Judul: Makalah Bioteknologi
Penulis: Arfan D'Blue-Devil
MAKALAH
147383563690500BIOTEKNOLOGI
DISUSUN OLEH:
Ahmad Mahlian Noor(A1B214217)
Maisyarah(A1B214216)
Muhammad Mahdiannor(A1B214218)
Noor Aina Herliana(A1B214092)
Rahmah Niah(A1B214098)
Roby Arfan Rojati(A1B214240)
Sandra Indriani(A1B214053)
Soviatu Zahra(A1B214058)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, rahmat dan karunianya serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan judul "BIOTEKNOLOGI". "
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin. Selain itu beberapa hal yang penting lainnya yang berkaitan dengan Bioteknologi akan kita bahas disini.
Kemudian kami juga menyadari bahwa materi dan teknik yang kami sampaikan dalam makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Atas kritik dan sarannya saya mengucapkan terima kasih. Akhir kata pengantar saya mengucapkan terima kasih karena telah berkenan membaca makalah ini. Semoga memberikan manfaat kepada kita semua.Banjarmasin, 26 November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB IPENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penulisan 2
Manfaat Penulisan 2
BAB IIISI 3
Dasar-dasar Bioteknologi3
Pengertian Bioteknologi 3
Penerapan Bioteknologi 4
Sejarah Singkat Bioteknologi 9
Dampak Negatif Bioteknologi 10
Dampak terhadap Lingkungan 10
Dampak terhadap Kesehatan 10
Dampak di Bidang Sosial dan Ekonomi 11
Dampak terhadap Etika 12
BAB IIIPENUTUP 15
Kesimpulan 15
Saran 15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anda tentu pernah memakan tempe, roti, atau keju, bukan? Bagaimana dengan yoghurt, apakah Anda mengenalnya? Jika jawaban Anda adalah ''ya'', berarti Anda telah menggunakan beberapa produk hasil bioteknologi. Bioteknologi menggunakan makhluk hidup, pada umumnya berupa mikroorganisme (bakteri dan jamur), untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Walaupun terdengar sebagai sesuatu yang sangat baru, bioteknologi sebenarnya sudah digunakan dalam berbagai proses pada zaman dahulu. Misalnya, penggunaan ragi untuk mengembangkan dan membuat adonan roti serta pembuatan keju dan minuman beralkohol adalah merupakan salah satu contoh penerapan bioteknologi. Akan tetapi, bioteknologi yang digunakan masih bioteknologi sederhana atau konvensional.
Bioteknologi terus berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah bioteknologi modern pun muncul sebagai respons dari cepatnya perkembangan bioteknologi. Kloning dan tanaman transgenik merupakan contoh produk bioteknologi modern. Bioteknologi tercipta karena dorongan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Berbagai usaha telah dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tidak hanya terjadi pada bidang pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan saja, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya.Rumusan Masalah
Bagaimana dasar-dasar bioteknologi?
Bagaimana sejarah singkat bioteknologi?
Apa saja dampak negatif bioteknologi?
Tujuan Penulisan
Mampu menjelaskan apa saja dasar-dasar bioteknologi.
Mampu menjelakan bagaimana sejarah singkat bioteknologi.
Mampu menjelaskan bagaimana dampak negatif bioteknologi terhadap lingkungan.
Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua mengenai dasar-dasar bioteknologi, sejarah singkat bioteknologi, dan dampak negatif bioteknologi.
BAB II
ISI
Dasar-dasar Bioteknologi
Pengertian Bioteknologi
Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan bioteknologi? Bioteknologi berasal dari kata "bio" dan "teknologi", dan secara bebas dapat kamu definisikan sebagai pemanfaatan organisme hidup untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia (Kuswanti, 2008: 113).
Setelah kamu membaca definisi di atas, kamu mungkin akan bertanya, apakah petani yang membajak sawah dengan menggunakan kerbau juga termasuk bioteknologi? Diskusikan dengan teman-temanmu (Kuswanti, 2008: 113).Bioteknologi sebenarnya sudah dikerjakan manusia sejak ratusan tahun yang lalu, karena manusia telah bertahun-tahun lamanya menggunakan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur ragi untuk membuat makanan bermanfaat seperti tempe, roti, anggur, keju, dan yoghurt. Namun istilah bioteknologi baru berkembang setelah Pasteur menemukan proses fermentasi dalam pembuatan anggur (Kuswanti, 2008: 113).
Di bidang pertanian kita juga sudah menggunakan mikroorganime sejak abad ke-19 untuk mengendalikan hama serangga dan menambah kesuburan tanah. Mikroorganisme juga sudah digunakan secara luas di dalam mengolah limbah industri dalam dasawarsa ini. Dalam bidang kesehatan dan kedokteran, manusia telah dapat memproduksi vaksin tertentu dengan bantuan virus (Kuswanti, 2008: 113).Perkembangan yang pesat dalam bidang biologi sel dan biologi molekuler sejak tahun 1960-an mendorong perkembangan bioteknologi secara cepat. Dewasa ini manusia telah mampu memanipulasi, mengubah, dan/atau menambahkan sifat tertentu pada suatu organisme (Kuswanti, 2008: 112).Pengubahan itu dilakukan pada tempat yang sangat penting dan mendasar yaitu pada tingkat DNA (Deoksyribo Nucleic Acid = Asam Deoksiribo Nukleat), yaitu suatu rantai kimia yang terdapat di dalam inti sel yang mengontrol seluruh aktivitas sel, termasuk sifat suatu organisme. Atas dasar itu maka definisi bioteknologi sekarang adalah: Pemanfaatan dan/atau perekayasaan proses biologi dari suatu agen biologi untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia (Kuswanti, 2008: 113).
Definisi bioteknologi yang terakhir ini lebih dikenal sebagai bioteknologi modern, karena di dalamnya terdapat perekayaan proses, termasuk rekayasa genetika. Sementara itu definisi yang pertama mengacu kepada bioteknologi konvensional (tradisional), dimana manusia hanya menggunakan proses yang terjadi dalam organisme, tanpa melakukan manipulasi, seperti dalam pembuatan tape atau tempe (Kuswanti, 2008: 113).
Penerapan Bioteknologi
Dalam rangka memenuhi dan meningkatkan mutu kebutuhan hidup, manusia memanfaatkan biologi terapan yang digabungkan dengan teknologi modern sehingga tercipta ilmu baru yang dikenal dengan sebutan Bioteknologi dan terkadang ada yang menyebut Biomasadepan. Beberapa ahli dan badan internasional memberikan batasan Bioteknologi sebagai: (1) Kegiatan yang menitikberatkan pemanfaatan aktivitas biologi dalam lingkup teknologi proses dan produksi secara besar-besaran dalam industri yang dikaitkan dengan produksi masal, (2) Pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap jasad, sistem, atau proses biologi untuk memproduksi benda hidup, benda mati, atau jasa bagi kepentingan manusia. Dalam perkembangan lebih lanjut, lahirlah bioteknologi kedokteran, bioteknologi farmasi, bioteknologi pertanian, bioteknologi peternakan dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 216).
Bioteknologi Kedokteran
Dengan rekayasa genetika dapat diciptakan vaksin yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin (zat kebal) terhadap beberapa penyakit, misalnya hepatitis, kanker hati, lepra, dan sebagainya. Dapat pula dilakukan pengambilan informasi genetik yang ada pada manusia untuk "dicangkok" pada bakteri agar bakteri tersebut dapat mensintesa insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berguna untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Pada penderita diabetes, kelenjar pankreas ini kurang berfungsi sehingga kadar gula dalam darahnya tinggi. Dengan bantuan rekayasa genetika maka dapat diproduksi insulin dalam jumlah besar oleh bakteri, yang kemudian dapat diinjeksikan pada penderita diabetes (Harmoni, 1992: 104).
Bioteknologi mempunyai peran penting dalam bidang kedokteran, misalnya dalam pembuatan antibodi monoklonal, vaksin, antibiotika dan hormon (Anonim, 2013).Pembuatan Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal. Manfaat antibodi monoklonal, antara lain:
Untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam urine wanita hamil
Mengikat racun dan menonaktifkannya;
Mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan lain (Anonim, 2013).
Pembuatan Vaksin
Vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit terhadap tubuh yang berasal dari mikroorganisme. Vaksin didapat dari virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau racun yang diambil dari mikroorganisme tersebut (Anonim, 2013).Pembuatan Antibiotika
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organism tertentu dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organism lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu. Zat antibiotika telah mulai diproduksi secara besar-besaran pada Perang Dunia II oleh para ahli dari Amerika Serikat dan Inggris (Anonim, 2013).Pembuatan hormon
Dengan rekayasa DNA, dewasa ini telah digunakan mikroorganisme untuk memproduksi hormon. Hormon-hormon yang telah diproduksi, misalnya insulin, hormon pertumbuhan, kortison, dan testosterone (Anonim, 2013).Bioteknologi Farmasi
Dalam memerangi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh antigen atau bibit penyakit digunakanlah berbagai macam obat, yang pada zaman dulu berupa ramuan beberapa macam tumbuhan yang berupa sari atau ekstrak, tetapi pada saat ini, sesuai dengan kemajuan teknologi dibuat zat sintesis dan pada saat mutakhir, melalui biologi molekular dan rekayasa genetika, tubuh dipacu untuk memproduksi obat-obatan sendiri. Obat-obatan hasil bioteknologi tersebut antara lain humulin untuk diabetes, protopin yang merupakan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki anak-anak yang mengalami keterbelakangan pertumbuhan alfainterferon untuk pengobatan sejenis leukimia, dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 218).
Dalam menghasilkan alkaloid untuk bahan obat-obatan, kultur jaringan dapat mengatasi kesulitan dalam memperoleh senyawa itu. Dalam keadaan yang biasa, senyawa itu diambil dari ekstrak tumbuhan obat-obatan, tetapi dengan kultur jaringan senyawa tersebut diambil dari kalus hasil kultur jaringan. Jadi, tidak perlu menunggu sampai tumbuhan itu dipanen, tetapi cukup beberapa bulan, setelah kalus terbentuk. Dengan demikian. Tidak memerlukan lahan kebun yang luas. Tumbuhan obat-obatan tersebut misalnya penax ginseng yang menhasilkan alkaloid saponin dan ginseng, sedangkan Cathratus sp menghasilkan alkaloid vendolin, tebernalin (anti tumor), dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 218).
Bioteknologi Pertanian
Dalam rangka mencukupi pangan penduduk dunia yang bertambah terus, maka produksi pangan secara konvensional tidak dapat mengejarnya. Oleh karena itu, dicari jalan melalui bioteknologi pertanian yang antara lain: (1) Penggunaan hormon-pertumbuhan yang mengubah tumbuhan dari diploid menjadi poliploidi sehingga dihasilkan produk yang "raksasa", misalnya buah tomat, lombok menjadi besar, dan seterusnya. (2) Kultur jaringan. Pada keadaan biasa, siklus pertumbuhan suatu tumbuhan memerlukan waktu yang cukup panjang, tetapi melalui kultur jaringan siklus itu dapat diperpendek, misalnya bunga anggrek yang secara biasa dari biji sampai menjadi tumbuhan dewasa hingga berbunga memerlukan waktu yang cukup lama, tetapi melalui kultur jaringan akan diperoleh tumbuhan baru dengan cepat dan segera dapat berbunga. Dalam mempercepat pembibitan tumbuhan, kultur jaringan lebih cepat tiga puluh kali dari pada cara tradisional. Dengan demikian, dapat mengatasi kekurangan dan keterlambatan bibit dalam masa tanam dan juga meningkatkan kuantitas panen. Dalam perbanykan tumbuhan secara kloning (clonning) pada tumbuhan hias dan tumbuhan bernilai ekonomi tinggi dapat dilakukan secara besar-besaran dengan kultur jaringan, misalnya pada kelapa sawit, kelapa kopyor, dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 219).
Untuk perbaikan sifat tumbuhan, maka silang somatik dengan kultur jaringan dapat dibuat keragaman genetik dalam memperoleh tumbuhan yang memilki sifat unggul. Silang somatik dapat dilakukan antartumbuhan dalam satu varietas (Intervariety), inter spesies, inter famili, inter classis, misalnya penyilangan antara Nicotiana tabacum dengan Pisum sativum, Oryza sativa dengan Glysin maximum, dan seterusnya (Maskoeri, 2013: 219).
Untuk penelitian penyakit tumbuhan, kultur jaringan (merestim culture) dapat mengusahakan keragaman yang bebas virus dari tumbuhan yang terserang. Beberapa ahli telah berhasil mendapatkan tumbuhan bebas virus, misalnya tumbuhan anggur bebas virus CRLV, tumbuhan tembakau dari TMV (Tobaco Mozaic Virus), dan sebagainya (Maskoeri, 2013: 220).
Untuk membuat tumbuhan toleran terhadap stres, dapat dibuat dengan kultur jaringan. Dalam dunia pertanian dikenal banyak lahan pertanian tidak dapat digunakan untuk budidaya tumbuhan pertanian karena tumbuhan yang akan ditanam mempunyai stres terhadap garam dapur, garam Magnesium, garam Alumunium, pestisida, suasana yang dingin, dan sebagainya. Dengan teknik kultur jaringan, dapat diusahakan spesies atau varietas yang tahan terhadap stres tersebut, misalnya Licopersicum esgulentum dan Oryza sativa var yang toleran terhadap garam Natrium chlorida (Maskoeri, 2013: 220).
Kultur jaringan dapat melestarikan plasma nutfah yang disimpan di tempat yang dingin sebagai "Call culture, Protoplast culture) dan sebagainya. (3) Rekayasa genetika tumbuhan dapat menciptakan tumbuhan yang dapat membentuk racun sendiri dari serangan insekta yang hendak memakannya. Dengan kata lain, tumbuhan dapat menghasilkan sendiri zat pelindung terhadap insekta sehingga tidak perlu penyemprotan insektisida. Kecuali itu, dengan rekayasa genetika dapat dihasilkan tumbuhan bergizi tinggi, tumbuhan tahan kering, tumbuhan yang dapat memproduksi pupuk sendiri, umur mulai produksi pendek, dan seterusnya (Maskoeri, 2013: 220).
Bioteknologi Peternakan
Seperti halnya tumbuhan, hewan ternak diperlukan juga dalam memenuhi kebutuhan pangan manusia. Dengan perkawinan silang dapat dihasilkan hewan-hewan yang berkualitas lebih baik, tetapi tampaknya juga tidak dapat mengejar kebutuhan manusia yang selalu meningkat. Oleh karena itu, para ahli peternakan juga memanfaatkan bioteknologi peternakan, yakni penerapan rekayasa genetika yang melalui dua tahap, yaitu (1) untuk memproduksi obat dan vaksin serta hormon pertumbuhan ternak, dan (2) melibatkan hewan dapat tumbuh lebih cepat dan makannya lebih sedikit, atau menjadi ternak yang lebih unggul (Maskoeri, 2013: 221).
Sejarah Singkat Bioteknologi
Bioteknologi bukanlah merupakan ilmu baru dalam peradaban manusia. Bioteknologi telah dilakukan sejak zaman prasejarah, antara lain untuk menghasilkan minuman beralkohol dan makanan yang difermentasikan. Semenjak awal diterapkan, sampai dengan tahun 1857 disebut era bioteknologi non-mikrobial. Disebut bioteknologi era non-mikrobial karena pada saat itu belum diketahui bahwa makanan produk fermentasi merupakanhasil kerja mikroorganisme. Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobial) dimulai sejak 1857 setelah Louis Pasteur menemukan bahwa fermentasi yang terjadi dalam pembuatan anggur merupakan hasil kerja mikroorganisme. Makanan atau minuman yang diproduksi melalui proses fermentasi antara lain tempe, tape, sake (di Jepang), tuak, anggur, dan yoghurt (Kuswanti, 2008: 114).
Pada tahun 1920 proses fermentasi yang ditimbulkan oleh mikroorganisme mulai diguna-kan untuk memproduksi zat-zat seperti aseton, butanol, etanol, dan gliserin. Fermentasi juga digunakan untuk memproduksi asam laktat, asam sitrat, dan asam asetat dengan menggunakan jasa bakteri. Setelah perang dunia II dihasilkan produk bioteknologi lain misalnya penisilin dari jamur Penicillium notatum. Keberhasilan ini diikuti dengan penelitian kemampuan mikroorganisme lain menghasilkan antibiotic dan zat-zat lain seperti vitamin, steroid, enzim, asam amino, dan senyawa-senyawa protein tertentu (Kuswanti, 2008: 113).
Perkembangan teknologi mutakhir yang dibarengi dengan perkembangan di bidang biokimia, biologi seluler, dan biologi molekuler melahirkan teknologi enzim dan rekayasa genetika yang akhirnya mengantarkan kita ke suatu era bioteknologi modern. Kini bioteknologi telah benar-benar digunakan untuk menjawab berbagai tantangan kehidupan manusia (Kuswanti, 2008: 113).Dampak Negatif Penerapan Bioteknologi
Bioteknologi, terutama rekayasa genetika, pada awalnya diharapkan dapat menjelaskan berbagai macam persoalan dunia seperti, polusi, penyakit, pertanian, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam kenyataannya juga menimbulkan dampak yang membawa kerugian (Wariyono, 2008: 106).Dampak terhadap Lingkungan
Pelepasan organisme transgenik (berubah secara genetik) ke alam bebas dapat menimbulkan dampak berupa pencemaran biologi yang dapat lebih berbahaya daripada pencemaran kimia dan nuklir. Dengan keberadaan rekayasa genetika, perubahan genotype tidak terjadi secara alami sesuai dengan dinamika populasi, melainkan menurut kebutuhan pelaku bioteknologi itu. Perubahan drastis ini akan menimbulkan bahaya, bahkan kehancuran. "Menciptakan" makhluk hidup yang seragam bertentangan dengan prinsip di dalam biologi sendiri, yaitu keanekaragaman (Wariyono, 2008: 106).Dampak terhadap Kesehatan
Produk rekayasa di bidang kesehatan dapat juga menimbulkan masalah serius. Contohnya adalah penggunaan insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris. Tomat Flavr Savrt diketahui mengandung gen resisten terhadap antibiotik. Susu sapi yang disuntik dengan hormon BGH disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia (Wariyono, 2008: 106).Dampak di Bidang Sosial dan Ekonomi
Beragam aplikasi rekayasa menunjukkan bahwa bioteknologi mengandung dampak ekonomi yang membawa pengaruh kepada kehidupan masyarakat. Produk bioteknologi dapat merugikan petani kecil. Penggunaan hormon pertumbuhan sapi (bovine growth hormone: BGH) dapat meningkatkan produksi susu sapi sampai 20% niscaya akan menggusur peternak kecil. Dengan demikian, bioteknologi dapat menimbulkan kesenjangan ekonomi (Wariyono, 2008: 106).Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, tembakau, cokelat, kopi, gula, kelapa, vanili, ginseng, dan opium akan dapat dihasilkan melalui modifikasi genetika tanaman lain, sehingga akan menyingkirkan tanaman aslinya. Dunia ketiga sebagai penghasil tanaman-tanaman tadi akan menderita kerugian besar (Wariyono, 2008: 106).
Produk minuman beralkohol seperti bir, anggur, wiski, dan air tape terkadang juga menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan. Dampak tersebut berupa kebiasaan meminum minuman beralkohol tersebut sehingga mabuk. Minuman beralkohol bila diminum dalam jumlah banyak bersifat memabukkan dan menyebabkan kantuk karena menekan aktivitas otak (Dewi, 2008: 136).Alkohol juga bersifat candu. Orang yang sering minum alkohol dapat menjadi ketagihan dan sulit untuk meninggalkan kebiasaan minum minuman beralkohol. Walaupun tidak beracun, alkohol dapat menimbulkan angka kematian yang tinggi, misalnya pengemudi kendaraan yang dalam keadaan mabuk menimbulkan kecelakaan lalu lintas (Dewi, 2008: 136).Alkohol yang terdapat dalam minuman beralkohol kadarnya bermacam-macam. Secara alami alkohol hasil fermentasi kadarnya 12-15 % karena pada larutan yang berkadar sebesar ini ragi akan mati. Tetapi melalui proses penyulingan dapat diperoleh alkohol sampai 95,5% (Dewi, 2008: 136).
Dampak terhadap Etika
Menyisipkan gen makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang serius. Menyisipkan gen mahkluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap melanggar hukum alam dan sulit diterima masyarakat. Mayoritas orang Amerika berpendapat bahwa pemindahan gen itu tidak etis, 90% menentang pemindahan gen manusia ke hewan, 75% menentang pemindahan gen hewan ke hewan lain (Wariyono, 2008: 107).
Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Bagaimana hukumnya bagi penganut agama Islam, kalau gen babi disisipkan ke dalam buah semangka? Penerapan hak paten pada makhluk hidup hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas makhluk hidup. Hal itu bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang menghargai nilai intrinsik makhluk hidup.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika untuk menghasilkan produk dan jasa.
Bioteknologi memiliki dampak positif dan negatif.
Saran
Bioteknologi memiliki dampak positif dan negatif. Akan lebih baik jika penggunaan bioteknologi digunakan secara bijaksana dan semanfaat mungkin tanpa harus memberikan dampak negatif dilingkungan sekitar. Dan diharapkan dengan semakin berkembangnya bioteknologi dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Daftar Pustaka
Wariyono, Sukis dan Yani Muharomah. 2008. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar Panduan Belajar IPA Terpadu Untuk Kelas IX SMP/MTs. Jakara: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Kuswanti, Nur dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Ganawati, Dewi, Sudarmana dan Wiwik Radyuni. 2008. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu dan Kontekstual IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Jasin, Maskoeri. 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Harmoni, Ati. 1992. Pengantar Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Depok: Gunadarma.
Anonim. 2013. Bioteknologi Modern. http://www.artikelbiologi.com/2013/04/bioteknologi-modern.html. Diakses tanggal 26 November 2014.
Terimakasih telah membaca Makalah Bioteknologi. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat
0 komentar: