Judul: Kaitan Motivasi dan Kepemimpinan
Penulis: Arief Hakim
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Motivasi berasal dari kata latin "movere" yang berarti "dorongan atau daya penggerak". Motivasi ini diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Adapun kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Terkait dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan motivasi adalah mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi. (Hasibuan, 2003).
Kepemimpinan adalah suatu jenis hubungan kekuasaan yang ditandai oleh persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk merumuskan pola perilaku dari anggota yang pertama dalam hubungannya dengan kegiatan sebagai anggota kelompok (Janda, 1960:358). Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23).
Dari jaman dahulu sampai jaman sekarang masyarakat sangat menginginkan sekali pemimpin yang adil, amanah, dan dapat mengembangkan negeri yang di pimpinnya. Selain itu tujuan dari apa yang telah disepakati bersama pun dapat tercapai, sehingga dapat tercipta masyarakat yang adil dan sejahtera. Sebagai seorang pemimpin selain harus bisa mengemban amanah dan berbuat adil, harus bisa memotivasi para anggotanya yang kurang bersemangat melakukan aktivitas dalam kesehariannya, yang terkena musibah, ataupun masyarakat yang tidak mempunyai motivasi. Apabila masyarakat yang seperti itu didiamkan saja, maka akan menimbulkan efek negative terhadap masyarakat lainnya, sehingga tujuan yang telah kita buat dan kita sepakati tidak akan tercapai.
Meskipun sulit mencari seorang pemimpin yang seperti itu, akan tetapi apabila kita benar-benar mencari dan menyeleksi pemimpin dengan baik dan benar maka kita akan dapat pemimpin yang kita inginkan dan kita idam-idamkan. Maka dari itu dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai hubungan antara kepemimpinan dengan motivasi. Dimana setiap pokok bahasannya menjelaskan mengenai pengertian kepemimpinan, Latar Belakang dan Sebab Munculnya Kepemimpinan dan Pemimpin, Tipe dan Gaya Kepemimpinan, Syarat-Syarat Kepemimpinan, Sifat-Sifat Seorang Pemimpin, Teori- Teori Kepemimpinan, Pengertian Motivasi, Jenis dan Sumber Motivasi, dan hubungan antara kepemimpinan dan motivasi.
Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas, maka kami dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut;
Bagamanakah pengertian kepemimpinan?
Bagaimanakah pengertian motivasi?
Bagaimanakah tipe dan gaya kepemimpinan?
Bagaimanakan penjelasan mengenai teori-teori kepemimpinan?
Bagaimanakah jenis dan sumber motivasi yang terdapat dalam diri individu?
Bagaimanakah hubungan antara kepemimpinan dan motivasi?
Tujuan
Seperti yang telah di ungkapkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah maka dalam pembuatan makalah ini mempunya tujuan antara lain:
Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah kelompok mata kuliah Teori Motivasi dan Persuasi.
Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan dan motivasi.
Untuk mengetahui bagaimanakah kaitan antara motivasi dengan kepemimpinan.
Untuk mengetahui bagaimana cara memotivasi anggota kita apabila kita menjadi seorang pemimpin.
Untuk mengetahui tipe dan gaya kepemimpinan yang baik, sehingga nantinya kita bisa diterima dengan baik oleh para anggota atau bawahan kita.
BAB II
KEPEMIMPINAN
Definisi Kepemimpinan
Mengenai kepemimpinan ini ternyata tidak terlalu mudah dirumuskan suatu definisi yang baku karena biasanya pengertiannya hanya diambil dari kamus umum dan dalam penerapannya selalu tercampur aduk dengan pengertian-pengertian lain, seperti kekuasaan, manajemen, control, pengawasan dan wewenang yang semuanya merujuk kegejala yang sama (Bennis, 1959). Bahkan Stogdill (1974) menyataka bahwa banyaknya definisi tentang kepemimpinan hampir sama dengan jumlah orang yang mendefinisikan kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan telah didefinisikan atas dasar bakat, sifat perilaku, pengeruh terhadap orang lain, pola intreksi, peran, jabatan, posisi, dan persepsi orang lain mengenai keabsahan kepemimpinan itu sendiri.
Beberapa dedinisi kepemimpinan adalah sebagai berikut;
Kepemimpinan adalah perilaku seorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan bersama (Hempill & coons, 1957:7).
Kepemimpinan adalah suatu jenis hubungan kekuasaan yang ditandai oleh persepsi anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang lain mempunyai hak untuk merumuskan pola perilaku dari anggota yang pertama dalam hubungannya dengan kegiatan sebagai anggota kelompok (Janda, 1960:358).
Kepemimpianan adalah pengaharuh anatar pribadi yang dialaksanakan dan diarahkan melalui prosses komunikasi, ke arah pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik, 1961:24).
Kepemimpinan adalah interaksi antar manusia dimana salah satunya menyajikan satu jenis informasi tertentu sedemikian rupa sehingga yang alain yakin bahwa hasilnya akan lebih baik jika ia berperilaku sesuai dengan cara-cara yang dianjurkan atau diaharapkan (Jacobs, 1970: 232).
Kepemimpinan adalah pengawalan dan pemeliharaan suatu struktur dalam tahapan dan interaksi (Stogdill, 1974: 411).
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok yang terorganisasi menuju pencapaian suatu tujuan (Roach & Behling, 1984: 46).
Benis mengenai kepemimpinan berkata "….The process by which an agent induces a subordinate to behave in a desired manner" (proses dengan mana seorang agen menyebabkan bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu).
Ordway Tead dalam bukunya The Art of Leadership menyatakan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
George R. Terry dalam bukunya Principle Of Management berkata kepemimpianan adalah kegiatan mempengaruhi agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.
Howard H. hoyt dalam bukunya Aspect Of Modern Public Administration menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing.
Selain itu kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang memimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu yang dipimpin (ada relasi interpersonal).
Disisi lain definisi pemimpin pun tidak mudah dirumuskan. Yulk (1989) mengemukakan bahwa definisi pemimpin dapat digolongkan kedalam enam jenis seperti tampak pada table berikut ini;
Konsep yang luas Konsep yang terbatas
Seseorang yang mempengaruhi anggota kelompok Seseorang yang pengaruhnya kuat terhadapa anggota kelompok lain (kepemimpinan terarah)
Seseorang yang mempengaruhi anggota kelompok dalam segala hal Seseorang yang secara sistematis mempengaruhi perilaku anggota kearah pencapaian tujuan kelompok
Seseorang yang mempengaruhi anggota-anggota kelompok agar mentaati kehendaknya, baik sukarela maupun tidak Seseorang yang mendapatkan komitmen yang antusias dari anggota kelompok untuk melaksanakan kehendaknya.
Dari berbagai definisi mengenai kepemimpinan diatas maka kelompok kami menyimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah perilaku seorang individu ketika ia mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas suatu kelompok yang dipimpinnya sehingga mereka mau bekerja sama sehingga tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama akan tercapai sehingga akan terjadi suatu hubungan komunikasi yang baik antara pemimpin dan anggotanya.
Latar Belakang dan Sebab Munculnya Kepemimpinan dan Pemimpin
Latar Belakang Sejarah Pemimpin Dan Kepemimpinan
Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam disekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia, dan ada unsure kepemimpinan. Pada saat itulah pribadi yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah orang-orang yang paling kuat, paling cerdas dan paling berani. Sebagai contoh, kautilya dengan tulisannya "Arthasastra" (321 sebelum masehi) menuliskan ciri-ciri khas seorang perwira yang ditunjuk sebagai pemimpin, adalah:
Pribumi, lahir dari keturunan luhur;
Sehat, kuat, berani, dan ulet;
Intelligent punya ingatan yang kuat, pandai, fasih berbicara;
Punya watak yang murni, dengan sifat-sifat utama: penuih kebaktian, taat pada kewajiban, setia, punya harga diri, kokoh pendiriannya, memiliki antusiasme, bijaksana, dan mampu melihat jauh kedepan;
Ramah-tamah, baik hati, sopan santun;
Terampil, terlatih baik dalam bidang seni;
Mempunyai pengaruh.
Dengan ringkas dapat dinyatakan, pemimpin dan kepemimpinan itu dimana pun juga dan kapanpun juga selalu diperlukan, khususnya pada zaman modern sekarang ini dan dimasa mendatang.
Sebab Munculnya Pemimpin
Ada tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin ialah;
Teori genetis menyatakan sebagai berikut:
Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya.
Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalm situasi kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus.
Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan determinis.
Teori social (lawan teori genetis) menyatakan sebagai berikut:
Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak lahir begitu saja,
Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemampuan sendiri.
Teori ekologis atau sintetis (muncul sebagi reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan bahwa seorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pemdidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.
Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Sehingga munculah beberapa tipe kepemimpinan. Misalnya tipe-tipe karismastis, paternalistis, militeristis, otokratis, laissez faire, populis, administrative, dan demokratis.
WJ Reddin dalam artekelnya What Kind of Manager, dan disunting oleh Wahjosumidjo (departemen P. & K. Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), menentukan watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu;
Berorientasikan tugas (Task Orientation)
Beroroientasikan hubungan kerja (Relationship orientation)
Berorientasikan hasil kerja yang positif (effectivess orientation)
Berdasarkan penonjolan orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe kepemimpinan, yaitu:
Tipe Deserter (pembelot)
Sifatnya; bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan.
Tipe Birokrat
Sifatnya; correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisipllin, dank eras.
Tipe Misionaris (Missionary)
Sifatnya; terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah
Tipe Developer (pembangun)
Sifatnya; kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan.
Tipe Otokrat
Sifatnya; keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel.
Benevolent Autokrat (otokrat yang bijak)
Sifatnya; lancer, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri.
Tipe Compromiser (kompromis)
Sifatnya; plintat-plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
Tipe Eksekutif
Sifatnya; bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.
Syarat-Syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu;
Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk bergerak sesuatu.
Kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu "mbawani" ataur mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan teknis maupun social, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.
Stogdill dalam bukunya Personal Factor Associated Whit Leadership yang dikutip oleh James A. Lee dalam bukunya Management Theories and Prescription menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu;
Kapasitas; kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau verbal facility, keaslian, kemampuan menilai.
Prestasi/Arcievement; gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olahraga dan atletik dan lain-lain.
Tanggung jawab; mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
Partisipatif; aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
Status; meliputi kedudukan social ekonomi yang cukup tinggi, popular, tenar.
Sedangkan Earl Nightingel dan Whitt Scult dalam bukunya Creative Thingking-How to Win Ideas (1965) menuliskan kamampuan pemimpin dan syarat yang harus dimiliki ialah;
Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism),
Besar rasa ungin tahunya, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda (corius),
Multiterampil atau memiliki kepandaian bernekaragam,
Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan,
Perfeksionis, selalu mendapatkan yang sempurna,
Mudah menyesuaikan diri, adaptsinya tinggi,
Sabar namun ulet, serta tidak 'mendek' berhenti,
Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet realistis,
Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato,
Berjiwa wiraswasta,
Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta berani mengambil resiko,
Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya,
Berpengetahuan luas, dan haus akan ilmu pengetahuan,
Memiliki motivasi tinggi, dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealism tinggi,
Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi dan daya inovasi.
Yang jelas pemimpin itu harus mempunyau beberapa kelebihan dibandingkan anggota-anggota biasa lainnya. Sebab karena kelebihan-kelebihan tersebut dia bisa berwibawa dan dipatuhi oleh bawahannya terutama sesekali ialah kelebihan dibidang moral akhlak, semangat juang, ketajaman inteligensi, kepekaan terhadap lingkungan, dan ketekunan-keuletan. Dan yang penting lainnya ialah memilii integritas kepribadian tinggi, sehingga dia menjadi dewasa matang, bertanggung jawab, dan susila.
Sifat-Sifat Seorang Pemimpin
Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/perilakunya yang dipakai sebagai Kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Usaha-usaha yang sistematis tersebut membuahkan teori yang disebut sebagai The Tratitist Theory Of Leadership (teori sifat/kesifatan dari kepemimpinan). Diantara para penganut teori ini dapat kita sebutkan Ordway Tead dan George R. Terry.
Dalam bukunya Ordway Tead mengemukakan 10 sifat, yaitu sebagai berikut;
Energi Jasmaniah dan Mental (Physical and Nervous Energi)
Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani yang kuasr biasa yaitui mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknnya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin, kesabaran, ausdauer (keuletan), ketahanan batin, dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.
Kesadaran akan tujuan dan arah ( A sanse of purpose and direction)
Ia memiliki keyakina yang teguh akan kebenaran dan keguanaan dari semua perlilaku yang dikerjakan, dia tahu persis kemana arah yang akan ditujunya; serta pasti memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya.
Antusiasme (Enthusiasm; semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar)
Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berani, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat spirit de corps. Semua ini membangkitkan antusiasm, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun anggota kelompok.
Keramahan dan kecintaan (friendliness and effection)
Affection itu berarti kesayangan, kasih-sayang, cinta, simpati tulus, disertai kesedian berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Sebab pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih saying dan dedikasi pemimpin bias menjadi penggerang yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.
Sedang keramah-tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut. Keramahan juga memberikan pengaruh mengajak, dan kesedian untuk menerima pengaruh pemimpin untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama, mencapai satu sasaran tertentu.
Integritas (integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati)
Pemimpin itu harus bersifat terbuka; merasa utuh besatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu dia bersedia memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada para pengikutnya. Sedang kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan semakin menghormati pemimpinnya. Dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.
Penguasaan teknis (technical mastery)
Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. Dia menguasai pesawat-pesawat mekanik tertentu, serta memilikin kemahiran-kemahiran social untuk memimpin dan memnerikan tuntunan yang tepat serta bijaksana. Terutama teknik tentang cara mengkoordinasikan tenaga manusia agar tercapai maksimilisasi efektivitas kerja dan produktifitasnya.
Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness)
Pemimpin yang berhail itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. Selanjutnya dia mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. Ia berusaha agar para pengikutnya besedia mendukung kebijakan yang telah diambilnya. Dia harus menampilkan ketetapan hati dan tanggung jawab, agar ia selalu dipatuhi oleh bawahannya.
Kecerdasan (intelligence)
Kecardasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam waktu yang jauh lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif daripada orang yang kurang cerdas.
Keterampilan mengajar (teaching skill)
Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong (memotivasi), dan menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. Disamping menuntun dan mendidik muridnya, dia diharapkan juga menjadi peleksana eksekutif untuk mengadakan latihan-latihan, mengawasi pekerjaan rutin setiap hari, dan menilai gagal atau suksesnya satu proses atau treatment. Ringkasnya dia juga harus menjadi menager yang baik.
Selanjutnaya, George R. Terry dalam bukunya "principles of Management", 1964 menuliskan sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu;
Kekuatan
Stabilitas emosi
Pengetahuan tentang relasi insane
Kejujuran
Objektif
Dorongan pribadi
Keterampilan berkominikasi
Kemampuan mengajar
Keterampilan social, dan
Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial.
Kita sebagai calon seorang pemimpin nantinya, maka kita harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang telah dijelaskan diatas. Karena apabila kita tidak memiliki sifat-sifat seperti diatas maka suatu masyarakat atau kelompok yang kita pimpin maka akan menjadi suatu kelompok yang gagal. Gagal disini dalam arti segala tujuan-tujuan yang telah kita tetapkan secara bersama-sama tidak tercapai. Dan menjadi seorang pemimpin itu sanagt berat sekali tanggung jawabnya, baik itu pada saat mamimpin dan nanti setelah meninggal kita harus bertanggung jawab kepada Allah SWT. Maka dari itu jadilah pemimpin yang jujur, pemimpin yang dapat menjaga amanah masyarakat dan jadilah pemimpin yang adil.
Teori- Teori Kepemimpinan
Sesuai dengan beragamnya definisi mengenai kepemimpinan, teori-teori mengenai kepemimpinan pun ada beberapa macam. Teori kepemimpinan itu dapat digolongkan dalam empat kategori besar, yaitu yang menggunakan pendekatan Pengaruh kekuasaan, Bakat, Perilaku, dan Situasi.
Teori dengan pengaruh kekuasaan
Teori yang dikemukakan oleh French & Raven (1959) ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan perkataan lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu.
Adapun sumber-sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu kedudukan, keperibadian, dan politik.
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi kedalam beberapa jenis.
Kekuasaan formal atau legal (French & Reven, 1959)
Termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri, dan sebagainya yang mendapat kekuasaannya karena ditunjuk dan/atau diperkuat dengan aturan atau perundangan yang resmi.
Kendali atas sumber dan ganjaran (French & Reven, 1959)
Majikan yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku atau kepala kantor yang dapat member ganjaran kepada anggota atau bawahannya, dan sebagainya, memimpin berdasrkan sumberkekuasaan jenis ini.
Kendali atas hokum (French & Reven, 1959)
Ganjaran biasanya terkait dengan hukum sehingga kendali atas ganjaran biasanya juga terkait dengan kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali atas hukuman saja. Contohnya adalah preman-preman yang memunguti pajak dari pemilik-pemilik toko
Kendali atas informasi
Informasi adalah ganjaran positif juga bagi yang memerlukannya. Oleh karena itu, siapa yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Orang yang peling tahu jalan diantara serombongan pendaki gunung yang tersesat akan menjadi pemimpin rombongan itu.
Kendali ekologik
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasaan situasi (situasional enginering). Contohnya dalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham,1975). Seorang atasan, manajer misalnya mempunayi kekuasaan atas bawahannya karena ia boleh menentukan posisi anggota-anggotanya.
Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
Berbeda dari kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kedudukan, kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut;
Keahlian atau keterampilan (French & Raven, 1959)
Dalam salat berjamaah dalam agama islam, yang dijadikan pemimpin salat (imam) adalah yang paling fasih membaca ayat Al-Quran. Pasien-pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah yang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.
Persahabatan atau kesetian (French & Raven, 1959)
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia pada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap menjadi pemimpin.
Karisma (French & Raven, 1959)
Cirri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan. Mengenai hal ini dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
Kekuasaan yang Bersumber pada Politik
Kendali atas proses pembuatan keputusan (Peffer & Salanick, 1974)
Dalam organisasi, ketua menentukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan atau tidak karena ia mempunyai kendali atas jalannya sidang dan keputusan yang akan dijauhkan kekuasaan presiden juga sudah mendapat tanda tangannya.
Koalisi (Stevenson , Pearece & Perter, 1985)
Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerja sama dengan kelompok lain. Contohnya kepala sukubindian mengisap pipa perdamaian dengan kepala suku lainnya.
Partisipasi (preffer, 1981)
Pemimpin mengatur pertisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota itu berpartisipasi, dan sebagainya.
Institusionalisasi
Pemimpin agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya keluarga baru. Notaris atau hakim menetapkan berdirinya suatu yayasan atau suatu perusahaan baru.
Teori Bakat
Teori bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karisma atau teori transformasi. Inti dari teori ini bahwa kepemimpina terjadi karena sifat-sifat atau bakat yang khas yang terdapat dalam diri pemimpin yang dapat diwujudkan dalam perilaku kepemimpinan. Sifat atau bakat itu dinamakan karisma atau wibawa.
Pemimpin yang karismatik tidak disamakan dengan pemimpin atau tokoh-tokoh yang kewibawaan, kekuasaan atau kepemimpinanya bersumber dan ditopang oleh legenda-legenda, mitos, dan dongeng-dongeng. Di India, ada suatu sekte agama hindu yang mendewakan gadis perawan. Pada saat tertentu para pendeta dari sekte itu menegambil seorang gadis kecil berumur 4-5 tahun dan setelah melalaui serangkaian upacara gadis itu ditahbiskan menjadi dewi perawan.
Karisma yang ditunjang oleh mitos dan legenda ini bukanlah datang dari bakat atau sifat pribadi yang bersangkutan sehingga tidak dapat digolongkan dalam teori bakat yang sedang kita bicaraklan sekarang ini. Termasuk dalam golongan pemimpin yang tidak dapat digolongkan berkarisma menurut teori bakat ini adalah para raja dan abngsawan, duku sakti, orang pintar, dan sebagainya
Teori perilaku
Teori perilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin dalam kaitannya dengan struktur dan organisasi kelompok. Oleh karena itu, teori perilalku ini lebih sesuai untuk kepemimpinan dengan lingkungan organisasi atau perusahaan karena peran pemimpin digariskan dengan jelas.
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata bahasa latin "movere" yang berarti "menggerakkan". Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistance) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.
Sedangkan Imron (1966), menjelaskan motivasi berasal dari bahasa inggris yaitu motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motive yang berarti mnedorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya peggerak (Echols, 1984 dalam Imron 1996). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata, 1984).
Motivasi juga dapat diartikan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu (Cropley, 1985). Hampir senada Winkles (1987) mengemukakan bahwa motiv adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untukmelakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Ames dan Ames (1984) menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Menurut pandangan ini motivasi didefinisikan sebagai perpektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya sebagai contoh seorang mahasiswa yang percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas akan termotivasi untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Jenis dan Sumber Motivasi
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi intrinsic adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ektrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan factor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.
Motivasi intrinsic dalam realitasnya memiliki daya tahan yang lebih kuat disbanding motivasi intrinsic. Hal ini terjadi karena factor ektrinsik bisa saja justru mengakibatkan daya motivasi individu berkurang ketika factor ektrinsik tersebuit mengecewakan seorang individu.
Lalu, apa yang menjadi sumber motivasi seseorang? Menurut teori kebutuhan, setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Kebutuhan tersebut, pada diri manusia menantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkitan yang paling dasar dan secara hirarkis menuju pada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, menurut Maslow jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah terpenuhi, maka kebutuahan yang berada ditingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuha yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator aktif. Sementara kebutuhan ditingkat atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu, kebutuhan- kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus menerus minta dipenuhi.
Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuha tersebut adalah; kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan rasa terjamin, kebutuhan social, kebutuhan ego dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupaka hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhanya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Terhadapa teori Maslow ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, bahwa pemenuhan kebutuhan harus hirarkis sehingga seseorang tidak bisa melakukan aktualisasi diri sebelum esteem needs dan kebutuhan lainnya terpenuhi. Dalam prakteknya tidak sedikit orang termotivasi melakukan sesuatu yang konstruktif (aktualisasi diri) meski kebutuhan-kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi.
Kaitan Antara Motivasi dan Kepemimpinan
Pelaksanaan tugas dan pekerjaan merupakan suatu kewajiban bagi para pegawai di dalam suatu organisasi, baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi non pemerintahan. Kemudian di dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan tersebut tentunya pasti mempunyai suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan suatu hasil pekerjaan dan tugas yang baik serta memuaskan sesuai dengan apa yang ditentukan sebelumnya. Untuk mendapatkan suatu hasil kerja yang baik dan sesuai dengan tujuan organisasi maka setiap pimpinan suatu organisasi dapat dipastikan mempunyai suatu aturan dan ketentuan yang dituangkan dalam bentuk kebijakan. Kebijakan ini dibuat dengan maksud agar setiap komponen organisasi melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, perlu adanya suatu factor yang harus dimiliki oleh para pegawai, yakni semangat kerja. Semangat kerja itu sendiri timbul dan tumbuh dalam diri pegawai yang disebabkan adanya motivasi dari pimpinan dalam arti pemimpin memberi motivasi atau dorongan kepada pegawai atau anggotanya, baik kebutuhan batin maupun kebutuhan lahir. Sadar akan betapa pentingnya pegawai dalam pembangunan sesuai dengan hakekat Pembangunan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagiamana termaktub dalam GBHN adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.. oleh karena tiu, pemberian motif oleh pemimpin merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan agar tumbuh dan timbul semangat kerja dalam diri pegawai, sebab keberhasilan pegawai sangat tergantung dari motivasi dan kebijakan yang diberikan oleh pimpinan.
Semangat kerja sedikit banyaknya dipengaruhi oleh perilaku pimpinannya. Perilaku pemimpin yang baik yaitu;
Sorang pemimpin harus selalu berfikir positif, selalu antusia, mampu mamahami dan menmghargai pihak lain (bawahan), tetap tenang saat dalam situasi sulit atau menegangkan, tetap optimis, tidak mengumpat terhadap bawahan, menjelaskan kesalahannya pada waktu dan tempat yang tepat.
Tidak menunda jawaban atau member jawaban yang mengambang
Member perintah dengan gaya minta tolong
Tidak lupa member hadiah atau penghargaan.
Keempat hal tersebut sangat mempengaruhi semangat kerja pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Dalam suatu organisasi sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu organisasi. Kedudukan manusia dalam hal ini pegawai yaitu orang-orang yang bergabung dalam organisasi adalah sangat penting sebagai pendukung tercapainya tujuan organisasi tempat mereka bekerja. Menyadari hal tersebut peranan kepemimpinan sebagai pemimpin dan manajer adalah sangat mutlak. Dalam upaya mempengaruhi perilaku pegawai, pemimpin menggunakan pendekatan pola kepemimpinan yang berorientasi pada tugas pegawai dan hubungan manusia. (initiating structure dan consideration).
Initiating structure adalah cara kepemimpinan melukiskan hubungannya dengan pegawai dalam mengorganisasi kerja, hubungan kerja dan tujuan. Kepemimpinan pada posisi tingkat tinggi dalam initiating structur untuk memberi perintah kepada pegawai melaksanakan tugas. Sedangkan consideration, hubungan kerja atas dasar kepercayaan, menghargai gagasan pegawai, menunjukkan kepedulian, kesejahteraan, keamanan, dan kepuasan pegawai.
Dalam organisasi terjadi saling berinteraksi sesama pegawai dengan pemimpin. Kondisi yang demiklian akan memungkinkan terwujudnya iklim organisasi, iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Hal itu dengan membentuk harapan pegawai tentang konsekuensi yang akan timbul dari berbagai tindakan. Harapan menimbulkan motivasi atau mendorong pegawai melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai tujuan, dalam rangka memenuhi kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis, sosial, rasa aman, penghargaan dan aktualisasi diri. Terpenuhinya kebutuhan sesuai harapan mendatangkan kepuasan kerja.
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan
kepemimpinan itu adalah perilaku seorang individu ketika ia mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas suatu kelompok yang dipimpinnya sehingga mereka mau bekerja sama sehingga tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama akan tercapai sehingga akan terjadi suatu hubungan komunikasi yang baik antara pemimpin dan anggotanya. Kepemimpinan muncul bersama-sama adanya peradaban manusia yaitu sejak zaman nabi-nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam disekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia, dan ada unsure kepemimpinan. Pada saat itulah pribadi yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah orang-orang yang paling kuat, paling cerdas dan paling berani.
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya inni pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Sehingga munculah beberapa tipe kepemimpinan. Untuk menjadi seorang pemimpin tidak lah mudah, maka di buat lah semacam syarat-syarat menjadi seorang pemimpin, syarat-syaratnya yaitu; Kapasitas, Prestasi/Arcievement, Tanggung jawab, Partisipatif, Status.
Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/perilakunya yang dipakai sebagai Kriteria untuk menilai kepemimpinannya. bukunya Ordway Tead mengemukakan 10 sifat, yaitu Energi Jasmaniah dan Mental (Physical and Nervous Energi, Kesadaran akan tujuan dan arah ( A sanse of purpose and direction, Antusiasme (Enthusiasm; semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar), Keramahan dan kecintaan (friendliness and effection), Integritas (integrity, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati), Penguasaan teknis (technical mastery), Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness), Kecerdasan (intelligence), Keterampilan mengajar (teaching skill)
Motivasi berasal dari kata bahasa latin "movere" yang berarti "menggerakkan". Berdaarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistance) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme. Motivasi sendiri dibagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang bersumber dari dalam diri individu tersebut, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar individu, misalnya dari teman atau orang sekitarnya.
Untuk mendapatkan suatu hasil kerja yang baik dan sesuai dengan tujuan organisasi maka setiap pimpinan suatu organisasi dapat dipastikan mempunyai suatu aturan dan ketentuan yang dituangkan dalam bentuk kebijakan. Kebijakan ini dibuat dengan maksud agar setiap komponen organisasi melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, perlu adanya suatu factor yang harus dimiliki oleh para pegawai, yakni semangat kerja. Semangat kerja itu sendiri timbul dan tumbuh dalam diri pegawai yang disebabkan adanya motivasi dari pimpinan dalam arti pemimpin memberi motivasi atau dorongan kepada pegawai atau anggotanya, baik kebutuhan batin maupun kebutuhan lahir
Saran
Kita sebagai para calon pemimpin nantinya, ataupun para pemimpin yang sudah ada, sebaiknya dalam menjadi seorang pemimpin harus mempunyai hubungan atau membuat hubungan yang baik dengan para anggota atau para bawahan kita. Selain itu kita sebagai pemimpin harus bisa memotivasi bawahan kita, karena dengan kita memotivasi mereka akan menimbulkan efek semangat kerja yang baik, sehingga tujuan dari yang telah kita tentukan bersama akan tercapai.
Apabila kita menjadi seorang pemimpin maka kita harus mempunyai kemampuan dalam memimpin, mempunyai ilmu pengetahuan yang luas, mempunyai kapasitas, mempunyai prestasi yang bagus, bertanggung jawab, dan juga dari status social yang baik, mapan dan juga terkenal. Jadi apabila kita tidak mempunyai hal-hal atau syarat-syarat di atas, maka kita hanya bisa menghayal saja untuk menjadi seorang pemimpin. Setelah kita mengetahui bagaimana cara menjadi seorang pemimpin yang baik, maka dari sekarang kita harus mempersiapkan diri mejadi seorang pemimpin. Semoga saja kita bisa menjadi pemimpin yang amanat, adil dan bertanggung jawab nantinya. Amiennnn……………….
Terimakasih telah membaca Kaitan Motivasi dan Kepemimpinan. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat
0 komentar: