dan tahu mengapa, memiliki hubungan yang sangat erat. Keempatnya saling menunjang satu sama lain dan saling berkaitan untuk membantu manusia sampai pada pengetahuan yang lebih baik dan sempurna. Dengan menerapkan empat macam pola pengetahuan di atas, maka masalah ketidakharmonisan keluarga bisa dipecahkan. Itu membuktikan bahwa pengetahuan sangat berguna dan merupakan salah satu sarana untuk memecahkan masalah manusia. Apabila kita sungguh-sungguh menggali pengetahuan, maka hidup kita akan lebih baik.
Posted in Filsafat Ilmu dan Logika
Des16KEPUTUSAN, PEMBALIKAN, SERTA PERLAWANAN• KeputusanKeputusan adalah suatu perbuatan tertentu dari manusia. Dalam dan dengan perbuatan itu dia mengakui atau memungkiri kesatuan dan hubungan antar dua hal. Unsur-unsur keputusan :• Subyek (sesuatu yang diberi keterangan)• Predikat (sesuatu yang menerangkan tentang subyek)• Kata penghubung (pernyataan yang mengakui atau memungkiri hubungan antara subyek dan predikat)Subyek dan predikat adalah materi keputusan, sedang kata penghubung (unsur terpenting) adalah bentuk, formanya.Macam-macam keputusan
1. Berdasarkan sifat pengakuan dan pemungkirannya dibedakan menjadi• Keputusan kategoris : predikat menerangkan subyek tanpa syarat. Masih dibagi lagi menjadi:- Keputusan kategoris tunggal (memuat satu subyek dan satu predikat)- Keputusan kategoris majemuk (memuat lebih dari satu subyek dan predikat)- Susunan kata yang menyatakan modalitas, seperti : tentu, niscaya, tidak tentu, dll.• Keputusan hipotetis : predikat menerangkan subyek dengan syarat. Dibagi menjadi :- Keputusan (hipotetis) kondisional : ditandai dengan "jika…. maka…"- Keputusan (hipotetis) disyungtif : ditandai dengan "atau…atau…"- Keputusan (hipotetis) konyungtif : ditandai dengan "tidak sekaligus… dan…"Untuk sementara, yang akan dibahas adalah keputusan kategoris tunggal. Pembagian keputusan ini sebagai berikut:• Berdasarkan materinya:Keputusan analitis (predikat menyebut sifat hakiki yang pasti dalam subyek) dan keputusan sintetis (predikat menyebut sifat yang tidak hakiki)• Berdasarkan bentuknya :keputusan positif (afirmatif) dan negatif• Berdasarkan luasnya :Keputusan universal (predikat menerangkan seluruh luas subyek), partikular (predikat menerangkan sebagian dari seluruh luas subyek), dan singular (predikat menerangkan satu barang dengan tegas)Keputusan A, E, I, O
Berdasarkan bentuk dan luasnya, keputusan dibedakan menjadi :• Keputusan A : Keputusan afirmatif (positif) dan universal (singular)Contoh : Semua pelajar SMAN 1 Surabaya lulus Ujian Nasional• Keputusan E : Keputusan negatif dan universal (singular)Contoh : Semua yang mati tidak bisa dihidupkan lagi• Keputusan I : Keputusan afirmatif (positif) dan partikularContoh : Beberapa mahasiswa melakukan study tour ke Aceh• Keputusan O : Keputusan negatif dan partikularContoh : Beberapa dosen tidak suka memberi ceramah
• Pembalikan dan PerlawananPembalikanMembalikkan adalah mengganti subyek dan predikat, sehingga yang dulunya subyek menjadi predikat, dan sebaliknya tanpa mengurangi kebenaran keputusan itu. Ada pembalikan seluruhnya (contoh : keputusan E menjadi E) atau pembalikan sebagian (contoh : keputusan A menjadi menjadi I).Hukum-hukum pembalikan :• Keputusan A hanya boleh dibalik menjadi keputusan IContoh : Semua mawar adalah bunga hanya bisa dibalik menjadi beberapa bunga adalah mawar, bukan semua bunga adalah mawar• Keputusan E selalu bisa dibalikContoh : Semua kancil bukan tumbuhan bisa dibalik menjadi semua tumbuhan bukan kancil atau beberapa tumbuhan bukan kancil• Keputusan I hanya dapat dibalik menjadi keputusan I lagiContoh : Beberapa sepeda itu rusak dapat dibalik menjadi beberapa yang rusak itu sepeda• Keputusan O tidak dapat dibalikContoh : Beberapa orang tidak jatuh tidak dapat dibalik menjadi Beberapa yang jatuh tidak (bukan) orang
PerlawananKeputusan yang berlawanan adalah keputusan yang tidak dapat sama-sama benar atau sama-sama salah.Macam-macam perlawanan :• Menurut bentuknya : perlawanan kontraris dan subkontraris • Menurut luasnya : perlawanan subaltern • Baik bentuk maupun luas : perlawana kontradiktif
sumber: OFM, Alex Lanur. 1983. Logika : Selayang Pandang. Yogyakarta : Kanisius
Posted in Filsafat Ilmu dan Logika
Des16NILAISejumlah ahli ilmu pengetahuan yang tertarik dengan tingkah laku manusia, sejak lama telah tertarik dengan konsep nilai (mis, Kluckhohn, 1951; Allport, 1960; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994; Feather, 1994, 1995). Kluckhohn (dalam Zavalloni, 1975) sebagai seorang antropolog, misalnya, sejak tahun 1951 telah mendefinisikan nilai sebagai : "… a conception explicit or implicit, distinctive of an individual or characteristic of a group, of the desirable which influence the selection from available modes, means and ends of action." (Kluckhohn dalam Zavalloni, 1975, hal. 75)
Isu penting yang menurut Zavalloni (1975) perlu diperhatikan dalam pemahaman tentang nilai adalah, nilai seseorang dapat sama seperti nilai semua orang lainnya, sama dengan sebagian orang, atau tidak sama dengan semua orang lain. Definisi Kluckhohn di atas menggambarkan bahwa nilai selain mewakili keunikan individu, juga dapat mewakili suatu kelompok tertentu. Hal ini mulai mengarah kepada pemahaman nilai yang universal. Dalam perkembangannya, Rokeach (1973) dengan tegas mengatakan bahwa asumsi dasar dari konsep nilai adalah bahwa setiap orang, di mana saja, memiliki nilai-nilai yang sama dengan derajat yang berbeda (menunjukkan penegasan terhadap konsep universalitas nilai). Namun penelitian yang paling komprehensif tentang nilai-nilai yang universal (dalam arti terdapat di mana saja di semua budaya) dimulai oleh Schwartz dan Bilsky (1987). Mereka mulai mencari nilai-nilai apa yang universal dari 44 negara dengan sampel di masing-masing negara berkisar antara 154 sampai dengan 542 orang.Isu lain yang penting sebelum membahas nilai adalah tentang isi (content) dari berbagai nilai yang dianut manusia. Berdasarkan kajiannya atas berbagai teori dari para ahli mengenai nilai, Schwartz melihat tidak satupun dari teori tersebut yang berupaya mengklasifikasikan isi atau muatan (content) dari berbagai nilai yang dianut oleh individu (Schwartz, 1994). Schwartz kemudian berupaya untuk mengklasifikasikan nilai-nilai berdasarkan muatannya yang kemudian disebut dengan tipe nilai. Dengan mempertimbangkan universalitas, isi maupun struktur nilai yang telah dikembangkan Schwartz, maka dalam penelitian ini kerangka teori yang digunakan adalah teori nilai dari Schwartz. Walaupun begitu, pembahasannya tidak terlepas dari tokoh-tokoh lain yang juga tertarik dengan nilai, terutama menyangkut kaitan nilai dengan variabel lain seperti keyakinan, sikap dan tingkah laku yang tidak dibahas lagi oleh Schwartz. Ini menyebabkan dasar teoritis dalam mengkaitkan nilai dan tingkah laku menggunakan teori lain, yaitu belief system theory (Rokeach, 1973; Homer &Kahle, 1988; Grube dkk., 1994).Teori nilai Schwartz (1992, 1994), walaupun masih berdasarkan teori sebelumnya dari Rokeach (1973), tapi menunjukkan perbedaan yang berarti. Teori nilai Schwartz dipilih dalam penelitian ini, memperhatikan kritiknya terhadap teori Rokeach yang banyak melakukan tumpang-tindih antara nilai satu dengan nilai lainnya (Schwartz, 1994), bahkan antara nilai terminal dan instrumental. Sedangkan Schwartz telah melakukan pengkategorisasian ke dalam sejumlah tipe nilai, dimana kategori tersebut telah teruji secara konseptual maupun statistik. Di samping itu, Schwartz juga telah menyusun struktur nilai-nilai tersebut secara spesifik dan komprehensif, sehingga nilai seseorang dapat ditempatkan ke dalam "peta" nilai. Berbeda dengan Rokeach yang menyebut nilai sebagai sistem, namun tidak terlalu banyak menjelaskan hubungan dan sifat dari sistem tersebut. Sedangkan dengan "peta" nilai, kita dapat melihat keterkaitan suatu nilai dengan nilai lainnya, sekaligus dapat menginterpretasi hubungan tersebut.Pengertian Nilai (human values) Untuk memahami pengertian nilai secara lebih dalam, berikut ini akan disajikan sejumlah definisi nilai dari beberapa ahli.• "Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-states." (Feather, 1994 hal. 184)• Menurut Djahiri (1999), adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. • Nilai adalah patokan normatif yang memengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif (Kupperman, 1983).• "Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence." (Rokeach, 1973 hal. 5)• Menurut Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. • "Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity." (Schwartz, 1994 hal. 21) Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis2. persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial (Schwartz & Bilsky, 1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi / individual (power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism, security). Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua, agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang unik (Feather, 1994; Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973; Schwartz, 1994). Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya 'diinginkan', di mana 'lebih diinginkan' mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). 'Lebih diinginkan' ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985).


Download penerapan filsafat ilmu.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca penerapan filsafat ilmu. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

Februari 09, 2017

PENGETAHUAN LINGKUNGAN MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA

Judul: PENGETAHUAN LINGKUNGAN MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA
Penulis: A. Prabowo


PENGETAHUAN LINGKUNGAN
MAKALAH
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA

Oleh:
ACHMAD TAUFIK PRABOWO
0915031077
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan. Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul "PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA".             Makalah ini berisikan tentang informasi cara pengelolaan limbah rumah tangga atau yang paling banyak dibuang oleh manusia karena banyak orang yang membuang limbah rumah tangga.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.            Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
            Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai media masa, misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk tersebut.
            Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.
B.  TUJUAN
            Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara pengelolaan limbah, selain itu untuk memenuhi tugas mata kuliah pengetahuan lingkungan.
C.  METODE
            Metode dalam penulisan ini yaitu dengan studi pustaka.
BAB II
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA
PENGERTIAN
          Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
          Dalam dunia arsitektur ada metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan pengolahan limbah rumah tangga yaitu dengan :
          •   Membuat saluran air kotor
          •   Membuat bak peresapan
          •   Membuat tempat pembuangan sampah sementara
          Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
     1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
     2) Tidak mengotori permukaan tanah.
     3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
     4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
     5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
     6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
     7) Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
          Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA
            Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang.
            Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus.
            Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
            Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan gas.
1.      Pengelolaan air limbah kakus I.
2.      Pengelolaan air limbah kakus II.
3.      Pengelolaan air limbah cucian.
4.      Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci.
5.      Pengelolaan sampah.
6.      Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7.      Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8.      Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9.      Pengelolaan air limbah
            Air limbah dialirkan melalui saluran ke drum dan air dalam drum akan disaring dengan koral/ijuk ke luar, dan kemudian meresap ke dalam tanah.
     Bahan :
1.      Drum
2.      Koral
3.      Kayu
4.      Ijuk
5.      Pipa pralon
      Peralatan
1.      Palu
2.      Besi runcing
3.      Cangkul
4.      Parang
5.      Gergaji
      Pembuatan
            Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10 cm. Pembuatan lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing 110 cm. Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan drum dimasukkan ke dalam lobang tersebut. Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk. Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran ½ bis, atau dari pasangan batu bata. Drum ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin lebih tahan lama dicor dengan campuran semen dan pasir yang diberi penguat besi. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 1,2,3, dan 4 di bawah ini.

Gambar 1. Drum yang Dilubangi

Gambar 2. Pembuatan Lubang

Gambar 3. Drum di dalam Lubang Bangunan

Gambar 4. Tutup Bak Penampung
LIMBAH RUMAH TANGGA DARI BUANGAN CLOSET (WC)
          Closet (WC) adalah suatu cara pembuangan air kotoran manusia agar air kotoran tersebut tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan. Dibuat bak penampung kotoran (septik tank) yang terdiri dari bak pengumpul dan bak peresapan serta dihubungkan dengan saluran pipa pralon. Air limbah closet (WC) dialirkan melalui pralon ke bak penampung kotoran berdinding kedap air.
          Berikut ini contoh membuat bak penampung kotoran dengan jumlah keluarga 6 orang dan dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan waktu tinggal dalam tangki direncanakan minimal 2 hari (24 jam).
          Untuk mendapatkan gambaran besarnya tangki yang harus dibuat maka diperoleh dengan cara sebagai berikut :
          a. Jumlah air limbah yang dibuang setiap hari sekitar 100 liter/orang/hari.
          b. Besarnya tangki pencerna dalam 1 tahun 2 x 6 x 100 liter = 1.200 liter.
          c.  Banyaknya lumpur sebesar 30 liter/orang/tahun.
     d. Banyaknya lumpur selama 5 tahun 6 x 30 liter x 5 = 900 liter. e. Jadi untuk melayani keluarga tersebut di atas diperlukan tangki pencerna 1,2 m3 dengan ruang pengumpul lumpur sebesar 0,9 m3.
     1. Cara Pembuatan Closet
              Ruang closet (WC) dibuat tertutup , closet (WC) dengan lubang leher angsa dipasang, kemudian dibuat tangki kotoran dengan dinding kedap air. Untuk mengalirkan udara dari tangki keluar dipasang pula pralon berukuran kecil yang berbentuk huruf T. Kemudian dibuat sumur resapan yang didalamnya diisi kerikil, ijuk dan dinding peresapan berlubang-lubang. Pembuatannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 5. Pengelolaan Air Limbah Closet (WC)
              Closet tersebut digunakan untuk membuang air kotoran manusia (tinja dan air seni). Closet perlu dijaga kebersihannya, yaitu dengan menggunakan karbol dengan takaran yang sesuai dengan aturan. Jangan masukkan benda-benda padat seperti : kerikil, batu, kertas, kain , plastik,dsb, karena dapat menyumbat saluran air.
              Peresapan air pada Closet tergantung dari kapasitas tangki/bak dan jenis tanahnya. Semakin kecil bak peresapan, maka akan semakin kecil resapannya.
               Keuntungan menggunakan cara ini ialah mudah dibuat, sederhana, bahan-bahnya mudah didapatkan dan murah. Selain itu cara ini lebih baik, karena dapat mengurangi pencemaran sumber air bersih disekitarnya.
     2. Penggunaan Air Untuk Keperluan Closet
              Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
              Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, banyak perhatian telah diberikan pada pembuatan sistem sanitasi yang tahan lama, hemat air, bisa diterima oleh orang-orang yang akan memakainya, dan memungkinkan penggunaan kembali limbah yang telah diolah. Pengembangan sanitasi yang paling penting dalam dekade ini adalah pengesahan bentuk-bentuk sanitasi yang sebelumnya dianggap primitif. Setelah beberapa tahun penelitian terapan dan kemajuan teknologi, kakus luar rumah telah ditransformasi menjadi instalasi sederhana tapi canggih yang memberikan tingkat kenyamanan dan kesehatan yang tinggi. Dua teknologi penting yang berhubungan dengan kakus ini adalah: lubang kakus yang diperbaiki dan diberi ventilasi (Ventilated Improved Pit latrine/VIP latrine) dan toilet siram guyur (Pour Flush Toilet/PF toilet). Dua teknologi ini biayanya jauh lebih sedikit daripada toilet konvensional yang dihubungkan ke tanki septik atau sistem saluran pembuangan.
LIMBAH RUMAH TANGGA DARI SALURAN AIR PEMBUANGAN
          Selain dari buangan closet (WC) limbah bekas air buangan kamar mandi dan bekas air cucian juga harus dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang sedapat mungkin untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang tidak jauh dari dapur. Bak cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan pengambilan tutup bak. Agar binatang tidak dapat masuk perlu dibuat besi penghalang.
     Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:

Gambar 6. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan
 
          Dari gambar tersebut terlihat kegunatempat pengelolaan limbah, yaitu untuk membuang air cucian dapur dan kamar mandi serta untuk membuang air kotoran kamar mandi. Saluran pengolahan limbah ini perlu dibersihkan secara teratur terutama pada saringan air. Jangan membuan benda-benda padat seperti : batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang lainnya, karena akan menyumbat saluran.
          Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar supaya jangan mencemarinya.
          Disamping cara yang tersebut diatas untuk mengelola limbah saluran kamar mandi dan limbah bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara mengalirkan limbah melalui saluran ke sebuah lubang resapan.
          Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran dari batu bata, pasir, semen atau pakai bis. Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari pralon. Cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

     Gambar 8. Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian.
LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA
          Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu dikelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya.
          Salah satu cara mengelola limbah rumah tangga adalah dengan membuat 3 bak. Ketiga bak tersebut digunakan sebagai tempat pengendapan limbah secara bertahap. Dengan demikian air limbah yang keluar dari bak terakhir sudah tidak membahayakan lagi.
          Cara pembuatannya ialah buat bak sebanyak 3 buah dari batu bata dengan campuran pasir dan semen. Kemiringan saluran harus diperhitungkan. Usahakan jangan sampai ada benda pada air limbah, sebab apabila ada akan menempel dan menyumbat saluran. Antara bak satu dengan lainnya dihubungkan pipa pralon, antara satu dengan yang lain letaknya lebih rendah. Susunan dan sifat air limbah yang berasal dari limbah industri rumah tangga tergantung pada macam dan jenisnya, industri.
          Air limbah dapat berupa limbah dari pabrik susu, rumah makan, pemotongan hewan, pabrik tahu, pabrik tempe, dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I, akan mengapung. Pada bagian bawah limbah melalui pipa akan terus mengalir ke bak II. Lemak akan tertinggal dan akan menempel pad dinding. Untuk mengambil lemak perlu diserok. Dalam Bak II limbah akan mengalami pengendapan, terus ke bak III begitu juga. Dari pipa pralon pada bak III air limbah akan keluar dan sudah tidak membahayakan lagi. Untuk membawa lumpur diperlukan kecepatan 0.1m/detik dan untuk membawa pasir kasar perlu kecepatan 0,2m/detik. Cara pembuatannya dapat dilihat Gambar di bawah ini.

 
Gambar 9. Denah bak pengendap ideal berbentuk persegi panjang

Gambar 10. Bak limbah industri rumah tangga
          Dari gambar diatas terlihat kegunaannya yaitu untuk membuang limbah industri rumah tangg dan untuk membuang kotoran-kotoran yang bersifat cair.Bak hendaknya sering dibersihkan agar kotorannya tidak mengganggu saluranPerlu di kontrol saluran-salurannya untuk menghindari kemacetan.Jangan membuang limbah berupa benda padat seperti : kain, kertas, daun-daun, plastik, kerikil, dsb.
     Kerugiannya ialah apabila kurang dikontrol akan sering macet, sehingga air akan keluar ke atas dan mengganggu lingkungan sekitarnya.
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
          Bak sampah dapat dipakai untuk membuang kotoran seperti daun, plastik, kertas. Pembakaran kotoran dari sampah untuk bak yang dibuat dari kayu diambil dahulu lalu dibakar di tempat. Sampah kompleks perumahan biasanya diambil dengan gerobak sampah/truk sampah dan dibuang ke tempat lain.
          Dapat dibuat bak, bisa dari kayu bekas/batu bata atau bisa juga dari porselin. Bak dari kayu lebih sederhana tetapi kotoran tidak dapat dibakar, karena bak akan terbakar. Bak yang dari batubata, kotorannya bisa dibakar. Agar supaya kayu bawah tidak terkena rayap dapat dibuatkan kaki. Begitu pula pada bak batu bata, agar mudah memindahkan bak. Cara pembuatan bak sampah dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 11. Alternatif bentuk bak sampah
          Bak sampah tersebut digunakan untuk membuang kotoran sampah seperti kertas, daun, dsb. Agar tetap terawat, maka perlu diperhatikan hal, yaitu:
          1) Bak kayu perlu di cat
          2) Setelah penuh diambil terus dibakar
          3) Jangan membuang yang berbau busuk seperti bangkai, dsb.
           
1. Mendaur Ulang Sampah Rumah Tangga
              Mendaur ulang sampah merupakan salah satu cara yang perlu mendapat prioritas utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena gangguan pencemarannya tinggi. Pengomposan sebaiknya dilakukan di dalam wadah untuk mencegah pencemaran lingkungan, gangguan binatang dan menjaga estetika.
          Bahan wadah tempat sampah:
•   Wadah portable dapat menggunakan drum, plastik, kayu, anyaman bambu, dsb.
•   Wadah permanen dapat menggunakan pasangan semen dengan ukuran: panjang dan lebar minimal 75 cm, sedangkan tingginya lebih kurang 100 cm. Bagian atas dibuatkan tutup yang mudah dibuka/tutup, bagian depan bawah diberi lobang panen kompos.
              Alat yang telah diuji coba dengan hasil baik adalah drum 200 liter, diberi pasangan pipa PVC berlubang-lubang untuk penghawaan. Bahan yang dikomposkan berupa sampah daun dan sisa makanan dapur.
          Cara Pengomposan Sampah Rumah Tangga:
•   Drum dipasang tegak, diganjal dan di bawah lubang ditaruh pecahan genteng untuk mencegah tikus masuk.
•   Sampah daun dari pembersihan halaman dikumpulkan di dekat drum komposter dan dipotong-potong (2,5 - 5 cm) menggunakan parang atau gunting rumput.
•   Sampah dapur ditampung dulu di dapur dalam dua ember kecil bertutup, yang satu untuk sisa makanan, yang kedua untuk plastik dan barang-barang bekas lain. Setiap kali ember sisa makanan penuh, dibawa ke kebun, dan dimasukkan ke dalam drum kemudian di atasnya ditutup rapat dengan potongan daun atau serbuk gergaji untuk mencegah pencemaran lalat dan menyeimbangkan C2N ratio. Kemudian di atas lapisan ditaburi aktivator isolar mikroorganisme 2 - 3 sendok besar(antara lain: orgaded, stardec, dsb.), atau kompos dan terakhir disiram air agar selalu lembab.
•   Demikian dilakukan setiap hari sampai drum penuh dan biarkan pengomposan berlanjut. Proses pengomposan akan merambat dari bawah ke atas seperti yang terjadi di lantai hutan.
•   Untuk mempercepat pengomposan, sejak drum berisi separuh, perlu sering ditusuk-tusuk agar terjadi lorong-lorong penghawaan.
• Setelah lebih kurang 6 minggu, kompos dipanen dengan mengeluarkannya dari drum, dikering anginkan dan dapat langsung dipakai. Sesudah itu drum dapat dipakai kembali.
     Pengomposan sampah dalam jumlah banyak:
          Apabila tersedia banyak bahan baku sampah, misalnya setelah pemangkasan tanaman, bahan baku ini dapat dimasukkan seluruhnya ke dalam wadah dengan menggunakan sistim berlapis (sandwich system), dengan ketebalan lapisan kurang lebih 30 cm. Di atas setiap lapisan bahan baku sampah diberi pupuk kandang, tanah subur, kompos atau ditaburi aktivator biologis (orgadec, stardec, dll.) kemudian diberi air supaya lembab. Demikian dilakukan sampai penuh dan wadah segera ditutup untuk menghindari gangguan berbagai binatang. Untuk tahap pengomposan selanjutnya lihat poin diatas.
2. Tempat Pembuangan Akhir dan Penerapan Sanitary Landfill
          Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan porositas tanah. Dasar cekungan pada sistem ini dilapisi geotekstil. Lapisan yang menyerupai plastik ini menahan peresapan lindi ke tanah. Diatas lapisan ini, dibuat jaringan pipa yang akan mengalirkan lindi ke kolam penampungan. Lindi yang telah melalui instalasi pengolahan baru dapat dibuang ke sungai. Sistem ini juga mensyaratkan sampah diuruk dengan tanah setebal 15 cm tipa kali timbunan mencapai ketinggian 2 meter.
 

Gambar 12. Pengolahan sampah dengan system Sanitary Landfill
          Sistem Sanitary Landfill tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu sehingga sampah yang dimasukkan ke tanah tidak mencemarkan tanah dan air tanah. Di sejumlah negara maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan non-organik, sampah yang mudah terdegradasi dan yang sulit.
          Sistem ini mampu mengontrol emisi gas metan, karbondioksida atau gas berbahaya lainnya akibat proses pemadatan sampah. RSL juga bisa mengontrol populasi lalat di sekitar TPA. Sehingga mencegah penebaran bibit penyakit.
          Cara kerjanya, di RSL, sampah ditumpuk dalam satu lahan. Lahan tempat sampah tersebut sebelumnya digali dan tanah liatnya dipadatkan. Lahan ini desbut ground liner. Usai tanah liat dipadatkan, tanah kemudian dilapisi dengan geo membran, lapisan mirip plastik berwarna yang dengan ketebalan 2,5 milimeter yang terbuat dari High Density Polyitilin, salah satu senyawa minyak bumi. Lapisan ini lah yang nantinya akan menahan air lindi (air kotor yang berbau yang berasal dari sampah), sehingga tidak akan meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Di atas lapisan geo membran dilapisi lagi geo textile yang gunanya memfilter kotoran sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Secara berkala air lindi ini dikeringkan.
          Sebelum dipadatkan, sampah yang menumpuk diatas lapisan geo textille ini kemudian ditutup dengan menggunakan lapisan geo membran untuk mencegah menyebarnya gas metan akibat proses pembusukan sampah (yang dipadatkan) tanpa oksigen.
          Geo membran ini juga akan menyerap panas dan membantu proses pembusukan. Radiasinya akan dipastikan dapat membunuh lalat dan telur-telurnya di sekitar sampah. Sementara hasil pembusukan samapah dalam bentuk kompos bisa dijual.
          Gas metan ini juga yang pada akhirnya digunakan untuk memanaskan air hujan yang sebelumnya ditampung untuk mencuci truk-truk pengangkut sampah. Henky yakin jika truk sampah yang bentuknya tertutup dicuci setiap kali habis mengangkut sampah, tidak akan menebarkan bau ke lokasi TPA.
          Pengolahan sampah dengan sistem ini sebenarnya sama saja dengan yang sudah dilaksanakan TPA Bantar Gebang. Hanya saja, pada Zona I TPA Bantar Gerbang, groun lner tidak menggunakan geo membran untuk menahan air lindi. Dan terjadi kebocoran yang menyebabkan pencemaran air serta pencemaran udara.
              Jika, TPA Bantar Gebang direhabilitasi kemudian pola pengolahannya digantikan dengan RSL, pemerintah daerah Jakarta, emnurut Henky tidak perlu mencari lokasi baru untuk menampung sampah. Karena sampah dapat diolah secara berkesinambungan dan sistem di ground liner bisa diperbaiki secara berkala.
          Sampah seperti pecahan kaca, logam, dan plastik dibakar dulu hingga menjadi abu sebelum ditimbun. Sampah yang mudah terdegradasi seperti sisa makanan, digiling terlebih dulu sebelum ditimbun. Dasar TPA dilapisi bahan kedap air dan diberi saluran untuk cairan hasil dari pembusukan sampah (lindi). Di dekat TPA harus ada sumur kontrol untuk mengontrol apakah air tanah di sekitar TPA sudah tercemar.
          TPA di Indonesia, sesungguhnya tidak menerapkan sanitary landfill seperti yang sering didengung-dengungkan. Paling banter TPA itu menggunakan sistem open dumping alias model curah yang lebih primitif dibandingkan dengan sanitary landfill, yakni sampah ditumpuk bergunung-gunung. Jika sistem ini dilengkapi lapisan dasar kedap air dan saluran untuk lindi masih dianggap mendingan.
          Namun, kalo tidak sangat berbahaya sekali karena sampah akan mencemari tanah dan air tanah (berupa bakteri e-coli dan logam berat) secara langsung. Sudah begitu, sistem open dumping yang digunakan ternyata masih disertai dengan pembakaran sampah. Padahal, pembakaran sampah itu "haram hukumnya" karena pembakaran sampah hanya menghasilkan oksidan berbahaya bagi kesehatan, apalagi kalo sampah yang dibakar adalah sampah non-organik, seperti plastik, kaca, atau logam. Jika itu dilakukan sama saja dengan memindahkan sampah di permukaan tanah ke udara dalam bentuk oksidan.                        
          Sampah landfill yang diproduksi pasar dan rumah tangga, seperti sisa makanan, sisa sayur mayur, atau segala yang cepat busuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan sumber energi untuk membangkitkan listrik dari tenaga uap. Tempat pembuangan dengan rayonisasi juga mempersingkat waktu waktu dari pengambilan ke tempat pembuangan sampah untuk langsung diolah. Durasi ini penting untuk meminimalkan bau akibat proses pembusukan yang tidak dapat ditunda.
          Truk-truk yang menutup sampahnya dengan terpal plastik tebal adalah cermin pengelolaan sampah yang buruk, dengan ditutup rapat seperti itu bau yang timbul akan lebih menyengat sebab proses anaerob menghasilkan gas asam sulfida, metan, dan licit. Sampah cukup ditutup dengan semacam jaring halus yang memungkinkan proses aerob : menyerap oksigen dan mengeluarkan CO2 yang tidak berbau.
          Rayonisasi pembuangan sampah tidak akan membuat warga sekitarnya terganggu apabila tempat pembuangan dan pengolahan sampah dikelola dengan baik dan tidak menimbulkan polusi. Kompensasi sosialnya, warga sekitar mendapat tambahan subsidi kesehatan dan pendidikan sebagai insentif.
          Indikator yang bisa dilihat dari komitmen Pemerintah untuk mempercepat kesadaran masyarakat salah satunya adalah baik buruknya pengelolaan sampah di setiap kota yang selalu parsial, latah dan berorientasi kepada proyek.
          Merujuk pada Protokol Kyoto (1997) yang sampai saat ini belum diratifikasi oleh Indonesia, khususnya pada Annex A, disebutkan bahwa jenis-jenis buangan yang bisa diperdagangkan adalah gas-gas rumah kaca, buangan bahan bakar, serta buangan industri mineral, logam, pelarut dan limbah. Namun, belum banyak pihak yang memahami apa yang bisa dimanfaatkan menurut protokol tersebut karena Indonesia masih belum meratifikasi. Menurut pakar Lingkungan Prof (Em) Dr. Otto Soemarwoto, " Semua pihak yang berhubungan dengan emisi sebaiknya mempelajari Protokol Kyoto dan pengaturannya melalui Mekanisme Pembangunan Bersih sehingga ketika diratifikasi, semua bisa memanfaatkannya".
          Kesadaran warga untuk mau memilah sampah organik dan anorganik sebetulnya dapat dipicu dengan memberikan insentif berupa pengurangan pajak bagi restoran, kantor, dan pusat bisnis yang kooperatif dalam pemilahan sampah ini.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
          Apabila setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang sampahnya masing-masing, maka sisa sampah yang dibuang dari rumah tangga tinggal sedikit berupa limbah non organik dan inipun masih bisa dimanfaatkan para pemulung.
          Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
B. SARAN
          Sudah saatnya masyarakat dididik untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah secara sederhana. Seperti masyarakat dan pemerintah Kota Brisbane bahu membahu untuk mengelola sampah secara professional, mereka sadar bahwa sampah jika dikelola dengan baik selain mempunyai nilai jual juga menjaga lingkungan bersih dan aman dari polusi.


Download PENGETAHUAN LINGKUNGAN MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca PENGETAHUAN LINGKUNGAN MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat