Judul: Epistimologi Pendidikan
Penulis: M. Al-Lueng Daneuny
Nama: Muntadhar
Prodi/Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam
Kelas : MPI-A
Semester : I
Resume Makalah
FILSAFAT PENDIDIKAN
MATERI:
Epistemologi Pendidikan
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan "misteri" pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda, bukan saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi persoalannya.
Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan. Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut. Hal iini berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri. Setelah memahami substansi belajar tersebut, dia baru bisa menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori belajar, prinsip-prinsip belajar, hambatan-hambatan belajar, cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap substansi suatu konsep merupakan "jalan pembuka" bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian).
Demikian pula, pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya, sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu.
Menurut Amsal Bakhtiar Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian , dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Dengan demikian, epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia.
Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri dari unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya. Dalam pengetahuan harus ada subjek (kesadaran untuk mengetahui sesuatu) dan objek (sesuatu yang dihadapi sebagai hal yang ingin diketahui). Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya. Terjadinya pengetahuan dapat bersifat apriori dan aposteriori. Apriori yaitu pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin. Aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.
Sumber-sumber pengetahuan antara lain: Pengalaman indera (sense experience), Nalar (reason), Intuisi (intuition), Wahyu (revelation), Otoritas (authority), dan Keyakinan (faith). Substansinya, Epistemologi pendidikan adalah filsafat tentang sumber-sumber pendidikan dan seluk-beluk pendidikan. Secara epistemologi, landasan pendidikan mengacu pada fitrah sebagai dasar pengembangan dan inovasi pendidikan yang berkarakter, karena pendidikan yang berkarakter selalu bertolak dari aspek-aspek kemanusiaan. Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain dalam hubungannya dengan dasar kurikulum yaitu menyangkut materi yang bagaimana serta bagaimana cara menyampaikan pengetahuan kepada anak didik disekolah.
Pertanyaan mengenai mengapa salah satu mata pelajaran dijadikan pelajaran wajib dan mengapa pelajaran lain dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan juga merupakan penerapan epistemologi dalam bidang pendidikan. Beberapa contoh lain adalah menyangkut pertanyaan berikut: metode mana yang paling tepat digunakan dalam proses pendidikan? Dengan sistem pendidikan yang mana kegiatan pendidikan dilaksanakan untuk mendapatkan nilai pendidikan yang benar?. Pertanyaan-pertanyaan ini jika dikaitkan dengan epistemology pendidikan, maka epistemologinya menekankan pada upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan. Jelaslah bahwa aktivitas berfikir dalam epistemologi adalah aktivitas yang paling mampu mengembangkan kreatifitas keilmuan dibanding ontologi dan aksiologi.
Jika dikaitkan dengan kondisi pendidikan bangsa Indonesia dengan paparan makalah ini, modernism dan modernisasi sistem dan kelembagaan pendidikan Islam berlangsung sejak awal abad ini hingga sekarang nyaris tanpa melibatkan wacana epistemologi, modernism dan modernisasi sistem kelembagaan pendidikan Islam cenderung diadopsi dan diimplementasikan begitu saja. Karena itu ,modernism dan modernisasi system kelembagaan pendidikan Islam di Indonesia berlangsung secara sementara dan parsial.Sebab itulah, modernisasi yang dilakukan kemudian cenderung bersifat involutuf; yakni sekedar perubahan-perubahan yang hanya memunculkan kerumitan-kerumitan baru dari pada terobosan-terobosan yang betul-betul bisa dipertanggungjawabkan, baik dari segi konsep maupun viabilitas, kelestarian dan kontinuitasnya.
Kenyataan inilah sehingga memunculkan persoalan menyangkut identitas atau "distingsi" Islam pada madrasah-madrasah pasca UUSPN 1989. Karena madrasah adalah sekolah umum, lalu dimanakah identitas Islamnya?. Identitas itu tidak memadai jika hanya terletak pada guru-gurunya yang memulai pelajaran dengan ucapan "basmallah"dan "salam", atau adanya musalla dan fasilitas keagamaan lainnya. Konsekuensinya , identitas itu harus dicari dan dirumuskan pada tingkat epistemology dan juga aksiologis ilmu-ilmu yang diajarkan di madrasah. Jika demikian pekerjaan rumah yang tidak ringan adalah bagaimana persisnya dan sepatutnya secara epistemology menjelaskan "ilmu-ilmu empiris"atau "ilmu-ilmu alam" dari kerangka epistemology Islam.
Menurut penulis hal ini adalah suatu keharusan, jika kita ingin menjadikan ilmu pengetahuan dapat mensejahterakan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan sains sekarang ini samapai pada taraf yang tidak manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan menghasilkannya, mengancam keamanan manusia dalam bidang persenjataan , menghabiskan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui, dalam bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi, perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang antara yang kaya dan yang miskin. Menurut Gregory Bateson , permasalahan ini disebabkan oleh kesalahan epistemology barat yang sekuler berpusat pada pemuasan nafsu yang dibangun dari empirisme, duniawi, humanistic, utiliter dan hedonistic.
Untuk itu Pendidikan Islam harus dapat menjadi antithesis dari kesalahan epistemology barat tersebut.ayat-ayatnya yang bersifat tekstual (al-Qur'an dan al-Hadis), maupun ayat-ayatnya yang bersifat kontekstual (kauniyah).
Jadi berangkatnya epistemology pendidikan Islam dari suatu keyakinan keimanan kepada Allah SWT. yang telah memberikan wahyu kepada Rasul Muhammad SAW. untuk kebahagiaan umat manusia di dunia dan kehidupan di akherat. Sehingga al-Qur'an dan al-Hadis merupakan kebenaran itu sendiri yang akan diakomodasikan dalam perumusan teori-teori pendidikan . Adapun kajian empiris keilmuan dan rasional filosofis adalah media untuk menalar pesan-pesan Tuhan yang absolute, baik melalui ayat–ayat yang bersifat tekstual (al-Qur'an dan al-Hadis), maupun ayat-ayatNya yang kontekstual (kauniyah) yang telah dijabarkan melalui sunnatullah.
Terimakasih telah membaca Epistimologi Pendidikan. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat
0 komentar: