Judul: RESUME ANEMIA
Penulis: Hairun Nisa
TUGAS DIETETIK
"RESUME ANEMIA"
Disusun Oleh :
HAIRUNNISA2011 2120 433
JURUSAN GIZI
POLTEKKES PONTIANAK KEMENKES RI
2012/2013
Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2 diantara jaringan dan darah. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kurang sel darah merah (hemoglobin atau Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit.
Penyebab Anemia
Penyebab anemia antara lain :
Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )
Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
Kelainan darah
Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)
Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun : cacingan.
Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie, dll. Sedang faktor ekstrasel: intoksikasi, infeksi – malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
Tanda dan Gejala Anemia
Tanda-tanda umum anemia:
pucat,
tacicardi,
bising sistolik anorganik,
bising karotis,
pembesaran jantung.
Manifestasi khusus pada anemia:
Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
Patofisiologis
Kehilangan darah berlebih
Terjadi pendarahan karena luka perifer atau karena penyakit misalnya gastric ulcer dan hemorrhoid.
Pendarahan kronis
Pendarahan vagina
Peptic ulcer
Parasit intestinal
Aspirin dan AINS lain
Destruksi berlebihan sel darah merah
Antibodi sel darah merah
Obat-obatan
Sequestrasi berlebihan pada limpa
Faktor intrakorpuskular
Hereditas
Kelainan sintesis Hb
Produksi eritrosit kurang
Defisiensi nutrien (Fe, B12, asam folat, protein)
Defisiensi eritroblas
Anemia aplastik
Antagonis asam folat
Eritroblastopenia terisolasi
antibodi
Kondisi infiltrasi sumsum tulang
Limfoma
Leukemia
Mielofibrosis
Karsinoma
Abnormalitas endokrin
Hipotiroid
Insufisiensi adrenal
Insufisiensi Pituitary
Penyakit ginjal kronis
Penyakit inflamasi kronis
Granulomatous disease
Collagen vascular disease
Penyakit hati
Patogenesis Anemia
Berdasarkan patogenesisnya, anemia digolongkan dalam 3 kelompok (Wintrobe at all, 1999) yaitu:
Anemia karena kehilangan darah
Anemia karena kehilangan darah akibat perdarahan yaitu terlalu banyaknya sel-sel darah merah yang hilang dari tubuh seseorang, akibat dari kecelakaan dimana perdarahan mendadak dan banyak jumlahnya, yang disebut perdarahan eksternal. Perdarahan dapat pula disebabkan karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang menyebabkan penekana terhadap pembuatan sel darah merah. Selain itu ada pula perdarahan kronis yang terjadi sedikit demi sedikit tetapi terus menerus. Perdarahan ini disebabkan oleh kanker pada saluran pencernaan, peptic ulser, wasir yang dapat menyebabkan anemia.
Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merah
Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merah dapat terjadi karena bibit penyakit atau parasit yang masuk ke dalam tubuh, seperti malaria atau cacing tambang, hal ini dapat menyebabkan anemia hemolitik. Bila sel-sel darah merah rusak dalam tubuh, zat besi yang ada di dalam tidak hilang tetapi dapat digunakan kembali untuk membentuk sel-sel darah merah yang baru dan pemberian zat besi pada anemia ini kurang bermanfaat. Sedangkan asam folat rusak dan tidak dapat digunakan lagi oleh karena itu pemberian asam folat sangat diperlukan untuk pengobatan anemia hemolitik ini.
Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merah
Sum-sum tulang mengganti sel darah merah yang tua dengan sel darah merah yang baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang hilang, sehingga jumlah sel darah merah yang dipertahankan selalu cukup banyak di dalam darah, dan untuk mempertahankannya diperlukan cukup banyak zat gizi. Apabila tidak tersedia zat gizi dalam jumlah yang cukup akan terjadi gangguan pembentukan sel darah merah baru.
Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merah, dapat timbul karena, kurangnya zat gizi penting seperti zat besi, asam folat, asam pantotenat, vitamin B12, protein kobalt, dan tiamin, yang kekurangannya biasa disebut "anemia gizi". Selain itu juga kekurangan eritrosit, infiltrasi sum-sum tulang, kelainan endokrin dan penyakit ginjal kronis dan sirosis hati. Menurut Husaini (1998) anemia gizi yang disebabkan kekurangan zat besi sangat umum dijumpai di Indonesia.
Terapi Obat
Tujuan utama pengobatan terhadap pasien anemia adalah untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala, memperbaiki etiologi yang mendasarinya misalnya mengembalikan substrat yang dibutuhkan untuk produksi sel darah merah, dan mencegah kambuhnya anemia.ANEMIA DEFISIENSI BESI
Terapi besi secara oral dengan garam besi ferrous yang larut, bukan salut dan bukan lepas lambat atau bertahap, direkomendasikan pada dosis harian 200 mg elemen besi dalam dua atau tiga dosis terbagi.
Makanan memiliki peran signifikan, besi diabsorbsin dengan baik dari daging, ikan, dan unggas.
Besi parenteral dapat diperlukan untuk pasien dengan malabsorbsi besi, intoleransi terhadap terapi besi secara oral, atau tidak patuh terhadap terapi.
Produk besi oral
Ferro sulfatFerro glukonatFerro fumaratKompleks besi polisakaridaBesi karbonatBesi dekstranBesi sukrosaEpoetin alfaBesi terutama diabsorbsi dari duodenum dan jejunum. Garam ferro diabsorbsi 3 kali lebih cepat disbanding bentuk ferri.
Makanan dapat menurunkan absorbs besi setidaknya sebesar 50%
Besi ditransportasikan melalui darah darah dan terikat padtransferrinPada pria sehat kehilangan besi dari urin, keringat, dan sel mukosa intestinal sekitar 0,5 – 1 mg.
Pada wanita menstruasi kehilangan normal harian sekitar 1 – 2 mg
ANEMIA DEFISIENSI VITAMIN B12
Suplemen vitamin B12 oral sama efektifnya dengan parenteral meskipun pada beberapa pasien dengan anemia pernisiosa karena jalur absorbs vitamin B12 alternatif tidak dipengaruhi factor intrinsik.
Sianokobalamin oral diawali dengan 1 hingga 2 mg setiap hari selama 1 hingga 2 minggu, dilanjutkan dengan 1 mg setiap hariVitamin B12 penting untuk pertumbuhan, reproduksi sel, hematopoiesis, dan sintesis nucleoprotein dan myelin
Vitamin B12 berperan dalam pembentukan sel darah merah melalui aktivasi koenzim asam folatAbsorbs vitamin B12 tergantung pada adanya factor intrinsic dan kalsium yang cukupANEMIA DEFISIENSI FOLAT
Folat oral 1 mg setiap hari selama 4 bulan biasanya mencukupi, kecuali etiologinya tidak dapat diperbaiki.
Jika terdapat malabsorbsi dosis harian harus ditingkatkan menjadi 5 mg
Asam folat terdapat di plasma sekitar 15 – 30 menit setelah pemberian secara oral, kadar puncaknya dicapai dalam 1 jam.
Sebagian besar produk metabolitnya muncul di urin setelah 6 jam, ekskresi lengkap dicapai dalam 24 jam.
Terapi Gizi
Prinsip diet pada penderita anemia adalah Tinggi Energi Tinggi Protein. Jadi bukan hanya kuantitas atau jumlah yang diperhatikan tetapi kualitas atau mutunya harus diperhatikan.Bila mengalami anemia karena kekurangan zat gizi seperti zat besi, asam folat dan vitamin B12 maka kita harus memperbaiki konsumsi kita sehari-hari. Mulai makanlah aneka ragam makanan terutama yang kaya akan zat besi, asam folat dan vitamin B 12 dan bila perlu mengkonsumsi suplemen zat gizi tersebut. Misalnya suplemen besi diberikan kepada penderita anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa.Makanan yang kaya akan zat besi, asam folat dan vitamin B sangat banyak kita temui di lingkungan sekitar kita atau di pasar. Sumber utama zat besi adalah pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran yang berwarna hijau tua, misalnya daging berwarna merah, sayuran hijau, sereal, roti gandum berserat kasar, tempe.
Hanya saja kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe/zat besi adalah rendahnya tingkat penyerapan zat besi di dalam tubuh, terutama sumber zat besi nabati. Sumber zat besi nabati hanya diserap 1-2%, sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan asal hewani dapat mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa zat besi Fe pangan asal hewani lebih mudah diserap dari pada zat besi pangan asal nabati.Oleh karena itu dalam menu sehari-hari, usahakan keanekaragaman konsumsi makanan terutama untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Misalnya ada menu pangan hewani seperti daging, telur, ikan dan juga makanan sumber vitamin C, vitamin A, zink dll yang meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.
Sumber asam folat antara lain : sayuran hijau gelap, kacang-kacangan, biji-bijian dan buah segar. Sumber vitamin B12 atau kobalamin hanya terdapat pada bahan makanan hewani seperti hati, ginjal, daging, ikan segar. Tempe juga mengandung vitamin B12, walaupun kacang kedelai tidak mengandung vitamin tersebut. Hal ini disebabkan pada saat proses pembuatan tempe, vitamin B 12 disintesis.
Kurangi konsumsi teh karena akan menghambat penyerapan zat besi karena di dalam teh terkandung tanin dan kafein. Zat-zat stimulan yang terdapat dalam kafein pada teh meninggalkan kerak pada dinding usus, sehingga menghambat rantai produksi enzim-enzim dalam pencernaan. Tanin dalam teh bila terisolasi air panas akan menghasilkan asam galat. Senyawa ini dalam pencernaan juga akan melapisi dinding usus sementara, sehingga absorbsi makanan tidak terjadi/minimal. Asam galat biasanya mengambang di atas permukaan teh dan bisa kita lihat jelas pada teh tubruk. Tanin dan kafein sama-sama menghambat proses penyerapan zat besi dalam tubuh. Oleh karena itu bila dikonsumsi terlalu banyak dan konsumsi makanan tidak seimbang maka akan mengakibatkan anemia.
Daftar Pustaka
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan09/207314005/bab2.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-windayunia-5174-3-bab2.pdf
https://esmet-yulia.googlecode.com
www.akpergapu-jambi.ac.id
diahbatuone.files.wordpress.com
http://diarikesehatan.blogspot.com/2012/12/terapi-dan-pengobatan-anemia.html
http://radioharmonifm.com/home/pencegahan-dan-pengaturan-gizi-pada-anemia/
Terimakasih telah membaca RESUME ANEMIA. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat
0 komentar: