Judul: MAKALAH ALQURAN DAN HADIST TARBAWI
Penulis: Ahmad Tajuddin
MAKALAH ALQURAN DAN HADIST TARBAWI
BAB I
PENDAHHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Segala puji bagi Allah swt.yang maha mengetahui segala sesuatu yang lahir maupun batin. Kepunyaan Allah langit dan bumi, segala yang ada didalamnya dan diantara keduanya, Allah mengatur perputaran dan sistem antara masing-masing benda dan makhluk dengan ilmu-Nya, memberi pelajaran dan kemudahan bagi manusia yang memperhatikan dengan akalnya.Diciptakan Allah manusia yang merupakan manifestasi keagungan Allah, diajarkan-Nya ilmu yang bermanfaat untuk mengenal Allah, dengan demikan Allah dikenal yang memberi efek bagi eksistensi manusia dibumi.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw. Junjungan manusia dan pembawa risalat tauhid untuk kebahagian manusia dunia dan akhirat.Dengan ilmu Allah menunjukkan dirinya diantara tanda-tanda alam yang terhampar dipermukaan bumi, dan yang diwahyukannya kepada rasul-rasul-Nya yang mulia.Ilmu membawa ketinggian derajat disamping iman. Sungguh beda orang berilmu dengan yang tidak berilmu. Allah membuka tabir (rahasia) hidup dengan ilmu, hanya orang yang berilmu yang dapat mensyukuri nikmat yang diberikan Allah.. Dengan demikian ilmu adalah keutamaan, kemuliaan, dan orang yang yang berilmu (alim), adalah yang tunduk kepada Tuhannya. Ilmu dapat membelah samudra luas, membelah jagat raya, membongkar kedalaman bumi, hasilnya juga menimbulkan ilmu baru yang semakin membuka rahasia alam semesta yang terlihat menundukkan manusia kepada tuhan, sebagai mana ucapan nseorang ilmuan Milne
Milne mengatakan bahwa rasional dari alam semesta ini merupakan bukti bahwa alam telah diciptakan oleh pencipta yang rasional. Maksud alam semesta rasional adalah hukum alam yang diramalkan sebelumnya akan ditemukan lewat eksprimen dan observasi. Menurut Milne, Tuhanlah yang menciptakan alam semesta dan hukum alam yang mengaturnya, Milne juga menjelaskan bahwa; Seseorang tak dapat mempelajarikosmologi misalnya, kalau tidak mempunyai sikap keagamaan.
a. Gambaran Umum
Makalah ini berupaya untuk menjelaskan ilmu pengetahuan menurut perspektif Hadis-hadis Nabi saw. baik bentuk, sifat, fungsi, hubungan ilmu dan pemilik ilmu, maupun isi, tujuan mencari ilmu, resiko pemilik ilmu dan penggunaan ilmu dalam kehidupan yang terlihat tidak saja bersifat dunia tetapi berefek akhirat, dimana ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang dimulyakan Islam.
Dalam uraiannya akan dilihat term-term hadis yang saling memberi penjelasan tentang pengertian ilmu pengetahuan, sehingga membentuk pengertian ilmu pengetahuan atau sistem ilmu pengetahuan yang tentunya memberi gambaran tentang ilmu yang nantinya akan dilakukan perbandingan dengan pengertian ilmu pengetahuan menurut Barat yang berkembang sekarang yang bersifat Westernisasi. Selanjutnya akan dilihat segi-segi persamaan dan perbedaan pengertian ilmu menurut islam dan Barat.
Penelusuran data terhadap kitab-kitab hadis dengan mengumpulkan hadis-hadis yang memuat didalamnya kata ilmu (tematik). Teks-teks hadis dianalisis dengan analisis teks yang mengedepankan penelusuran makna dan menjelaskannya berdasarkan bentuk dan sifat hadis- hadis tersebut.
b. Alasan pembahasan
Perkembangan pengetahuan Barat yang mendominasi ilmu pengetahuan sepertinya telah mengkaburkan makna ilmu pengetahuan baik dari segi bentuk, objek kajian bahkan tujuan ilmu pengetahuan yang kini berkembang sehingga makna ilmu pengetahuan hanya sekedar pemenuhan dan kepentingan dunia semata, yang berepek kepada sikap dan pandangan kaum muslimin menjadi dangkal. Lebih ironi lagi kaum muslimun mejadi bersifat materialistis yang dengan ilmu menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekayaan duniawi tanpa mempertimbangkan nilai-nilai keakhiratan, bahwa ilmu dan orang berilmu dan yang mengamalkan ilmu masuk surga. Ada keutamaan ilmu dan penggunaan ilmu yang diangkat Allah beserta orang orang yang beriman.c. Pokok-Pokok Bahasan
1. Pengertin ilmu
2. Hadis-hadis yang mengandung kalimat ilmu
3. Perbandingan ilmu menurut hadis-hadis nabi saw. Dengan konsep ilmu dalam perspektif Barat
4. Analisis
5. Kesimpulan
B. PENGERTIAN ILMU/PENGETAHUAN
Ilmu adalah intlektual, ilmu berasal dari kata 'alima( علم) mengetahui ia, tahu ia akan sesuatu ('alim al- amr ). Jamaknya 'ulum ( علم ). Kata aliimun ( عليم ) yang mengetahui, jamaknya ulama ( علماء )orang-orang yang mengetahui. Dari kata ini juga Al-'Aliim ( العليم ),Al-'A liim )العاليم ) dan Al 'Allama ( الاعللم )yang berarti nama Tuhan ( Allah) yang maha mengetahui.
Pengertian kata atau bahasa tentang ilmu yakni mengetahui (kata benda), sesuatu yang diketahui, yang dengannya orang memahami, mengerti tentang eksistensi dan esensi sesuatu.Pengertian secara bahasa ini terasa sempit dan belumlagi menggambarkan pengertian secara lengkap menurut bentuk, sifat dan karakteristik ilmu.Adapun definisi Ilmu menurut beberapa ahli sebagai berikut:
Ednurut Dr. MJ. Langerveld, Pengetahuan ialah kesatuan subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam mana objek itu dipandang oleh subjek sebagai diketahuinya,
Menurut A. Baikuni, Ilmu merupakan general consensus dari masyarakat yang terdiri dari para scientist.
Menurut Mohammad Hatta, Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya, tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam. HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" [3]Ensiklopedia Amerikana, menjelaskan sebagai berikut. Science, is one defines as systematized positif knowledge, then the history of science is the description and explanation of the velopment of that knowledge. For example considering all that know today in Astronomy. It is a very long story which takes us beck to prehistoric time when men began to observe the sun , moon, stars, planets….. . HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [4](Sains adalah suatu penegasan tentang sistem ilmu pengetahuan positif, tentang sejarah dari sains yang merupakan diskripsi dan eksplanasi dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh Dasar dari semua pengetahuan pada hari ini (misanya) dalam Astronomi. Hal itu merupakan sejarah yang panjang dimana yang demikian memakai latar belakang waktu prehistoris kemudian orang mulai mengobservasi matahari, bulan, bintang, planet…..)
Dalam khasanah ilmu barat modern, ilmu bersifat positif-materialis, dapat diamati diobsevasi, dan diuji dan disimpulkan secara paktual.Hal ini menunjukkan ilmu adalah sesuatu yang rill.Dalam satu sisi Ilmu yang demikian dapat diterima, karena ilmu tidak hanya bersifat khusus, tetapi juga bersifat umum.
Suriasumantri mengatakan, Pengetahuan dapat diartikan secara luas, yaitu mencakup segala hal yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu.
1. Pengetahuan indrawi ( Knouledge). Pengetahuan ini meliputi semua phenomena yang dapat dijangkau secara langsung oleh panca indra.
2. Pengetahuan ilmiah (scince). Pengetahuan yang meliputi semua phenomena yang dapat diteliti dengan riset atau eksprimen, sehingga apa yang berada dibalik knouledge bisa terjangkau lagi oleh rasio.
3. Pengetahuan filsafat. Pengetahuan ini mencakup segala phenomena yang tak dapat diteliti, tetapi dapat dipikirkan, batas pengetahuan ini adalah alam bahkan diluar alam yaitu Tuhan. HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [5]4. Menurut Anshari selain dari tiga jenis pengetahuan diatas terdapat Pemgetahuan teologi, yaitu pengetahuan keagamaan, pengetahuan tentang agama, pengetahuan tentang pemberitaan dari Tuhan. Pengetahuan keagamaan atau pengetahuan agama adalah faham subjek mengenai objek yang dalam hal ini adalah agama. HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [6]C. HADIS – HADIS TENTANG ILMU/PENGETAHUAN
1. Ilmu dan pemahaman agam dasar kebaikan
حدثناعلي بن حجر اخبرنا اسماعيل بن جعفر اخبرني عبد الله بن سعيد بن هند عن ابيه عن ابن عباس ان رسول لله صلى الله عليه وسلم قال من يردالله به خير يفقهه فيدين HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [7]Artinya: Ali ibnu Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ja'far memberitahukan kami, Abdullah bin Said bin Abi Hindun menceritakan kepada kami dari ayahnya dari ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan padanya, maka Allah memberikan kefahaman (ilmu) dalam soal agama (Hadis Hasan)
Dalam hadis ini terlihat bahwa kebaikan dikaitkan dengan kefahaman dalam soal agama (ilmu),.Orang yang memiliki ilmulah yang dapat melakukan kebajikan dalam hidup, disebabkan kefahamnnya terhadap agama dan kebaikan.Nabi dalam salah satu hadis mengkaitkan agama dengan akal.
Pemilik ilmu adalah Allah maka Ia akan memberikan-nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan disertai kebaikan dan kemudahan memahaminya dalam soal agama, tentunya yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan secara luas, tidak seperti pandangan Barat yang sekuler. Pada prinsifnya ilmu pengetahuan dipandang sebagai kesatuan, kemudian dipisahkan sesuai dengan objeknya, dan pembidangan ilmu pengetahuan bertujuan untuk merumuskan spesialisasinya serta menunjukkan bentuk dan sifat ilmu. Dalam hadis ini terlihat bahwa, pertama, fungsi atau tujuan ilmu adalah membuat kebaikan, ilmu adalah untuk kemaslahatan, bukan ilmu untuk ilmu. Kedua, ada hubungan kebaikan dengan kefahaman, khususnyakefahaman ilmu agama, dimana dasar ilmu agama memberikan sifat kebaikan meskipun seseorang itu menguasai ilmu-ilmu lainnya, demikian pentingnya dasar ilmu agama bagi dasar penguasaan ilmu pengetahuan, lemahnya dasar ilmu agama maka penguasaan ilmu pengetahuan menyebabkan kerusakan, kesombongan dan kesewenang-wenangan.Dasar ilmu agama itu adalah pengetahuan tentang Tuhan.
فاعلم انه لا اله الا الله
(محمد 19)
Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah.Hadis berikut menjelaskan amal yang uatama dalah berilmu mengenai Allah, merupakan dasar kefahaman agama dan dasar ilmu penegatahuan.
افضل الاعمال العلم با لله ان العلم ينفعك معه قليل العمل وكثيره وان الجهل لاينفعك معه قليل العمل ولا كثيهر
Artinya: Amal yang paling utama adalah berilmu mengenai Allah, sesungguhnya ilmu itu mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau) bersamanya sedikit maupun banyak amal. Dan sesungguhnya bodoh itu tidaklah mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau) bersamanya, sedikit maupun banyak amal itu
(Hadis diriwayatkan oleh al-Hakim, at Turmuzi dalam Nawaadir dan ibnu Abdil Bar dan lain keduanya dari Anas ra
Anas meriwayatkan bahwa seorang laki-lakin datang menemui Nabi saw. Dia berkata; Apa amal yang utama ?, beliau menjawab; Berilmu mengenai Allah. Kemudian dia bertanya lagi (setelah datang kedua kalinya), lalu beliau menjawab seperti itu juga.Maka laki-laki itu berkata; Ya Rasulallah, sesungguhnya aku bertanya padamu mengenai amal. Maka nabi meneruskan; Sesungguhnya ilmu itu mendatangkan manfaat bagimu….dan seterusnya bunyi hadis.
Hadis ni diterangkan sebagai berikut:
Allah swt.Berfirman; Sesungguhnya Allah bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Dia. Dia dan para malaikat serta orang-orang yang berilmu menegakkan keadilan.شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيم
Artinya: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan melainkan Dia yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) Tidak ada tuhan selain Dia yang maha perkasa lagi maha bijaksana (S. Ali Imran ; 18) HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [8]Firman Allah Surah Fathir; 28
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌغَفُورٌ (28
Artinya: Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatng ternak yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha pengampun.Firman Allah Al-Ankabut: 43
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
Artinya: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
Firman Allah lagi. S. Az-Zumar;9:
دِيَارِهِمْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (9)
Artinya; (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah diwaktu-waktu malam dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya, katakanlah; Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [9]2. Menuntut ilmu dan kemudahan
حدثنا محمود بن غيلان اخبرنا ابو اسامة عن الاعمش عن ابى صا لح عن ابى هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنه HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [10]Artinya: Ahmad bin Ghailan menceritakan kepada kami. Abu Usamah memeberitahukan kami dari al-A'masyi dari Abi Shaleh dari Abi Hurairah berkata. Rasulullah saw. Bersabda. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju syurga.
(Hadis ini hasan)
حدثنا نصربن علي اخبرنا خا لد بن يزيد العتلي عن ابي جعفر ارازي عن الر بيع بن انس عن انس بن
ما لك قال رسول الله صلي الله عليه وسلم من خرج في طلب علم فهو
في سبلى الله حتي يرجع HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [11]Artinya: Nasr bin Ali menceritakan kepada kami , Khalid bin Yazid al-Attall memberitahukan kepada kami, dari Abu Ja'far ar-Razi dari ar-Rabi bin Anas, dari Anas bin malik Rasulullah saw. Berkata: Barang siapa keluar (dari rumahnya) untuk mencari ilmu maka dia jihad di jalan Allah sehingga ia kembali (Hadis ini Hasan Garib dan sebahagian ahli hadis meriwayatkan hadis ini tapi tidak meriwayatkannya secara marfu)
3. Hilangnya ilmu dengan meninggalnya ulam
حدثنا هارون بن اسحاق الهمداني اخبرنا ابدالله بن سليمان عن هشام ين عروه عن ابيه عن عبدالله بن عمر وبن العاص قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان الله لايقبض العلم انتزاعايتزعه من النا س واكن يقبض العلم بقبضى العلماء حتى ازا لم يترك عالما اتخزالناس رؤسا جهالا فسئلوا فافتوا بعير علم فضلوا واضلوا
Artinta: Harun bin Ishak al-Hamdani mencerirtakan kepada kami, Abdallah bin Sulaiman memberitahukan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Abdullah bin al-Ash Rasulullah saw. Bersabda, sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan caramengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka dari orang-orang yang bodoh lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, kemudian mereka sesat dan menyesatkan.
4. Ilmu dan mengamalkan ilmu
العالم والعلم ولعمل في الجنه فازلم يعمل العالم بما يعلم كان العلم ولعمل في الجنه وكان العالم ف النار
Artinya: Orang 'alim, ilmu dan amalnya berada dalam syurga, apabila seorang 'alim tidak mengamalkan ilmunya maka yang berada dalam syurga hanyalah ilmu dan amalnya saja, sedang orang 'alimnya berada dalam neraka.
Hadis ini seiring dengan ancaman Allah dalam al-quran. surat Shaff ;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Artinya; Hai oran-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ?. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [12] (S. as-Saff; 2,3)
5. Ancaman bagi penuntut ilmu untuk dunia
حدثنا ابوالاشعث احمدبن المقدام العجلى البسرى اخبرنا امية بن خالد اخبرنا اسحاق بن يحي بن طلحة حدثى ابن كعب بن مالك عن ابيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من طلب العلم ليجارى به العلماء اوليمارى به السفهاء ويصرف به وجوة الناس اليه ادخله الله النار
Artinya; Abu al-Asy-ats ahmad bin al-Miqdam al-Jili al-Basri, menceritakan kepada kami Umayyah bin Khalid, memberitahukan kepada kami Ishaq bin yahya bin thalhah, memberitahukan kepada kami ibnu Kaab bin Malik dari ayahnya berkata; Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda.Barang siapa mencari ilmu agar diperlakukan sebagai seorang yang pandai atau untuk berbantah dengan orang-orang yang bodoh atau menarik perhatian manusia kepadanya niscaya kelak Allah memasukkannya ke neraka (hadis ini gharib)
حدثنا علي بن نصربن علي احبرنا محمدبن عباد الهنائي اخبرنا علي بن المبارك عن ايوبي السختيانى عن خالدبن دريك عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من تعلم علما لعيرالله او اراد به عيرالله فليتبوا مقعده من النار
Artinya; Ali bin Nasr bin Ali menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad al-Hunaini, memberitahukan kepada kami dari Ayyub as-Shakhutiyani dari Khalid bin Duraik dari ibnu Umar dari Nabi saw. Bersabda; Brang siapa belajar ilmu karena selain Allah atau menghendaki dengan ilmu itu selain Allah, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka
D.PERBANDINGAN KONSEP ILMU MENURUT HADIS DAN SAINS
Ilmu dapat dilihat sebagai sesuatu yang diketahui (pengetahuan, tahu), ilmu pengetahuan (science) yang ber ciri ilmiah.Dan filsafat.Ketiganya memiliki karakter ilmu dan objek kajian yang berbeda yang diakui sebagai ilmu. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat ini bersumber dari pemikiran dan filsafat Barat, sebagi hasil dari aufclarungnya Jerman atau renaissance-nya Erofa, Ilmu dalam pemikiran Barat adalah material oriented, syarat dengan hukum alam (low of natural) dengan prinsip alam adalah satu-satunya yang wujud, sesuatu diluar alam tidaklah diketahui, tidak jelas, tidak pasti. Oleh karena itu diabaikan saja.Landasan filsafat Barat tentang ilmu ini memberikan implikasi terhadap perwujudan ilmu dimana alam menjadi sesuatu yang mutlak, penyelidikan ilmiah merumuskan konsep ilmu sesuai dengan hubungannya dengan benda-benda material seperti yang ditulis dalam Ensiclopedia Americanapada awal pembahasan ini, selengkapnya peneliti tuliskan sebagai berikut:
Science, if one defines as systematized positif knowledge, then the history of science is the description and explanation of the pelopment of that knowledge. For example considering all that we know today in Astronomy, how did we optain that knowledge. It is a very long story which takes us beck to prehistoric time when men began to observe the sun , moon, strs, planets….. . HYPERLINK "https://www.blogger.com/null" \o "" [13] (Sains didefinisikan sebagai system pengetahuan positif, dimana sejarah sains sebagai deskripsi dan eksplanasi dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh semuanya mengikuti yang kita ketahui pada saat ini, astronomi, bagai mana kita memilih ilmu pengetahuan, hal itu merupakan proses panjang dimana kita meruntut kebelakang kemasa prehistoris, kemudian orangmulai melakukan observasi terhadap matahari, bulan, bintang, planet……..)
Ilmu pengetahuan positif yang berkembang pasca modern ini telah menghadapi kejenuhan yang ditandai relatifitas makna hudup manusia, dimana manusia mengalami dilemma social dan relatifitas nilai hidup, karena kering dari nilai-nilai spiritual, akibatnya kehilangan elan vital yang dirindukan manusia.
Islam sebelumnya (abad ke-7 s/d ke-13) telah memberikan prinsif-prinsif ilmu pengetahuan dengan merujuk kepada sumber ajaran-nya (quran dan hadis).Prinsif-prinsif ilmu pengetahuan ini mengakomodasikan nilai-nilai spiritual dan material menjadi fundasi sifat esensial dari ilmu pengetahuan. Sebagaimana penelitian tematik ilmu menurut hadis Nabi saw ini menggambarkan bahwa ilmu adalah pengetahuan dimana seseorang dapat mengetahui sesuatu. Kemampuan mencerap makna sesuatu itu menjadikan orang memahami persoalan-persoalan hidup, ilmu menjadi solusi, karena itu Nabi saw. (islam) mendorong manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan, menguasainya dan memanfaatkannya dengan jujur dan ikhlas untuk kebaikan hidup dunia dan akhirat. Seorang alim dapat menjadi pencerah dalam masyarakat yang memiliki derajat yang tinggi disisi Allah swt. Malaikat dan manusia, Tetapi alim yang tidak mengamalkan ilmu masuk neraka, sedang ilmu dan amalnya masuk neraka. Alim tidak boleh menyembunyikan ilmu, alim tidak boleh menggunakan ilmu hanya untuk kepentingan dunia semata, kesombongan, atau untuk dipuji orang dan lain-lain yang menyalahi nilai-nilai kehormatan dan keakhiratan, bahwa alim harus mempersembahkan ilmunya kepada Allah sebgai pemilik hakiki darilmu, untuk kesejahteraan manusia dan sekalian alam. Hadis-hadis Nabi saw. secara formalis selalu mengaikan penguasan ilmu dengan spritualitas, keluhuran ilmu dan pemilik ilmu serta amal yang didasarkan kepada ilmu, dimana semuanya memiliki tembusan kepada prinsif eskatologis yang kuat. Bahkan terlihat fahan eskatologis ini terasa menjadi pengendali terhadap ilmu, pemilik ilmu dan penggunaan ilmu, sehingga dapat terkendali dan ilmu tidak menjadi sesembahan (disamping Allah), ilmu tidak bebas nilai, ilmu tidak untuk merusak.Firman Allah pada Surat 2 (Al-Baqarah); 165.وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Artinya; Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagai mana mereka mencintai Allah .Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah sangat berat sisksaNya (niscaya mereka menyesal).
E. ANALISIS
Penuntut ilmu pengetahuan, orang berilmu pengetahuan dan yang mengamalkan ilmu pengetahuan sangat mulia disisi Allah swt, malaikat dan manusia. Ilmu pengetahuan dalam Hadis-hadis Nabi saw, tidak sekedar bentuk dan rumusan dari aspek-aspek material duniawi semata, kebenaran ilmu harus merujuk kepada nilai fungsional dan tujuannya, sebagai mana cuplikan hadis Nabi saw.
Amal yang paling utama adalah berilmu mengenai Allah, sesungguhnya ilmu itu mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau)bersamanya sedikit maupun banyak amal. Dan sesungguhnya bodoh itu tidaklah mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau) bersamanya, sedikit maupun banyak amal itu
Ilmu pengetahun berkembang secara sistematis, logik, menurut formatnya, rasional, berdasar objektifitas dan universal diakui sebagai hal-hal yang alamiah, tetapi tidak meninggalkan aspek spritualnya (ruh), yang membentuk world vieaw (pandangan dunia yang melandasi ilmu pengetahuan dan tujuan ilmu pengetahuan, dengakan kata lain ilmu pengetahuan memiliki muatan nilai-nilai Ilahiat dan manusia adalah pewaris ilmu-ilmu Allah. Pandangan ini menjelaskan, ilmu pengetahuan tidak sekedar persoalan dunia tetapi ladangnya amal (pahala disisi Allah swt), bahwa disamping tujuan-tujuan alamiah manusia, ada tujuan-tujuan akhirat yang dihasilkan para alim dan muta'alim dengan pemanfaatan ilmu.Perbedaannya dengan world vieawseaculer science adalah, ilmu pengetahuan terbatas dalam natural science tidak memiliki spiritual being yang memberi muatan Ilahiat.Pandangan ilmu pengetahuan sekuler ini menjadikan manusia hamba dari ilmu, sedanga pandangan Hadis (Islam) ilmu pengetahuan menjadi alat pengabdian kepada Tuhan.Ini artinya manusia ditempatkan sebagai hamba, yang kerjanya melakukan pengabdian, kesejahteraan umat manusia dibumi dan ada balasan yang setimpal di dunia dan diakhirat bagi pengamal ilmu.Sedang ilmu pengetahuan sekuler mengangkat ilmu sebagai sesembahan, dimana orang berilmu menjadi penguasa dan pengatur dengan ilmunya, bahkan menjadikan orang-orang berilmu menjadi tuhan-tuhan di bumi yang pada gilirannya dengan ilmunya menggerakkan tangannya merusak darat dan lautan, mengeksploitasi sumberdaya alam sesuka hati.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dengannya orang mengerti, memahami gejala-gejala (phenomena) alam, manusia, dan Tuhan yang didukung oleh fakta-fakta alamiah. Hadis-hadis Nabi saw. mengisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan adalah berbasifat ke-Tuhanan, yang menjadi bentuk rumusan ilmu pengetahuan, dimana ilmu pengetahuan berdasarkan alamiah, tetapi memiliki fundasi esensi Ilahiat atau format Ilahiat. Hal ini didasarkan kepada;
Ilmu milik Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya beserta memudahkan untuk memahaminya.Penuntut ilmu adalah dalam jihat dan memudahkannya ke-syurga.Kebaikan didasarkan kepada pemahaman kepada agama.Ilmu, orang berilmu dan amal yang berdasarkan ilmu masuk syurga.Ilmu tentang Allah dalah yang utama.Ilmu adalah sarana untuk mengabdi kepada Allah.Kecelakaan bagi orang berilmu dengan tujuan duniawi dan kesombongan, dan orang berilmu tidak mengamalkan ilmunya Allah mengancam dengan memasukkan ilmu dan amalnya kesyurga sedang alimnya masuk neraka.
Ilmu pengetahuan adalah, kefahaman tentang sesuatu (Tuhan, manusia dan alam) dimanfaatkan sebagai ladang ibadah untuk mengabdi kepada Tuhan sebagai hamba untuk kesejahteraan dunia dan akhirat
Pembagian ilmu; Pengetahuan, sains, filsafat dan teologi, hanya dilihat dari objeknya, sebagai spesipikasi keilmuan.Namun Islam melihatnya sebagai sesuatu yang utuh secara konseptual, spesipikasi ilmu pengetahuan tidak menghilangkan unsur spirit ilmu yakni keilahiatannya.
Kefahaman tentang Tuhan merupakan dasar kefahaman tentang ilmu pengetahuan dan sebagai ruh terhadap kebaikan.DAFTAR PUSTAKA
1. Qawaid Quamar, Tuhan dan Ilmu Pengetahuan Modern Terj. Dari Buku God's Existence and Contemporery Science ITB. Cet. II. 1983.
2. Leksikon Islam, Tim Penyusun Pustaka Azet, Jakarta, 1988.
3. Idris al-Marbawi, Munjid Fil lughah, Darul Masyriq, Beirut, 946.
4. The Ensyclopedia Americana, International Edition, Vol. 24. Lexington Avenue New York. Copyright 1971.
5. Al Imam at-Tirmizi, Sunan Tirmizi, Jami'us shahihain, Dar al-Ma'rifah, Publishing & Distributing, Beirut. 1423 H, 2002 M.6. Ibid.( Lihat juga Shahih Bukhari, Afkaru ad-dauliyah, Riyadh.
7. Ibid.
8. Ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang yang berilmu.
9. Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafiad-Damsyiqi, Asbabul Wurud, Latar Belakang Historis, timbulnya Hadis-Hadis Rasul. Jilid 1. Terjemah. M. Suwarta Wijawa dan Zafrullah salim, Pen. Kalam Mulia, Jakarta, Cet. III, 1996.
10. Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, Pen. CV. J-ART,tt.
11. The Ensyclopedia Americana, International Edition, Vol. 24. Lexington Avenue New York. Copyri
Hadis
Tarbawi
Diposkan oleh Fahkry Yusuf
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran islam, di samping al-Qur'an. Hadits juga sama dengan al-Qur'an ada penghimpunannya. Tentunya kita berpikir bagaimanakah sejarah penghimpunan hadits dan di masa siapakah itu dilakukan, yang mana kitab-kitab hadits yang beredar di tengah masyarakat dijadikan pegangan oleh umat Islam. Berarti sejak zaman dahulu sudah ada yang namanya penulisan selain menghapal dan orang-orang sekarang akan mencari dasar atau dalil dalam setiap melakukan sesuatu, artinya manusia zaman sekarang semakin kritis. Untuk itulah pada makalah ini akan dibahas hadits tentang menulis dan menghapal.
B. Ruang Lingkup Pembahasan dan Rumusan Masalah
Ruang lingkup pembahasan ini terbatas pada hal-hal pokok mengenai hadits tentang menulis dan menghapal yang dititik beratkan pada permasalahan berikut:
1. Apa yang menjadi dasar diharuskan menulis suatu ilmu pengetahuan?
2. Apa yang menjadi dasar diharuskan menghapal suatu ilmu pengetahuan?
C. Tujuan Pembahasan
Uraian ini bertujuan memberikan wawasan atau pengetahuan lebih luas tentang diharuskannya menulis dan menghapal. Sehingga kita mengetahui lebih dalam tentang dasar anjuran tersebut.
D. Metodologi Pembahasan
Metodologi yang memungkinkan untuk menguraikan:
1. Deskriptif komparatif, yaitu menggambarkan hal-hal yang dapat dibandingkan.
2. Library reseach, yaitu meneliti dan mengambil sumber-sumber dari perpustakaan.
E. Sistematika Pembahasan
Pembahasan ini dibagi dalam 3 bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama: pendahuluan, yaitu meliputi uraian latar belakang, ruang lingkup pembahasan dan rumusan masalah, tujuan, metodologi serta sistematika pembahasan.
Bab kedua: pembahasan yang diambil dari beberapa buku.
Bab ketiga: penutup, berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
MENULIS DAN MENGHAPAL ILMU PENGETAHUAN
Secara garis besar ilmu adalah sesuatu dasar yang menjadi pemahaman. Segala sesuatu baik yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasa bisa menimbulkan suatu pemahaman dan tidak harus belajar secara formal seperti di sekolah. Dan orang yang berilmu itu lebih utama daripada orang yang tidak berilmu. Allah mengungkapkannya dengan kalimat tanya tentang perbandingan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu sebagaimana tertera dalam surat az-Zumar ayat 9:
.... قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لاَيَعْلَمُوْنَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُوْلُوْا الْاَلْبَابِ. (الزمر: 9)
Artinya:
".... Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Yang dapat mengambil pengajaran hanyalah orang-orang yang berakal". HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftn1" \o "" [1]Nabi Muhammad SAW memberikan tamsil orang yang berilmu laksana tanah yang subur yang menumbuhkan berbagai tanaman berguna bagi manusia dan makhluk lainnya dan orang yang berilmu dapat menolong dirinya sendiri serta membantu orang lain. Sedangkan orang yang tidak mau menerima petunjuk Allah dan yang malas belajar sehingga menjadi bodoh laksana tanah yang gersang, tidak dapat menumbuhkan tanaman yang berguna. Jadi orang yang bodoh itu membahayakan dirinya sendiri dan merugikan orang lain. HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftn2" \o "" [2]Menurut hadits riwayat Muslim, Allah akan memudahkan jalan ke surga bagi orang yang menuntut ilmu.[3]Ilmu bukan hanya untuk dipelajari tetapi diamalkan dan diajarkan pada orang lain. Oleh karena itu, perlu adanya penulisan atau penghapalan. Karena dengan tulisan ilmu akan tetap ada meskipun si pemilik telah tiada. Sedangkan, tuntutan hapalan biasanya untuk materi belajar agama islam seperti bacaan-bacaan wudhu' atau bacaan-bacaan shalat dan lain-lain. Tanpa dihapal bagaimana mungkin bisa melaksanakan ibadah yang bersangkutan dengan sempurna.[4]A. Menulis Ilmu Pengetahuan
أَبُوْ هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ: مَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدٌ أَكْثَرَ حَدِيثًا عَنْهُ مِنِّيْ؛ إِلاَّ مَا كَانَ مِنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو؛ فَإِنَّهُ كَانَ يَكْتُبُ، وَلاَ أَكْتُبُ.
أَكْثَرَ : Lebih banyak
يَكْتُبُ : Menulis
Artinya:
Dari Abu Hurairah, dia mengatakan: " Tidak ada seorang pun dari sahabat Nabi SAW yang memiliki hadits lebih banyak daripadaku, kecuali apa yang ada pada 'Abdullah bin 'Amr, karena sesungguhnya dia menulis, sementara aku tidak menulis".[5]Tulisan sangat diperlukan karena diakhir zaman nanti ilmu itu akan dicabut yaitu dengan meninggalnya para ulama (orang-orang yang berilmu). Karena dengan tulisan juga sebagai salah satu fasilitas untuk mengikat atau mengabadikan ilmu. Seandainya tulisan itu tidak ada, maka ilmu itu akan hilang seiring dengan wafatnya para ulama. Seperti yang dijelaskan pada hadits dibawah ini :
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: لاَ اُحَدِثُكُمْ حَدِيْثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَيُحَدِّثُكُمْ اَحَدٌ بَعْدِيْ سَمِعَهُ مِنْهُ: إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ....
يُحَدِّثُكُمْ : Dituturkan pada kalian
أَشْرَاطِ : Tanda-tanda
يُرْفَعَ : Diangkat
يَظْهَرَ : Dinampakkan
Artinya:
Diriwayatkan dari Amr' bin Malik RA, dia berkata: Perhatikanlah! Akan aku beritahukan pada kalian suatu hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah SAW yang tidak akan dituturkan pada kalian oleh seseorang sepeninggalku yang pernah ia dengar dari beliau: "Diantara tanda-tanda kiamat adalah hilangnya ilmu (keislaman), maraknya kebodohan".[6]Allah tidak mencabut ilmu agama langsung dari hamba-Nya, tetapi tercabutnya ilmu dengan matinya ulama, sehingga bila tidak ada orang alim lalu orang-orang mengangkat pemimpin yang bodoh agama, jika ditanya agama maka ia menjawab tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.[7]Selain di dalam hadits anjuran menulis juga terdapat dalam al-Qur'an:
قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَادًا. (الكهف: 109)
Artinya:
"Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
Adapun dalam ayat lain yang masih berhubungan dengan penulisan ilmu pengetahuan ialah:
وَمَاكُنْتَ تَتْلُوْا مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلاَ تَخُطُّهُ بِيَمِيْنِكَ إِذَا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُوْنَ. (العنكبوت: 48)
Artinya:
"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur'an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu, andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)".
Ilmu juga perlu diikat dengan kita menulisnya. Kata Imam Asy-Syafi'I rahimahullah,
الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya,
قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat,
فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً
Termasuk kebodohan kalau kamu memburu kijang,
وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ
Setelah itu kamu tinggalkannya terlepas begitu sahaja.B. Menghapal Ilmu Pengetahuan
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وِعَائَيْنِ: فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ، وَأَمَّا الْاَخَرُ فَلَوْ بَثَثْتُهُ قُطِعَ هَذَا الْبُلْعُوْمُ.
حَفِظْتُ : Aku telah mengingat
وِعَائَيْنِ : Dua macam
بَثَثْتُهُ : Kuberitahukan
الْبُلْعُوْمُ : Tekak (kerongkongan)
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah: " Aku telah mengingat dua macam ilmu dari Rasulullah SAW. Satu diantaranya telah kuberitahukan kepadamu dan jika yang satunya lagi kuberitahukan kepadamu, aku akan dibunuh".[8]مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِيْ أَرْبَعِيْنَ حَدِيْثًا مِنَ السُّنَّةِ حَتَّى يُؤَدِّيَهَا إِلَيْهِمْ كُنْتُ لَهُ شَفِيْعًا وَشَهِيْدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
يُؤَدِّيَهَا : Menghapalkannya
شَفِيْعًا : Syafa'at
شَهِيْدًا : Menjadi saksi
Artinya:
"Barangsiapa menghapal kepada ummatku 40 hadits, sehingga ia menghapalkannya kepada mereka, maka aku memberi syafa'at dan menjadi saksi baginya pada hari kiamat".[9] (dirawikan Ibnu Abdul Birri dari Ibnu Umar dan dipandangnya dha'if)
مَنْ حَمَلَ مِنْ أُمَّتِيْ أَرْبَعِيْنَ حَدِيْثًا، لَقِيَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقِيْهًا عَالِمًا.
حَمَلَ : Menghapal
لَقِيَ : Bertemu
فَقِيْهًا : Ahli fiqih
Artinya:
"Barangsiapa dari ummatku menghapal 40 hadits, maka dia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat sebagai seorang ahli fiqih yang 'alim".[10] (dirawikan Ibnu Abdul Birri dari Anas dan dipandangnya dha'if)
Berdasarkan hadits-hadits di atas, kita dianjurkan untuk menghapal apalagi telah dituturkan bahwa orang yang telah menghapal hadits, dia akan diberikan syafa'at oleh Rasulullah SAW dan beliau akan menjadi saksinya pada hari kiamat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara garis besar ilmu adalah sesuatu dasar yang menjadi pemahaman. Segala sesuatu baik yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasa bisa menimbulkan suatu pemahaman dan tidak harus belajar secara formal seperti di sekolah. Dan orang yang berilmu itu lebih utama daripada orang yang tidak berilmu.
Ilmu bukan hanya untuk dipelajari tetapi diamalkan dan diajarkan pada orang lain. Oleh karena itu, perlu adanya penulisan atau penghapalan. Karena dengan tulisan ilmu akan tetap ada meskipun si pemilik telah tiada. Sedangkan, tuntutan hapalan biasanya untuk materi belajar agama islam seperti bacaan-bacaan wudhu' atau bacaan-bacaan shalat dan lain-lain. Tanpa dihapal bagaimana mungkin bisa melaksanakan ibadah yang bersangkutan dengan sempurna.
B. Saran
Marilah kita ikat ilmu kita dengan hapalan dan tulisan. Karena tak ada yang merugikan seperti hapalan contohnya kita menghapal bacaan shalat karena waktu shalat kita tidak mungkin memegang buku panduan shalat, begitu juga sebaliknya. Bagaimana mungkin kita bisa hapal kalau tulisannya tidak tahu walaupun sebenarnya ada yang bisa menghapal tanpa melihat tulisan dan hanya dengan mendengar, namun tak semua orang memiliki kemampuan itu. Dengan tulisan ilmu itu bisa diabadikan jika pemilik ilmu telah meninggal.
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref1" \o "" [1] Abu Bakar Muhammad, Hadits Tarbiyah. (Surabaya: al-Ikhlas. 1995), hlm 221
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref2" \o "" [2] Ibid, hlm 225-226
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref3" \o "" [3] Hussein Bahreisj, Hadits Shahih al-Jami'us Shahih Bukhari-Muslim. (Surabaya: Karya Utama), hlm 30
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref4" \o "" [4] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT RajaGrafindo. 2005), hlm 110
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref5" \o "" [5] Muhammad Nashiruddin al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari. (Jakarta: Pustaka as-Sunnah. 2010), hlm 147
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref6" \o "" [6] Imam al-Munziri, Ringkasan Hadits Shahih Muslim. (Jakarta: Pustaka Amani. 2003), hlm 1089
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref7" \o "" [7] Muhammad Fuad 'Abdul Baqi, al-Lu'lu Wal Marjan. (Surabaya: PT Bina Ilmu. 1996), hlm 1016
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref8" \o "" [8] Imam az-Zabidi. Ringkasan Shahih al-Bukhari. (Bandung: Penerbit Mizan. 1997), hlm 49
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref9" \o "" [9] H. Ismail Yakub, Ihya al-Ghazali. (Semarang: C.V. Faizan. 1979), hlm 47
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Faridulatih\\Documents\\Pendidikan%20Agama%20Islam%20semester%20II%202013\\Hadist%20Tarbawi\\Isi.docx" \l "_ftnref10" \o "" [10] Ibid, hlm 47
No
related
post
Terimakasih telah membaca MAKALAH ALQURAN DAN HADIST TARBAWI. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat
0 komentar: