Judul: PENINGKATAN MUTU SEKOLAH MELALUI PENGEMBANGAN MANAJEMEN LABORATORIUM KOMPUTER
Penulis: Wara Oktriany
PENINGKATAN MUTU SEKOLAH MELALUI PENGEMBANGAN
MANAJEMEN LABORATORIUM KOMPUTER
Wara Hapsari Oktriany1, Ria Triastuti2
oktrianywara@gmail.com1, astrid_phisic@yahoo.co.id2Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Abstrak
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Kabupaten Semarang yang bertujuan untuk 1) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang membuat laboratorium komputer tidak difungsikan secara baik dan 2) Untuk menghasilkan panduan manajemen laboratorium komputer yang bisa di diterapkan pada sekolah tersebut untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development / R&D) model Sugiyono untuk menghasilkan panduan pengembangan manajemen laboratorium komputer. Akan tetapi peneliti hanya akan melakukan 5 tahap penelitian dari 10 tahap penelitian yang ada yaitu tahap potensi dan masalah, tahap pengumpulan data, tahap desain produk, tahap validasi produk, dan tahap revisi produk. Teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi langsung, wawancara dengan pengawas, kepala sekolah, guru TIK, dan siswa. Dari data yang diperoleh dianalisis masalahnya menggunakan analisis Fishbone untuk menemukan akar permasalahannya. Kemudian dari analisis masalah tersebut, peneliti dapat mengembangkan panduan manajemen laboratorium komputer. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa laboratorium komputer yang tidak difungsikan secara baik dan optimal dikarenakan oleh faktor kurangnya pengelolaan manajemen sumber daya manusia dan manajemen sarana prasarana laboratorium komputer. Oleh karena itu, peneliti berusaha memberikan suatu panduan pengembangan manajemen laboratorium komputer, baik dari segi sumber daya manusianya ataupun dari segi sarana prasarananya. Panduan ini bisa diterapkan pada sekolah untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan.
Kata kunci: Mutu Sekolah, Pengembangan, Manajemen Laboratorium Komputer
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam pendidikan. Keberhasilan suatu jasa pelayanan dalam mencapai tujuan sangat bergantung pada konsumen, dalam arti jika sekolah memberikan layanan yang bermutu kepada para pelanggannya (siswa, orang tua, dan masyarakat) maka sekolah tersebut akan sukses dalam mencapai tujuannya. Pelayanan sekolah yang bermutu atau berkualitas dapat dijadikan sebagai salah satu strategi sekolah untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Kebutuhan akan mutu layanan pendidikan saat ini semakin diperhatikan oleh masyarakat. Sebagian masyarakat rela mengorbankan biaya yang tinggi asalkan mendapatkan pendidikan bermutu dan menjanjikan masa depan yang lebih baik. Pendidikan saat ini sangat menentukan kearah mana siswa akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Sallis (2012:6-7) mengemukakan bahwa ada dua macam mutu yaitu mutu sesungguhnya (quality in fact) dan mutu persepsi (quality in perception). Dalam penyelenggaraannya di dunia pendidikan, Quality in Fact merupakan profil lulusan institusi pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan pendidikan, yang berbentuk standar kemampuan dasar berupa kualifikasi akademik minimal yang dikuasai oleh peserta didik. Sedangkan pada Quality in Perception pendidikan adalah kepuasan dan bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan.Untuk mendapatkan Mutu layanan pendidikan yang baik, Pemerintah di Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai acuan standar mutu pendidikan. Dalam pasal 2 ayat 1 PP No. 19 tahun 2005 dinyatakan bahwa ruang lingkup SNP meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan sekolah; (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Setiap sekolah pasti punya komitmen untuk meningkatkan mutu, tetapi untuk mencapai itu semua perlu dukungan dan komitmen dari semua pihak. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh beberapa personil, seperti administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung.Dari pendapat yang dikemukakan tadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan mutu pendidikan terkait dengan berbagai komponen, salah satu diantaranya yaitu sarana prasarana yang memadai dan biaya yang mencukupi. Pemenuhan komponen sarana prasarana tidak mungkin bisa tercapai apabila biaya tidak mencukupi. Oleh sebab itu maka setiap sekolah harus berupaya memberdayakan semua potensi yang dimilikinya agar dapat memenuhi kebutuhannya.Menurut Keputusan Menteri Nomor 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal, sekolah wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal untuk penyelenggaraan sekolah dengan lengkap dan cukup, seperti luas lahan, perabot pengajaran, sarana olahraga, UKS, dan lain sebagainya. Dengan demikian, maka diperlukan sarana dan prasarana yang tepat lagi memadai.
Disebutkan pula dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 45 ayat (1) disebutkan bahwa, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Mengingat bahwa pemerintah sudah menganggarkan angka yang cukup besar dari APBN untuk sektor pendidikan dan kewenangannya telah diberikan kepada masyarakat, setidaknya pihak sekolah harus menggunakan nya dengan tepat.
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang perlu dilakukan mengingat kebutuhan terhadap pelayanan dan fasilitas pendidikan semakin meningkat. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen penting dalam pendidikan dan menjadi salah satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Begitu pentingnya sarana dan prasarana pendidikan sehingga setiap institusi berlomba-lomba untuk memenuhi standar sarana dan prasarana demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Namun tidak berhenti sampai di situ, karena kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu daya tarik bagi calon peserta didik dan untuk meningkatkan mutu lulusan.Sesuai dengan Permendiknas no 24 tahun 2007, kelengkapan sarana prasarana di sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) sekurang-kurangnya memiliki ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga.
Hasil survey di salah satu SMA di Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa sekolah tersebut telah memiliki laboratorium komputer, akan tetapi keberadaannya tidak di fungsikan secara baik. Banyak komputer yang tidak bisa digunakan, internet tidak berjalan dengan baik, tata ruang yang tidak menarik dan tidak nyaman, dan tutor yang kurang handal dalam mengajarkan pembelajaran pada siswa. Beberapa alasan inilah yang membuat siswa cenderung malas untuk mengikuti pelajaran TIK di laboratorium komputer. Padahal Ruang laboratorium komputer berfungsi sebagai tempat mengembangkan keterampilan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga dengan adanya laboratorium komputer diharapkan siswa lebih terampil menggunakan teknologi informasi dan komunikasi setelah mereka lulus nanti.
Berdasarkan fakta yang ada, peneliti ingin mengetahui faktor apa sajakah yang membuat laboratorium komputer tidak difungsikan secara baik dan panduan pengembangan manajemen laboratorium komputer yang seperti apakah yang bisa diterapkan pada sekolah tersebut untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Sarana Prasarana
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar. Menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka yang dimaksud dengan: "Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien".
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana, yang dimaksud sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.
Dasar hukum tentang Sarana Prasarana
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa :a) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan,b) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) yang mengatur tentang standar sarana dan prasarana sekolah termasuk di dalamnya laboratorium komputer. Peraturan ini mengatur seluk beluk tentang bagaimana sebuah laboratorium sekolah yang seharusnya ada dan dikembangkan oleh sekolah. Setiap laboratorium komputer yang ada di sekolah harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah disebutkan pada peraturan ini.Manajemen Sarana Prasarana
Kata 'manajemen' berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata 'manus' yang berarti tangan, dan 'agere' yang berarti melakukan. Kata-kata ini digabung menjadi kata kerja 'managere' yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata to manage, dengan kata benda management dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2008:4).Menurut Tery & Rue (2009:1), "Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata". Sedangkan menurut Hamalik (2006:16), "Manajemen adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki objek studi, sistematika, metode, dan pendekatan".Selanjutnya Hasibuan (2009:1) menegaskan, "Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat". Dengan manajemen pendayagunaan dan hasilnya dari unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapaun unsur-unsur manajemen itu terdiri dari : man, method, machines, materials, dan market, atau disingkat 6M.
Hal tersebut diatas dapat diartikan bahwa manajemen bertumpu pada pengelolaan sumber daya manusia, struktur, keuangan mesin, metode, material dan pemasaran, yang pada akhirnya membutuhkan suatu tindakan manajemen sehingga unsur-unsur sebagaimana diutarakan di atas.Manajemen sarana prasarana berbasis sekolah adalah pengaturan sarana dan prasarana yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan sarana dan prasarana di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.
Dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana prasarana. Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam hal:a)merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan, b)mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan, c)melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah, d)menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat, dan e)pemeliharaan kesehatan dan keamanan lingkungan.
Program pengelolaan sarana prasarana secara keseluruhan dialokasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Pengelolaan sarana prasarana sekolah diantaranya adalah: a) direncanakan secara sistematis agar selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana, dan b) dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya.
Pengelolaan Prasarana Laboratorium
Perencanaan kebutuhan jenis laboratorium yang diperlukan sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku. Mengingat saat ini masih banyak laboratorium yang belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya bahkan pengelolaan dan pemanfaatannya sebagai sumber belajar belum berkembang maka perlu pada perencanaan kebutuhan laboratorium yang diperlukan. Untuk SMA jenis laboratorium yang ada adalah mata pelajaran kimia, fisika, biologi, dan laboratorium komputer.
Untuk kebutuhan jumlah setiap jenis laboratorium berdasarkan pada jumlah siswa dengan rombongan belajar yang akan memanfaatkan. Dikarenakan kedua faktor tersebut akan mempengaruhi jumlah laboratorium yang dibutuhkan. Selain jumlah siswa dan rombongan belajar ternyata kebutuhan tanah, kebutuhan alat laboratorium, dan pengadaan alat laboratorium juga sangat penting.Dalam setiap pengembangan dibutuhkan faktor pendukung utama untuk menjamin kesuksesannya. Pendukung-pendukung kesuksesan dari laboratorium komputer adalah biaya, perencanaan yang matang, sumber daya manusia laboran komputer yang bertanggung jawab. Langkah-langkah pengembangan yang harus dilakukan laboratorium sekolah sebaiknya dimulai dari kesepakatan bersama setiap komponen di dalam sistem.Kesepakatan bersama dimulai dari pimpinan sekolah, pengelolaan laboratorium sampai kepada pihak pengguna. Semua komponen harus sepakat tentang apa yang akan dikembangkan serta konsekuensi yang harus dihadapi akibat pengembangan. Untuk memajukan laboratorium peran serta siswa sangat diperlukan. Pengendalian mutu sangat diperlukan dalam pengembangan laboratorium komputer, diantaranya adalah tentang jam buka laboratorium, promosi, pameran dan pelatihan Software, dan kompetisi.Banyak hal yang dapat dilakukan sekolah untuk mengembangkan laboratorium komputer. Salah satu contoh dengan dilakukan kompetisi siswa akan merasa senang dengan adanya lomba dan berhadiah. Lomba tersebut bertema tentang materi komputer yang dipelajari, contohnya adalah lomba desain web, lomba desain membuat kartu anggota laboratorium, serta mengadakan lomba-lomba lain yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa di sekolah tersebut.Diagram Ishikawa (Analisis Fishbone)
Dalam rangka pencapaian perbaikan mutu pendidikan dalam hal ini mutu lulusan diperlukan suatu strategi atau teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memcahkan persoalan secara kreatif. Teknik analisa untuk mengidentifikasi sebab akibat dari permasalahan melalui diagram Ishikawa.
Diagram Ishikawa atau Fishbone diagram (diagram tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram merupakan teknik untuk memetakkan seluruh faktor yang menyebabkan terjadinya masalah pada hasil yang diinginkan. Adapun tujuan dari diagram Ishikawa adalah untuk mendata seluruh faktor yang mempengaruhi mutu dari sebuah proses dan untuk memetakan inter-relasi antar faktor-faktor Sallis Edward, (2008:202).
1715589161861500Eris Kusnadi (2011:1) mengemukakan bahwa diagram Ishikawa mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming. Berikut visual mengenai prosedur atau lamgkah-langkah pembuatan diagram ishikawa
Gambar 1. Diagram Ishikawa
Diagram Ishikawa diatas mendeskripsikan bahwa diagram Ishikawa digunakan untuk mengidentifikasi penyebab suatu masalah (Tague, 2005:247). Apabila masalah dan akar penyebab masalah sudah diketahui maka tindakan akan lebih mudah dilakukan. Dalam penyusunan diagram Ishikawa, sesi brainstorming digunakan untuk mengetahui sebab, akibat dan menganalisis masalah tersebut. Masalah akan dibagi menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup sumber daya manusia, material, mesin/tools/sarana prasarana, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai penyebab yang akan dijelaskan melalui sesi brainstorming.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2015:407) metode penelitian Research and Development yang disingkat menjadi R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah - langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada.
Sutama (2011: 183) berpendapat bahwa produk yang dihasilkan tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen.
Menurut Sugiyono (2005: 408 – 427), ada sepuluh langkah yang dilakukan untuk memperoleh suatu produk. Langkah-langkah penelitian R & D sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Ujicoba produk, (7) Revisi produk, (8) Ujicoba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi masal. Namun, dalam penelitian ini hanya sampai dengan revisi desain, tidak sampai pada tahap eksperimen, dengan alasan penelitian R&D memerlukan waktu yang lama.
Secara skematik langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.
78676510731500
Langkah langkah yang dilakukan peneliti adalah 1) Menganalisa masalah yaitu penelitian berawal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah juga bisa dijadikan sebagai potensi, apabila dapat mendayagunakannya. Masalah akan terjadi jika terdapat penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah ini dapat diatasi melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date. Dalam menganalisis masalah, peneliti menggunakan teknik analisis fishbone untuk mencari akar permasalahan yang ada. 2) Mengumpulkan Informasi adalah setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, selanjutnya dikumpulkan berbagai informasi dan studi literatur yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoretis yang memperkuat suatu produk, khususnya yang terkait dengan produk pendidikan, misal produk yang berbentuk model, program, sistem, pendekatan, software dan sebagainya. Di sisi lain melalui studi literatur akan dikaji ruang lingkup suatu produk, keluasan penggunaan, kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan dan keterbatasannya. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan produk tersebut. 3) Mendesain Produk yaitu produk yang dihasilkan dari penelitian R & D ada banyak macamnya. Untuk menghasilkan sistem kerja baru, harus dibuat rancangan kerja baru berdasarkan penilaian terhadap system kerja lama, sehingga dapat ditemukan kelemahan - kelemahan terhadap sistem tersebut. Disamping itu dilakukan penelitian terhadap unit lain yang dipandang sistem kerjanya bagus. Selain itu harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan sistem kerja yang modern berikut indikator sistem kerja yang baik. Hasil akhir dari kegiatan ini berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Desain produk harus diwujudkan dengan gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya, serta akan memudahkan pihak lain untuk memahaminya, 4) Memvalidasi Desain yaitu validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Peneliti akan melakukan Forum Group Discussion (FGD) dengan kepala sekolah, pengawas, guru TIK, orang tua, Komite, dan siswa. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya, 5) Memperbaiki Desain adalah setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Peneliti akan memperbaiki desain produk tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap potensi dan masalah
Dalam tahap ini peneliti menganalisa permasalahan yang ada dengan menggunakan teknik análisis Fishbone untuk menentukan akar permasalahannya.
045847000
Dari diagram Fishbone diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa penyebab laboratorium komputer tidak mendukung atau tidak memadai untuk proses pembelajaran. Penyebab itu diantaranya (1) lokasi / akomodasi yang tidak strategis, (2) mebel dan tata ruang yang tidak nyaman, (3) hardware dan software yang kurang up to date, (4) tidak adanya pengadaan PC dan peralatan laboratorium komputer yang berkualitas, (5) jaringan, sistem informasi dan koneksi internet yang tidak bagus. (6) yang paling utama adalah tidak adanya koordinasi dari stakeholder dalam pengelolaan laboratorium komputer.
Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data berdasarkan kondisi nyata dan wawancara dengan Pengawas, Kepala Sekolah, Komite, Guru TIK, Orangtua, dan Siswa. Setelah mengumpulkan data dan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Peneliti menyimpulkan ada dua faktor penting yang menyebabkan laboratorium tidak difungsikan secara baik, sehingga berdampak pada kurang efektifnya pembelajaran Teknik Informatika. Kedua faktor tersebut adalah faktor Sumber Daya Manusia dan faktor ruangan laboratorium dan sarana pendukungnya.
Tahap desain produk
Pada tahap ini, peneliti akan menghasilkan produk yang berupa panduan pengelolaan manajemen laboratorium komputer. Panduan manajemen laboratorium komputer ini akan berisikan tentang solusi pemecahan masalah yang ada. Berikut ini adalah panduan pengelolaan manajemen laboratorium komputer.
Panduan pengelolaan manajemen laboratorium komputer
Sebaik apapun, laboratorium yang dimiliki suatu sekolah tidak akan berfungsi optimal tanpa didukung dengan manajemen yang baik. Maka darii tu, setiap pihak yang terkait harus memahami tugas pekerjaannya masing masing, serta mengevaluasi dan meningkatkan kemampuannya demi kemajuan bersama. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam manajemen laboratorium komputer ada dua, yaitu manajemen sumber daya manusia dan manajemen ruangan laboratorium komputer dan saran pendukungnya.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk mengelola laboratorium yang profesional dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu orang – orang yang ahli dibidangnya, berkomitmen tinggi dalam melaksanakan tugas, dan mampu berkoordinasi dengan baik. Agar supaya bisa mendapatkan sumber daya manusia semacam itu diperlukan pelatihan awal, monitoring, supervisi, evaluasi, dan pelatihan lanjutan secara berkala terhadap tenaga-tenaga ahli, baik dari luar maupun dalam sekolah. Pihak – pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas laboratorium komputer sekolah adalah (1) Kepala Sekolah, kepala sekolah dibantu oleh wakil bidang kurikulum dan prasarana perlu terlibat dalam kegiatan-kegiatan perencanaan dan evaluasi yang ditujukan bagi peningkatan kualitas laboratorium komputer dari waktu ke waktu. (2) Konsultan Laboratorium, konsultan laboratorium sangat diperlukan guna menjamin kualitas laboratorium yang optimal. Konsultan bertugas mulai dari perencanaan laboratorium, desain laboratorium, pemilihan kualifikasi dan spesifikasi perabot, peralatan, bahan, slide, display (model/poster), pemberian pelatiohan berkala terhadap guru TIK serta laboran, hingga evaluasi dan supervisi berkala terhadap perencanaan maupun pengelolaan laboratorium. (3) Kepala Laboratorium, berkewajiban mengkoordinasi, memonitor dan mengevaluasi kerja laboran, guru TIK, dan petugas kebersihan guna menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan laboratorium. (4) Laboran, bertanggung jawab menangani administrasi dan berbagai masalah teknis guna kelancaran kegiatan praktikum. (5) GuruTIK, guru memegang peranan utama dalam pelaksanaan praktikum di laboratorium komputer. (6) Bagian kebersihan, orang – orang yang terlibat dalam pembersihan laboratorium harus menjaga kebersihan lingkungan laboratorium komputer. (7) Pengawas Sekolah, berkewajiban untuk memantau kelengkapan sarana prasarana yang dibutuhkan dan juga mengawasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di laboratorium komputer (8) Komite sekolah, juga perlu mengevaluasi dan mengawasi program dan pelaksanaan yang di kegiatan yang dilakukan di laboratorium komputer (9) Orangtua, wajib melakukan pemantauan terhadap kegiatan anaknya di laboratorium komputer. (10) Siswa, diwajibkan untuk mengikuti tata tertib atau prosedur yang ada di laboratorium komputer.
Apabila ke semua pihak ini dapat menjalankan tugas nya masing – masing dengan baik, maka penggunaan dan pengelolaan laboratorium komputer akan berjalan dengan optimal.
Manajemen Ruangan Laboratorium Komputer dan sarana pendukungnya
Untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif dan optimal, ruangan laboratorium komputer hendaknya didukung dengan alat sarana prasarana lainnya.
Ruang laboratorium komputer seharusnya berukuran yang layak sesuai dengan kebutuhan, berada di tempat yang memudahkan para siswa, guru dan staf sekolah untuk mencapai lokasinya. Idealnya ruang laboratorium dapat menampung sedikitnya satu kelas siswa dalam waktu bersamaan.Laboratorium komputer sebaiknya memiliki sirkulasi udara yang baik, cukup ventilasi dan jumlah jendela yang cukup sehingga penting adanya cahaya matahari agar dapat masuk ke dalam ruangan. Untuk mencegah sinar matahari agar tidak terlalu terang maka jendela diberi tirai atau gorden. Komputer akan mudah rusak jika suhu ruangan terlalu panas. Kebutuhan akan listrik juga harus diperhatikan dan UPS (Uninterupable Power Suplay) untuk menstabilkan arus listrik dan menyimpan listrik apabila lampu mati.
Ruang untuk laboratorium disarankan luas, sehingga dapat digunakan untuk menyimpan berbagai peralatan elektronik dan barang untuk menyimpan kaset-kaset pendidikan, CD, proyektor, layar proyektor, dan lain-lain.Semua kebutuhan mebel laboratorium sekolah yang akan digunakan harus dipertimbangkan secara cermat berdasarkan efektifitas dan efisiensi keberadaanya. Sebagai contohnya sebaiknya meja guru diletakkan di depan ruangan dengan kondisi lantai yang agak tinggi dari lantai siswa.
Di dalam laboratorium komputer untuk meja komputer dan kursi dapat menampung untuk satu kelas siswa. Harus dipastikan untuk mebel laboratorium memiliki ukuran ketinggian yang sesuai dengan siswa. Berikut ini daftar mebel laboratorium komputer sekolah di Suruh: meja komputer guru, meja komputer siswa, lemari penyimpanan barang (CD, Kaset), lemari kabinet, papan pajangan, kursi siswa dan guru, whiteboard, dan layar proyektor.
Komputer di laboratorium komputer sekolah, harus disesuaikan spesifikasinya dengan kebutuhan belajar mengajar. Mengingat pesatnya kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, maka dalam hal pengadaan barang harus diperhatikan tingkat pemanfaatannya. Karena tidak semua sekolah memiliki biaya yang cukup untuk mengganti komputer lama dengan komputer yang baru.Sistem jaringan komputer sangat diperlukan dalam mengelola laboratorium komputer. Sehingga sistem ini dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pertukaran data antar komputer yang terjadi dalam ruang laboratorium. Dengan sistem LAN (Local Area Network), semua komputer di ruang laboratorium terhubung dan bisa dikontrol melalui komputer guru.
Koneksi internet sangatlah penting bagi kelancaran pembelajaran di laboratorium komputer, maka diperlukan koneksi internet pada jaringan server yang kuat dan lancar. Koneksi internet terbagi menjadi dua macam, yaitu: serat optik atau kabel dan wireless atau Hot-spot. Koneksi internet dengan jaringan kabel contohnya adalah TV kabel dan jaringan kabel Telkom.Komputer (PC) yang tersedia harus cocok dan relevan dengan kebutuhan siswa dan guru. Tujuannya agar laboratorium dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa dan guru sebagai sarana pendukung sebagai kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Keselamatan penggunaan laboratorium komputer sekolah merupakan hal yang harus diperhatikan. Hal ini jangan sampai terabaikan karena keterbatasan anggaran. Beberapa hal yang sering sebagai sorotan dalam standar keselamatan yaitu alokasi ruang gerak siswa di dalam laboratorium, ventilasi dan pertukaran udara (jendela), listrik, sistem pencegahan kebakaran, pemilihan furnitur yang tahan api, dan instalasi jaringan LAN.
Tahap Validasi Produk
Pada tahap validasi produk, akan dilakukan Forum Group Discussion (FGD) bersama Pengawas, Komite, Kepala Sekolah, Guru TIK, Orang tua, dan siswa. Dalam FGD, peneliti akan mempresentasikan hasil produk yang di kembangkan berupa panduan pengelolaan manajemen laboratorium komputer.
Tahap Revisi Produk
Pada tahap revisi produk, peneliti mencatat kekuatan dan kelemahan apa saja dari panduan yang telah dikembangkan dari hasil FGD, kemudian setelah itu peneliti merevisi produk panduan tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa laboratorium komputer yang tidak difungsikan secara baik dan optimal dikarenakan oleh faktor kurangnya pengelolaan manajemen sumber daya manusia dan manajemen sarana prasarana laboratorium komputer. Oleh karena itu, peneliti berusaha memberikan suatu panduan manajemen laboratorium komputer, baik dari segi sumber daya manusianya ataupun dari segi sarana prasarananya. Panduan ini bisa diterapkan pada sekolah untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan.
Saran
Setiap sekolah perlu melakukan serangkaian kegiatan manajemen laboratorium komputer yang baik, berupa kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan penanganan berbagai permasalahan secara tepat, diharapkan laboratorium komputer dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, sebagai sarana akselerator bagi kemajuan proses pembelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Amtu, Onisimus., 2011. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta, cv.
Arikunto, S., dan Lia, Y., 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Kerja sama UNY – Aditya Media, Edisi ke-1.
Edward Sallis, 2012. Total Quality Management in Education. Jogjakarta: IRCiSoD, Cetakan XV.
Hamalik, Oemar., 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Kerjasama UPI – Remaja Rosdakarya.
Hasibuan, M., 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kamusbahasaindonesia.org/. diakses tanggal 5 Februari 2016.
Keputusan Menteri Nomor 053/U/2001
Mulyono, M. A., 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Cetakan ke-1.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Supriyoko. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas.
Suryosubroto, B., 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sutama. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (kuantitatif, kualitatif, PTK, R & D). Surakarta : Fairuz Media.
Terry, G. R., dan Rue, L. W., 2009. Principles of Management + Dasar-dasar Manajemen. (Alih Bahasa; G. A. Ticoalu) – Jakarta: Bumi Aksara, Cetakan ke-11.
Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2014. Panduan Pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar,
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
Usman, H., 2006. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Edisi Kedua.
Terimakasih telah membaca PENINGKATAN MUTU SEKOLAH MELALUI PENGEMBANGAN MANAJEMEN LABORATORIUM KOMPUTER. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat
0 komentar: