Judul: PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
Penulis: Rizky Nahriati
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan dan pengujian substantive. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahami struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substantif. Pengujian substantive dimaksudkan untuk melakukan verifikasit erhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam implementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sanga tberbeda.
Sebelum membahas lebih lanjut siklus pengeluaran ini, terlebih dahulu siklus pengeluaran ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pengeluaran yaitu adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa.
Dalam pembahasan ini, system penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian, kami disini akan membahas salah satu aspek mengenai utang usaha yaitu audit terhadap siklus pengeluaran: pengujian substantive terhadap saldo utang usaha.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengujian substantif atas saldo utang usaha ?
Bagaimana penentuan risiko deteksi ?
Bagaimana perancangan pengujian substantif ?
Bagaimana prosedur awal ?
Bagaimana prosedur analitis ?
Bagaimana pengujian rincian transaksi ?
Bagaimana pengujian rincian saldo ?
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai adalahs ebagai berikut?
Menjelaskan penentuan substantif atas saldo utang usaha.
Menjelaskan penentuan risiko deteksi.
Memaparkan perancangan pengujian substantif
Menjelaskan tentang prosedur awal.
Menjelaskan tentang prosedur analitis.
Menjelaskan tentang pengujian rincian transaksi.
Menjelaskan pengujian rincian saldo.
ManfaatPenulisan
Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan akuntansi, agar nantinya dapat lebih memahami serta mendalami tentang materi yang akan dibahas pada kesempatan kali ini.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
Pengertian Hutang Usaha
Hutang usaha termasuk sebagai unsure utang lancar. Hutang lancer meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan).
Seperti halnya dengan piutang usaha, hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas hutang usaha lebih ditekankan pada asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atau kejadian. Alasannya adalah bahwa jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang, maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.
Perbedaan pengujian substantif antara utang lancar dengan aktiva lancar
Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya, sedangkan aktiva lancar untuk menemukan penyajian aktiva lancar yang tinggi dari jumlah yang seharusnya.
Dalam pengujian substantif terhadap kas auditor melakukan pengujian fisik kas.
Dalam pengujian sustantif terhadap piutang auditor mengirimkan konfirmasi terhadap debitur.
Dalam pengujian substantif terhadap persediaan auditor melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan.
Berbagai unsur tersebut dilakukan untuk menemukan adanya over statement dalam aktiva lancar.
Di lain pihak pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat (unrecord liabilities) pada tanggal neraca.
Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan kewajiban nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca. Dilain pihak, dalam pengujian substantif terhadap utang lancar auditor menghadapi kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu yang dalam jangka pendek harus dilunasi.
Tujuan pengujian substantive terhadap utang usaha
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha.
Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
Dalam pembahasan ini, akan difokuskan pada hutang yang timbul dari transaksi siklus pengeluaran. Hutang lainnya, seperti upah dan pajak penggajian serta berbagai kewajiban tidak lancar akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.
PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN
Hutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo maupun oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan faktor-faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut. Auditor menggunakan metodologi untuk menghubungkan penilaian risko pengendalian yang tepat atas asersi kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo akun hutang usaha. Metodologi tersebut meliputi matriks risiko deteksi yang dapat diterima pada tahap pengujian rincian. Penerapan proses ini untuk hutang usaha diikhtisarkan pada Gambar 15-9. Tingkat risiko spesifik dalam matriks ini hanya bersifat ilustratif dan akan, karenanya bervariasi menurut situasi yang dihadapi klien.
Gambar 15-9: Korelasi Komponen risiko-Asersi hutang Usaha
Komponen Risiko Eksistensi atau Kejadian Kelengkapan Hak dan Kewajiban Penilaian atau Alokasi Penyajian dan Pengungkapan
Risiko Audit
Risiko Inheren
Risiko Prosedur Analitis
Risiko Pengendalian-Transaksi Pembelian
Risiko Pengendalian-Transaksi Pengeluaran Kas
Risiko Pengendalian Gabungan
Risiko Pengujian Rincian yang Dapat Diterima Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sangat Rendah Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Sangat Rendah
PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dan pengujian rincian. Kerangka kerja umum untuk mengembangkan program audit atas pengujian substantif dapat digunakan dalam merencanakan pengujian substantif untuk hutang usaha. Daftar pengujian substantif yang mungkin, dimasukkan dalam program audit yang dikembangkan atas dasar ini disajikan pada Gambar 15-10. Pengujian dalam gambar tersebut diarahkan pada satu atau lebih tujuan audit atas saldo akun spesifik untuk hutang usaha. Juga perlu diperhatikan bahwa pengujian berganda diarahkan ke setiap tujuan audit atas saldo akun.
Gambar 15-10: Pengujian yang Mungkin atas Asersi Hutang usaha
Kategori Pengujian Substantif Tujuan Audit Saldo Akun
EO3 C3 RO3 VA# PD#
Prosedur Awal Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri serta menentukan:
Signifikasi pembelian dan hutang usaha bagi perusahaan.
Pemicu ekonomi penting yang mempengaruhi pembelian perusahaan dan hutang usaha.
Termin perdagangan standar dalam industri, termasuk tanggal perdagangan dan sebagainya.
Luas konsentrasi aktivitas dengan pemasok dan komitmen pembelian yang berkaitan.
Melaksanakan prosedur awal atas saldo hutang usaha dan catatan yang akan diuji lebih lanjut.
Menelusuri saldo awal hutang usaha ke kertas kerja tahun sebelumnya.
Mereview aktivitas dalam akun buku besar hutang usaha dan menyelidiki ayat jurnal yang tampak tidak biasa dari segi jumlah atau sumbernya.
Mendapatkan daftar hutang usaha pada tanggal neraca dan menentukan bahwa hal tersebut mencerminkan secara akurat catatan akuntansi yang mendasarinya dengan cara:
Menjumlahkan daftar dan menentukan kesesuaiannya dengan (1) total file voucher yang belum dibayar, buku pembantu, atau file induk hutang usaha, dan (2) saldo akun pengendali buku besar.
Menguji kecocokan pemasok dan saldo dalam daftar dengan yang terdapat dalam catatan akuntansi yang mendasarinya. 3 5
Prosedur Analitis Melaksanakan prosedur analitis:
Mengembangkan akspektasi atau hutang usaha dengan perusahaan, termin perdagangan normal dan sejarah perputaran hutang usaha.
Menghitung rasio-rasio:
Perputaran hutang usaha (pembelian + hutang usaha)
Hutang usaha terhadap total kewajiban lancar.
Menganalisis hasil rasio dibandingkan dengan ekspektasi berdasarkan data tahun sebelumnya, data industri, jumlah yang dianggarkan, dan data lainnya.
Membandingkan saldo beban dengan tahun sebelumnya atau jumlah yang dianggarkan untuk menyelidiki kemungkinan kurang saji yang berkaitan dengan hutang yang tidak dicatat. 3.4 Pengujian Rincian Transaksi Menelusuri sampel catatan transaksi hutang usaha ke dokumentasi pendukungnya.
Menelusuri kredit ke voucher pendukung faktur penjual laporan penerimaan, pesanan pembelian, serta invormasi pendukung lainnya.
Menelusuri debet ke pengeluaran kas atau memo retur pembelian
Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian.
Memilih sampel transaksi pembelian yang dicatat dalam beberapa hari sebelum dan sesudah akhir tahun serta memeriksa voucher pendukung faktur penjual dan laporan penerimaan untuk menentukan bahwa pembelian telah dicatat pada periode yang tepat.
Mengobservasi nomor laporan penerimaan terakhir yang diterbitkan pada hari terakhir bisnis selama periode audit dan menelusuri sampel laporan penerimaan bernomor lebih kecil dan lebih besar ke dokumen pembelian terkait serta menentukan bahwa transaksi telah dicatat pada periode yang tepat.
Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas.
Mengobservasi nomor acak terakhir yang diterbitkan dan dikirimkan pada hari terakhir periode audit dan menelusuri ke catatan akuntansi untuk memverifikasi kekurangan pisah batas, atau
Menelusuri tanggal pembayaran cek yang dikembalikan dengan laporan pisah batas bank akhir tahun ke tanggal yang telah dicatat.
Melaksanakan pencarian kewajiban yang belum tercatat.
Memeriksa pembayaran berikutnya antara tanggal neraca dan akhir pekerjaan lapangan, serta apabila dokumen yang bersangkutan menunjukkan bahwa pembayaran dilakukan untuk kewajiban yang ada pada tanggal neraca, maka telusurilah ke daftar hutang usaha.
Memeriksa dokumentasi hutang yang dicatat pada akhir tahun yang masih belum dibayar sampai akhir pekerjaan lapangan.
Menyelidiki pesanan pembelian, laporan penerimaan, faktur penjual yang tidak sesuai pada akhir tahun.
Melakukan tanya jawab dengan personil bagian akuntansi dan pembelian mengenai hutang yang belum dicatat.
Mereview anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak konstruksi sebagai bukti atas hutang yang belum dicatat. 3 3,4
Pengujian Rincian Saldo
Mengkonfirmasi hutang usaha
Mengidentifikasi pemasok utama dengan mereview register voucher atau buku pembantu atau file induk hutang usaha dan mengirimkan permintaan konfirmasi kepada pemasok dengan saldo yang besar, aktivitas yang tidak biasa, bersaldo kecil atau nol, dan bersaldo debet.
Menyelidiki dan merekonsiliasi perbedaan.
Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang diterima klien dari pemasok.
3,45
3,45
Penyajian dan Pengungkapan Membandingkan penyajian laporan dengan GAAP.
Menentukan bahwa hutang telah diidentifikasi dan diklasifikasikan secara tepat menurut jenis serta periode pembayaran yang diperkirakan.
Menentukan apakah ada saldo debet yang signifikan secara keseluruhan sehingga harus diidentifikasi.
Menentukan ketetapan pengungkapan yang berkaitan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa atau hutang yang dijamin.
Mengajukan pembayaran kepada manajemen tentang ekstensi komitmen yang belum diungkapkan atau kewajiban kontinjensi. 3,45
PROSEDUR AWAL
Titik awal bagi setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri klien. Pemahaman tentang signifikan siklus pembelian dalam perusahaan menyediakan konteks untuk penilaian risiko yang penting. Pemahaman atas pemicu dan penggerak ekonomi perusahaan, termin perdagangan standar, dan seberapa luas konsentrasi bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan konteks untuk mengevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang terutang pada tanggal neraca.
Biasanya klien mempunyai daftar file voucher yang belum dibayar, buku pembantu hutang usaha, atau file induk dalam bentuk elektronik. Auditor juga dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan ketetapan matematis dari daftar tersebut dengan cara menjumlah ulang total dan dengan memverifikasi bahwa jumlahnya telah sesuai dengan akun saldo buku besar.
PROSEDUR ANALITIS
Pada tahap awal pengujian substantive terhadap utangusaha, pengujian analitis dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan menemukan yang memerlukan audit lebih intensif.
Selain itu, tujuan auditor menerapkan prosedur analitis adalah untuk mengembangkan ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antar hutang usaha dengan akun-akun kunci seperti pembelian atau persediaan. Beberapa prosedur analitis yang dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti mengenai hutang usaha. Suatu penurunan yang abnormal atas rasio lancar dapat menjadi indikator bahwa kewajiban telah ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Tujuan pengujian saldo akun utang rinci adalah untuk memverifikasi:
Keberadaan dan keterjadian
Kelengkapan
Kewajiban
Penyajian dan pengungkapan
Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca di buktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitor dan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi penyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.
Dalam melaksanakan pengujian rincian transaksi, auditor terutama akan menitikberatkan pada pendeteksian kurang saji hutang yang dicatat serta hutang yang belum tercatat. Seberapa luas setiap pengujian tersebut dilakukan akan bervariasi menurut tingkat risiko deteksi spesifik yang diterima untuk asersi-asersi terkait.
Menelusuri Hutang yang Dicatat ke Dokumentasi Pendukung
Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi pendukung dalam file klien, seperti voucher, faktur penjualan, laporan penerimaan, dan pesanan pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen transaksi pengeluaran kas, seperti buku pengeluaran cek, atau memo dari penjual menyangkut retur pembelian dan pengurangan harga. Beberapa penelusuran mungkin telah dilakukan selama pekerjaan interim, yaitu sebagai bagian dari dokumen sumber ke catatan akuntansi. Luas penelusuran (vouching) ini berhubungan langsung dengan kesimpulan auditor mengenai risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian. Pengujian ini terutama akan menghasilkan bukti untuk tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan empat dari lima asersi, terkecuali asersi kelengkapan. Aplikabilitas dari pengujian ini terhadap asersi kelengkapan adalah terbatas karena pengujian ini tidak dapat mendeteksi hutang yang tidak pernah dicatat.
Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pembelian
Pengujian pisah batas pembelian (purchases cutoff) mencakup penentuan bahwa transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan menelusuri tanggal-tanggal laporan penerimaan ke ayat jurnal register pendukungnya. Pengujian ini biasanya mencakup periode antara lima sampai sepuluh hari bisnis sebelum dan sesudah tanggal neraca. Buku yang diperoleh dari pengujian ini berkaitan dengan asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk hutang usaha.
Dalam memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari pengujian ini, pertimbangan khusus harus diberikan atas barang yang masih dalam perjalanan per tanggal neraca. Barang yang dikirimkan dengan syarat FOB (free on board) shipping point harus dimasukkan dalam persediaan penjual serta dikeluarkan dari persediaan dan hutang usaha pembeli hingga barang tersebut tiba di departemen penerimaan pembeli. Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menentukan bahwa pisah batas yang tepat telah dicapai ketika melakukan perhitugan fisik persediaan.
Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas
Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah sangat penting untuk penyajian kas dan hutang usaha yang benar pada tanggal neraca. Bukti tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas (cash disbursement cutoff test) dapat diperoleh melalui observasi langsung dan review atas dokumentasi internal.
Apabila auditor dapat menyajikan pada tanggal neraca, maka ia secara langsung dapat menyaksikan lembar cek terakhir yang ditarik klien. Penelusuran selanjutnya atas bukti ini ke catatan akuntansi akan dapat memverifikasi keakuratan pisah batas. Selain itu, auditor juga dapat menelusuri cek-cek yang dibayar dalam periode beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal neraca ke tanggal cek tersebut dicatat. Bukti yang diperoleh dari pengujian ini juga berkaitan dengan asersi eksistensi atau kejadian dan kelengkapan untuk hutang usaha.
Melakukan Pencarian Hutang yang Belum Tercatat
Pencarian hutang usaha yang belum tercatat (search for unrecorded accountans payable) terdiri dari prosedur terdiri dari prosedur-prosedur yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiban signifikan yang belum dicacat pada tanggal neraca. Dengan demikian, prosedur ini berkaitan dengan asersi kelengkapan untuk hutang usaha.
PEMBAYARAN KEMUDIAN. Pemeriksaan atas pembayaran kemudian (subsequent payments) terdiri dari pemeriksaan dokumentasi untuk cek-cek yang diterbitkan atau voucher yang dibayar setelah tanggal neraca. Apabila dokumentasi ini menunjukkan behwa pembayaran tersebut adalah untuk membayar kewajiban yang ada pada tanggal neraca, maka auditor harus menelusuri ke daftar hutang usaha guna menentukan apakah hal tersebut sudah termasuk dalam daftar hutang usaha guna menentukan apakah hal tersebut sudah termasuk dalam daftar hutang usaha. Pengujian ini dilakukan hingga akhir pekerjaan lapangan untuk memperbesar peluang memperoleh bukti tentang hutang yang secara sengaja atau karena kurang teliti tidak dimasukkan dalam daftar hutang pada tanggal laporan keuangan. Dengan demikian, pengujian ini melebihi periode yang digunakan dalam pengujian pisah batas yang telah diuraikan sebelumnya.
Biasanya penjual akan meminta pembayaran, walaupun kewajiban itu tidak dicatat pada tanggal neraca oleh pembeli. Oleh karena itu, pembayaran kemudian dapat menjadi cara yang efektif untuk mencari periode selanjutnya ini dengan melihat lebih saji pembayaran kemudian dan memusatkan perhatikan pada transaksi yang bernilai besar.
PROSEDUR LAINNYA. Dokumentasi pendukung hutang yang telah dicatat, tetapi masih belum dibayar sampai tanggal terakhir pekerjaan lapangan, juga harus diperiksa atas dasar pengujian. Hal ini juga dapat mengungkapkan kewajiban yang ada tetapi belum dicatat pada tanggal neraca. Prosedur lainnya yang dapat mengungkapkan hutang yang belum dicacat meliputi: (1) menginvestigasi pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur penjualan yang tidak sesuai pada akhir tahun, (2) mengajukan pertanyaan kepada personil akuntansi dan pembelian tentang hutang yang belum dicatat, serta (3) mereview anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak konstruksi untuk mencari bukti adanya hutang yang belum dicatat.
PENGUJIAN RINCIAN SALDO
Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah (1) konfirmasi hutang usaha, dan (2) rekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang diterima oleh klien dari penjual atau pemasok.
Konfirmasi Hutang Usaha
Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada anggapan yang dibuat mengenai konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat oposional karena (1) konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat ditemukan, dan (2) bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual dengan saldo yang relatif besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Seperti dalam kasus konfirmasi piutang usaha, auditor harus mengendalikan pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi serta harus meminta jawaban langsung dari respondensi.
Apabila konfirmasi akan dilakukan, maka akun dengan saldo nol atau kecil harus ada di antara pilihan untuk konfirmasi karena saldo yang mungkin ditetapkan terlalu rendah daripada akun dengan saldo yang besar. Selain itu, konfirmasi juga harus dikirimkan kepada pemasok utama yang (1) telah digunakan pada tahun sebelumnya, tetapi tidak dalam tahun berjalan, dan (2) tidak mengirimkan laporan bulanan. Dapat diobservasi bahwa firmasi tidak menyebutkan jumlah hutang yang harus dibayar. Dalam mengkonfirmasi hutang usaha, auditor menghendaki agar kreditor menyebutkan jumlah yang terutang karena jumlah itu akan direkonsiliasi dengan catatn klien. Perhatikan bahwa informasi juga diminta mengenai komitmen pembelian dari klien dan setiap jaminan atas hutang tersebut.
Pengujian ini dapat memberikan bukti untuk semua asersi hutang usaha. Akan tetapi, bukti yang tersedia untuk asersi kelengkapan bersifat dan mengirim permintaan konfirmasi kepada pemasok yang tidak mencatat kewajiban klien.
Merekonsiliasi Hutang yang Belum Dikonfirmasi dengan Laporan Pemasok
Dalam banyak kasus, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bisa dijumpai dalam file klien. Dalam kasus ini, jumlah yang terutang kepada pemasok menurut daftar hutang klien dapat direkomendasikan dengan laporan tersebut.
Bukti yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang sama seperti konfirmasi, tetapi kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan kepada klien, dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu, laporan ini mungkin tidak tersedia dari pemasok tertentu.
PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAP
Hutang usaha harus diidentifikasikan secara tepat sebagai kewajiban lancar. Jika saldo hutang mencakup pembayaran dimuka yang material kepada beberapa pemasok untuk pengiriman barang dan jasa di masa depan, maka jumlah semacam itu harus diklasifikasi sebagai uang muka kepada pemasok dan dicatat sebagai aktiva. Selain itu, pengukuran juga perlu dilakukan atas penjaminan dan serta kewajiban kontinjensi. Jadi, penyajian dan pengungkapan manajemen harus dibandingkan dengan persyaratan GAAP.
JASA BERNILAI TAMBAH
Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan bahwa auditor harus melakukan jasa bernilai tambah. Meskipun demikian, apabila auditor telah menyelesaikan suatu audit, maka biasanya mereka sangat mengetahui tentang bisnis dan praktek bisnis klien, hasil operasi dan arus kasnya, serta pengendalian internal perusahaan. Manajemen dan dewan komisaris biasanya ingin secara penuh memanfaatkan pengetahuan auditor itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Utang lancer memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian substantive terhadap utang lancar. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien cenderung untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya. Di lain pihak, dalam menyajikan utang lancar, klien cenderung umum untuk menyajikan utang tersebut lebih rendah dari jumlah yang seharusnya. Kecenderungan ini di dorong oleh keinginan untuk menyajikan gambaran modal kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengujian substantive terhadap utang lancar di tujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya.
Pengujian substantive terhadap utang usaha di tujukan untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi serta membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua tentang auditing. Khususnya tentang audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantive terhadap saldo utang usaha.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, Johnson, Kell (Modern Auditting, Seventh Edition), Erlangga 2003
Elearning.gunadarma.ac.id
http://hermanhunawan.blogspot.co.id/2012/12/audit-terhadap-siklus-pengeluaran.html?m=1
Terimakasih telah membaca PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat
0 komentar: