September 27, 2016

TUGAS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

Judul: TUGAS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN
Penulis: Mochammad Hadi


TUGAS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN
Analisis Supply Chain Management Perusahaan Coklat PT. Ceres

Penanggung jawab:
Mochammad HadiA1M013028
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

Pendahuluan
Kakao (cocoa) atau dalam bahasa latin disebut dengan Theobroma cacao merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini, dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Cokelat sendiri memilki banyak manfaat bagi kesehatan maupun psikologis. Oleh karena itu, terdapat banyak sekali perusahaan – perusahaan coklat yang saling berkompetisi dan berinovasi dalam menciptakan produk coklat.
Salah satu perusahaan coklat terbesar di Indonesia adalah PT. Ceres yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat. Perusahaan yang merupakan anak turunan dari PT. General Food Indonesia ini memiliki total 27 merek produk seperti Wafer Briko, Top, Biskuit Selamat dll. Selain itu ada juga produk coklat yang dihasilkan oleh PT. Ceres, salah satu produk coklat yang terkenal adalah Silver Queen.
Melihat permintaan konsumen yang begitu tinggi, PT. Ceres selalu berusaha melakukan berbagai kebijakan terkait dengan masalah produksi dan distribusi. Dalam rangka meningkatkan jumlah supplier cocoa untuk produk coklatnya, PT. Ceres juga melakukan impor cocoa khususnya yang berasal dari Benua Afrika sebagai produsen cocoa nomor 1 di dunia.
Selain permasalahan produksi dan distribusi, perusahaan juga menghadapi beberapa kebijakan – kebijakan dari pemerintah yang terkadang merugikan perusahaan. Namun, melihat perkembangan dari PT. Ceres menunjukkan bahwa perushaan ini memiliki sebuah management yang terstruktur dan konsisten khususnya dalam Chain Supply Management. Oleh karena itu, sistem management PT. Ceres bisa dijadikan salah satu model dan sebagai acuan dalam mempelajari management suatu perusahaan besar.
Isi
Supply Chain Management (SCM) atau yang juga dikenal dengan Manajemen Rantai Pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah menjadi barang jadi.
Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitas - aktivitas yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta mengantarkan barang-barang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien. Dalam definisi tersebut, secara umum pemahaman rantai pasok akan mengandung makna terjadinya aliran material dari awal sampai ke konsumen dengan memperhatikan faktor ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produknya.
Dalam definisi operasional pengertian rantai pasok terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu berikut ini :
Manajemen Rantai Pasok adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer, distributor, retailer, dan customer.
Manajemen Rantai Pasok mempunyai dampak terhadap pengendalian biaya.
Manajemen Rantai Pasok mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan.
Untuk mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, pertama-tama yang harus diketahui adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada, mulai dari yang pertama sampai yang terakhir. Misalnya, rantai pasok dari pabrik kertas adalah dimulai dari hutan kayu sebagai penghasil bahan baku, bahan penolong, peralatan, dan pemasok lain yang terlibat.
Cikal bakal perusahaan Ceres sebetulnya perusahaan tua yang didirikan di Bandung, Jawa Barat, oleh orang Belanda, dengan nama NV Ceres. Ketika Jepang menduduki Indonesia, pemilik Ceres pulang ke Belanda dan menjualnya ke orang Indonesia dan berganti nama menjadai PT Ceres. Sejak krisis moneter, Ceres berganti kepemilikan, kemudian statusnya berubah menjadi PMA dengan induk perusahaan bernama Petra Foods yang bermaskar di Singapura, dan mayoritas sahamnya dikuasai keluarga Chuang.
Petra Foods adalah perusahaan publik yang telah mencatatkan sahamnya di Singapore Stock Exchange. Namun, mayoritas saham 60% masih digenggam keluarga Chuang, sedangkan 40% sisanya di tangan publik dan sebuah bank di Prancis. Mulanya grup Ceres adalah layaknya home industry pada umumnya, skalanya kecil dan ditangani sederhana. Bedanya, yang ditekuni adalah bisnis cokelat olahan yang saat itu terbilang jarang di Indonesia.
Sebagai perusahaan pemroses kakao utama di dunia, jajaran petinggi dalam manajemen Petra Foods Limited yang bermarkas di Singapura wajar selalu memikirkan keberlangsungan (sustainability) pertumbuhan usahanya melalui pendekatan yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena produk yang menjadi bahan utama penggerak bisnisnya adalah kakao, sebagai bahan baku cokelat, maka perhatian kepada lingkungan penanaman kakao dan para pemangku kepentingannya (stakeholders) menjadi esensi dalam kegiatan usaha.
Petra Foods dibangun di atas 2 divisi usaha yang saling mendukung, yaitu
1. Cocoa Ingredients – salah satu produsen utama dunia sekaligus pemasok bahan baku kakao berkualitas premium seperti Cocoa Liquor, Cocoa Butter dan Cocoa Powder yang menjadi dasar bagi berbagai produk cokelat yang dikonsumsi oleh jutaan manusia setiap harinya.
2. Branded Consumer – salah satu pemain terdepan di Asia Tenggara yang memasarkan dan mendistribusikan merek-merek milik sendiri atas berbagai produk cokelat dan kembang gula ke pasar konsumen umum, dan menduduki posisi sebagai pemimpin pangsa pasar di Indonesia.
Sejak lahir pada tahun 1984, dan pada tahun 2001 awal memiliki 5 pabrik dan berbagai kantor di 4 negara, Petra Foods telah menjadi pemain yang disegani. Saat ini Petra Foods memiliki fasilitas pemrosesan, kantor-kantor dan kegiatan usaha di 16 lokasi yang tersebar di 11 negara yang berada di benua Asia, Eropa dan Amerika. Jumlah karyawan juga telah mencapai 6.000 orang dengan latar belakang 22 kebangsaan.
Ekspansi usaha ini telah membuat Petra Foods mampu melayani lebih baik banyak pelanggan internasional mereka yang bergerak di bidang usaha Cocoa Ingredients sekaligus memenuhi kebutuhan akan konsumsi berbagai produk chocolate confectionery di Asia Tenggara. Berawal dari usaha keluarga pada sekitar 60 tahun lalu dalam usaha chocolate confectionery, telah mewarisi penguasaan pasar yang kuat akan berbagai produk cokelat di Indonesia. Produk Ingredient berbasis kakao dan divisi produk Konsumer bermerek (branded) terus bertumbuh kuat dengan penguasaan pangsa pasar lebih dari 50 persen di pasar Indonesia saja.
Komitmen Petra Foods atas keberlangsungan dan usaha peningkatan kualitas komunitas didasarkan pada keinginan membalas apa yang telah diberikan masyarakat atas kemajuan perusahaan dan sejalan pula dengan pendekatan Corporate Social Responsibilty (CSR) perusahaan. Salah satu contoh aktivitas CSR yang baru-baru ini dicanangkan kegiatannya oleh Petra Foods adalah SEEDS (Social Economic Environmental Development for Sustainability), yang berlangsung di hotel Novotel Bandar Lampung pada 17 Oktober 2012 lalu.
Menurut Joseph Chuang, Lampung memiliki potensi yang bagus sebagai sentra perkebunan kakao, tinggal bagaimana meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi perkebunan kakao dan penanganan paska panen agar bisa dijual ke pabrik pengolahan kakao dalam kondisi yang baik sesuai standar. Dengan demikian, sebagaimana visi SEEDS, pendapatan petani bisa meningkat. Kondisi yang ideal tersebut akan menjaga kesinambungan pasokan biji kakao bermutu bagi kebutuhan pabrik-pabrik pemrosesan kakao yang ada dalam jajaran grup Petra Foods, seperti General Food Industries yang berada di Bandung.
SEEDS diyakini merupakan program yang ramah lingkungan karena mengurangi pemakaian pestisida kimia. Penambahan produktifitas lahan pertanian akan mengurangi kebutuhan penambahan luas lahan baru, karena hal tersebut ternyata tidak menambah hasil produksi. Di Lampung program SEEDS dimulai sejak tahun 2010 di daerah Way Jepara Lampung Timur dan Pringsewu, Lampung Barat.
Melihat bahwa kakao sudah menjadi komoditas pilihan petani di Lampung dalam kurun 10 tahun terakhir. Hal ini karena komoditas lain seperti cengkeh dan kopi harganya selalu berfluktuasi secara tajam sementara kakao lebih stabil dan secara jangka panjang ke depan akan terus meningkat harganya karena tren permintaan dunia akan produk cokelat terus meningkat. Program SEEDS menurut akan membantu petani dalam meningkatkan kualitas produksi dan mendukung permodalan.
Dirjen Perkebunan mengklaim bahwa Indonesia adalah negara penghasil kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading (38,8%) dan Ghana (30,2%), dengan kontribusi 13,8 % dari pasokan dunia yang total mencapai 4 juta ton per tahun. Kakao sebagai tanaman sosial, karena ditanam melalui perkebunan rakyat yang melibatkan 1,5 juta Kepala Keluarga dan mampu menyumbang penghasilan 1,3 miliar USD bagi negara, berada di urutan ketiga setelah kelapa sawit dan karet untuk kategori sub sektor tanaman hasil perkebunan.
Program ini menjaga kendali rantai pasokan dari bibit (upstream) sampai hasil produk akhir (downstream) dengan kualitas yang terjaga sekaligus mampu telusur (traceability). Peningkatan pendapatan petani secara cepat dilakukan melalui pelatihan atas Good Agricultural Practices (Praktek Penanaman Yang Benar), proses paska panen dan pengawasan atas material penanaman yang memberi hasil tinggi. Tiga pilar SEEDS yaitu Availability (petani setia menanam kakao secara jangka panjang), Quality (pelatihan agronomi, penanaman, paska panen) dan Traceability (konsumen cokelat mengetahui dari petani mana mereka mengkonsumsi cokelatnya dan apakah petani tersebut mendapat penghargaan yang layak atas jerih payahnya).
Marc Donaldson berharap jumlah petani kakao yang tercakup dalam program SEEDS akan meningkat dari 23.500 petani menjadi 35 ribu petani di tahun 2015. Petra Foods menjamin akan bertindak sebagai pembeli atas hasil panen kakao dari para petani tersebut.
Simbiosis mutualisme antara petani kakao dan produsen pemroses kakao telah tercipta melalui program SEEDS yang dilaksanakan Petra Foods. Kegiatan CSR ini bukan semata kosmetik untuk menampilkan kesan artifisial akan tanggung jawab perusahaan bagi masyarakat yang telah mendukung kemajuan perusahaan. SEEDS telah memberi bukti nyata akan dampak positif kehadiran perusahaan besar bagi lingkungan dan masyarakat, dan ke depan para petinggi dan jajaran manajemen Petra Foods akan semakin sibuk untuk terus berkreasi dalam program SEEDS, yang menjamin kesinambungan rantai pasokan bahan baku cokelat, sebagai salah satu langkah strategis usaha dalam berkompetisi di pasaran dunia.
Selain masalah supplier, kebijakan pemerintah juga menjadi salah satu factor yang sangat menentukan nasib perusahaan.. Beberapa dampak kebijakan bisa dilihat dari berbagai pihak, seperti petani, pedagang dan kelompo processing.
1 .Petani adalah kelompok yang paling dirugikan karena harga biji coklat akan jauh dari harga dunia karena otomatis ekportir akan membebankan PE pada harga pembelian dari pengumpul daerah dan seterusnya, ujung-ujungnya harga pada level petani akan tertekan.
2. Pedagang (mulai pengepul sampai eksportir) tidak dirugikan atau diuntungkan karena akhir dari perdagangan adalah eksportir, tentunya mereka akan menyesuaikan pembelian dengan harga dunia dikurangi PE.
3. Kelompok processing adalah yang paling diuntungkan.Faktanya harga dilapangan yang terbentuk, adalah harga dominan terbentuk dari persaingan antara prosesing dengan eksportir. Jika harga pembelian eksportir rendah karena ada beban PE, Sedangkan produk olahan prosesing tidak dikenakan PE (powder dan butter) tentunya keuntungan menjadi tinggi.
Analisa lebih lanjut, walau ekportir tidak diuntungkan/dirugikan,pada akhirnya prosesing akan menjalankan strategi menaikan harga beli dibanding eksportir sehingga eksportir tidak mendapatkan profit yg menarik, jika dia adalah ekportir dadakan akan mengalihkan ke komoditi lain, jika sebelumnya pungumpul daerah akan kembali ke pangkuan prosesing. Celakanya, prosesing ini tinggal hitungan jari dan mereka sudah dalam 1 asosiasi, sangat memungkinkan ber oligopoli.
Penutup
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan beberapa hal, diantaranya :Supply Chain Management (SCM) atau yang juga dikenal dengan Manajemen Rantai Pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya.
Dalam menjaga jumlah bahan baku cocoa tetap tersdia, perusahaan PT. Ceres berusaha menerapkan sistem SEEDS kepada petani cocoa, agar mereka dibimbing dan dikontrol untuk menghasilkan cacao dalam jumlah banyak dan berkualitas
Kebijakan pemerintah seperti misalnya penambahan pajak ekspor, tentunya memberikan dampak yang buruk pada petani cocoa karena nanti pajak eksportir yang harus dibebankan pada harga cocoa yang akan dijual. Sedangkan untuk bagian processing tentu sangat dintungkan, hal itu dikarenakan harga dilapangan yang terbentuk, adalah harga dominan terbentuk dari persaingan antara prosesing dengan eksportir.Jika harga pembelian eksportir rendah karena ada beban PE, Sedangkan produk olahan prosesing tidak dikenakan PE (powder dan butter) tentunya keuntungan menjadi tinggi.


Download TUGAS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca TUGAS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: