Oktober 16, 2016

TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA full fix

Judul: TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA full fix
Penulis: Mila Putri Utami


UJI KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA (UKBI) ATAU TEST OF INDONESIAN AS FOREIGN LANGUAGE (TIFL)Makalah untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Kelulusan Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Diajukan Oleh :
Kelompok 5
Irlangga201050473
Siska Silvani201050578
Mila Putri Utami201050585
Kunthi Ambarwati201050588
M. Raefan Taufan A.201050614
Putri Rhysta Inaya201050615

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT
JAKARTA
2013
KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai "Uji Kompetensi Bahasa Indonesia".
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh kelulusan mata kuliah Bahasa Indonesia, Jurusan Akuntansi, di Trisakti School of Management.
Makalah ini dibuat dengan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, diantaranya:
Orangtua yang telah memberikan dukungan semangat demi terselesaikannya makalah ini.
Bapak Dadi Waras Suhardjono selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam proses pembuatan makalah ini.
Teman-teman yang ikut memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami secara terbuka menerima saran serta kritik yang bersifat konstruktif sehingga dapat membangun kami. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
 
Jakarta, 9 Desember 2013
Kelompok 5

ABSTRAKSIKemampuan berbahasa dibutuhkan setiap saat dalam setiap segmen kehidupan bermasyarakat. Tingkat kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar berbeda pada setiap individu. Dalam menguji tingkat kemampuan seseorang dalam berbahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan dapat dilakukan dengan menjalani "Uji Kompetensi Bahasa Indonesia". Dengan ini seseorang dapat mengetahui tingkat kemampuan berbahasa Indonesia dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan bahasa yang diharapkan. Pengujian ini juga dikenal dengan sebutan TIFL "Test of Indonesian as Foreign Language". Secara aktual pengujian ini masih kurang dikenal karena beberapa alasan, salah satunya adalah pola pikir seseorang yang menganggap bahwa pengujian tingkat kemampuan berbahasa asing lebih diperlukan di era seperti ini, sehingga tidak adanya kebutuhan dalam pengujian bahasa Indonesia.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memaparkan dan membahas problematika tentang Uji Kompetensi Bahasa Indonesia, baik di Indonesia atau mancanegara dan berharap pembahasan yang ada memberikan informasi yang lebih luas.
Kata kunci :UKBI, Uji Kompetensi Bahasa Indonesia dan Kemampuan Berbahasa, TIFL, Test of Indonesian as Foreign Languange.
DAFTAR ISI TOC \o "1-3" \h \z \u HALAMAN JUDUL PAGEREF _Toc374286621 \h iKATA PENGANTAR PAGEREF _Toc374286622 \h iiABSTRAKSI PAGEREF _Toc374286623 \h iiiDAFTAR ISI PAGEREF _Toc374286624 \h ivBAB I PENDAHULUAN PAGEREF _Toc374286625 \h 11.1.Latar belakang PAGEREF _Toc374286626 \h 11.2.Permasalahan PAGEREF _Toc374286627 \h 21.3.Tujuan Penulisan PAGEREF _Toc374286628 \h 31.4.Manfaat Penulisan PAGEREF _Toc374286629 \h 3BAB II PEMBAHANSAN PAGEREF _Toc374286630 \h 42.1.Penjelasan UKBI (Uji Kompetensi Bahasa Indonesia) atau TIFL (Test of Indonesian as Foreign Language) PAGEREF _Toc374286631 \h 42.2.Peranan penting UKBI atau TIFL dalam kemampuan berbahasa Indonesia PAGEREF _Toc374286632 \h 52.3.Perkembangan UKBI atau TIFL di Indonesia dan mancanegara PAGEREF _Toc374286633 \h 72.4.Permasalahan yang timbul dalam perkembangan UKBI atau TIFL PAGEREF _Toc374286634 \h 82.5.Solusi untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan UKBI atau TIFL di Indonesia atau mancanegara PAGEREF _Toc374286635 \h 10BAB III PENUTUP PAGEREF _Toc374286636 \h 123.1.Kesimpulan PAGEREF _Toc374286637 \h 123.2.Saran PAGEREF _Toc374286638 \h 13DAFTAR PUSTAKA PAGEREF _Toc374286639 \h 14LAMPIRAN PAGEREF _Toc374286640 \h 17
BAB IPENDAHULUAN
Latar belakangSejak diikrarkan sebagai bahasa Nasional pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, dan ditetapkan sebagai bahasa negara dalam Pasal 36 UUD 1945, bahasa Indonesia hingga saat ini telah mengalami perkembangan sangat pesat. Seiring kemajuan yang dicapai oleh bangsa Indonesia di era global saat ini, peran Indonesia dalam pergaulan antarbangsa juga telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipandang penting di dunia. Sebagaimana tertuang pada Kompas.com (12 Juni 2009), pada 2009 lalu, bahasa Indonesia secara resmi ditempatkan sebagai bahasa asing kedua oleh pemerintah daerah Ho Chi Minh City, Vietnam. Kemudian, berdasarkan data Kementerian Luar Negeri pada 2012, bahasa Indonesia memiliki penutur asli terbesar kelima di dunia, yaitu sebanyak 4.463.950 orang yang tersebar di luar negeri. Bahkan, Ketua DPR RI dalam sidang ASEAN Inter-Parliamentary  assembly (AIPA) ke-32 pada 2011 mengusulkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa kerja (working language) dalam sidang-sidang AIPA (Kompas.com, 2013).
Di Australia, bahasa Indonesia telah diangkat sebagai salah satu dari empat bahasa Asia prioritas (Cina, Indonesia, Jepang, dan Korea) yang perlu diajarkan di sekolah dasar dan menengah dengan sistem pendidikan Australia. Bahkan menurut Kirpatrick (1995), di antara empat bahasa itu bahasa Indonesia direkomendasikan menjadi bahasa Asia pertama di Australia. Yang sangat menarik dari pengangkatan itu adalah target yang ingin dicapai, baik dari segi kuantitas pemelajar maupun kualitas pemelajaran bahasa itu. Dalam kaitan itu, diharapkan bahwa menjelang tahun 2006 siswa sekolah menengah yang mempelajari bahasa Indonesia di Australia akan berjumlah 40.000 dan di antara jumlah itu harus ada 2000 siswa yang mencapai tingkat kemampuan yang disebut kemahiran vokasional (vocational proficiency). Seperti yang dikutip Kirkpatrick (1995), Kalvin Rudd (1994) telah mengembangkan skala yang sangat menarik dalam hubungan dengan pemeringkatan kemahiran berbahasa Indonesia. Menurutnya, peringkat terendah disebut kemahiran survival dan peringkat berikutnya dinamai kemahiran sosial. Peringkat kemahiran yang lebih tinggi disebut kemahiran vokasional.
Perkembangan bahasa Indonesia tersebut memunculkan masalah yang berkaitan dengan pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Masalah yang sangat mudah diidentifikasi adalah yang bertalian dengan bahan ajar yang digunakan oleh setiap institusi pengajaran BIPA dan bahan evaluasi yang dapat digunakan untuk memberi keputusan tentang kemampuan penutur asing dalam berbahasa Indonesia. Saat ini tampaknya institusi pengajaran BIPA hanya menggunakan bahan ajar dan evaluasi yang mereka susun berdasarkan tujuan institusional masing-masing. Alhasil, masih ada kesenjangan interpretasi tentang hasil evaluasi terhadap kemampuan berbahasa Indonesia. Misalnya, apa yang disebut program BIPA I (Dasar) di satu institusi mungkin berbeda dari program itu di institusi lain.
Fokus tulisan ini adalah pentingnya pengujian eksternal dalam konteks pengajaran BIPA, seperti halnya TOEFL dan IELTS dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Dalam kaitan itu, tulisan ini bermaksud memperkenalkan lebih lanjut sarana pengujian eksternal yang disebut UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia). Ihwal UKBI yang akan dibahas mencakupi tujuan pengujian, ragam bahasa, komponen soal, sistem skor yang digunakan serta hasil analisis tentang validitas. Melalui tulisan ini diharapkan diperoleh implikasi pengujian eksternal itu dalam pengajaran BIPA.
PermasalahanRumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Apakah yang dimaksud dengan UKBI atau TIFL?
Mengapa UKBI atau TIFL memiliki peranan penting dalam kemampuan berbahasa Indonesia?
Bagaimana perkembangan UKBI atau TIFL di Indonesia dan mancanegara?
Apa saja permasalahan yang timbul dalam perkembangan UKBI atau TIFL?
Apa solusi untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan UKBI atau TIFL di indonesia dan mancanegara?
Tujuan PenulisanTujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
Menjelaskan apa yang dimaksud dengan UKBI atau TIFL.
Menjelaskan peranan penting UKBI atau TIFL dalam kemampuan berbahasa Indonesia.
Menjelaskan perkembangan UKBI atau TIFL di Indonesia dan mancanegara.
Menjelaskan permasalahan yang timbul dalam perkembangan UKBI atau TIFL.
Menjelaskan solusi untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan UKBI atau TIFL di Indonesia atau mancanegara.
Manfaat PenulisanBagi Pembaca
Meningkatkan kesadaran pembaca tentang pentingnya UKBI (Uji Kompetensi Bahasa Indonesia) atau TIFL (Test of Indonesian as Foreign Language) dan dapat mendorong pembaca untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. perlunya sarana tes bahasa Indonesia yang standar.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai perlunya instrumen evaluasi bahasa Indonesia yang kemudian dinamai dengan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
BAB II
PEMBAHASAN
Penjelasan UKBI (Uji Kompetensi Bahasa Indonesia) atau TIFL (Test of Indonesian as Foreign Language)Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) dirintis melalui berbagai peristiwa kebahasaan yang diprakarsai Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional. Gagasan awal terungkap dalam Kongres Bahasa Indonesia IV pada tahun 1983. Selanjutnya, dalam Kongres Bahasa Indonesia V pada tahun 1988 muncul pula gagasan tentang perlunya sarana tes bahasa Indonesia yang standar. Oleh karena itu, Pusat Bahasa mulai menyusun dan membakukan sebuah instrumen evaluasi bahasa Indonesia. Pada awal tahun 1990-an, instrumen evaluasi itu diwujudkan, kemudian dinamai dengan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
Sejak saat itu UKBI dikembangkan untuk menjadi tes standar yang dirancang guna mengevaluasi kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia, baik tulis maupun lisan. Dengan UKBI seseorang dapat mengetahui mutu kemahirannya dalam berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan di mana dan berapa lama ia telah belajar bahasa Indonesia. Sebagai tes bahasa untuk umum, UKBI terbuka bagi setiap penutur bahasa Indonesia, terutama yang berpendidikan, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing. Dengan UKBI, instansi pemerintah dan swasta dapat mengetahui mutu karyawan atau calon karyawannya dalam berbahasa Indonesia. Demikian pula, perguruan tinggi dapat memanfaatkan UKBI dalam seleksi penerimaan mahasiswa.
UKBI termasuk jenis tes kemahiran (proficiency test) untuk tujuan umum (general purposes). Sebagai sebuah tes kemahiran, UKBI mengacu pada situasi penggunaan bahasa pada masa yang akan datang yang akan dihadapi oleh peserta uji. Dalam pengembangan UKBI, rancangan tes yang diterapkan adalah pengukuran beracuan kriteria (criterion-referenced measurement). Kriteria yang diacu oleh UKBI berupa penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan nyata penutur bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa dalam kehidupan nyata tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa ranah komunikasi yang merujuk pada ranah kecakapan hidup umum, yaitu ranah kesintasan dan ranah kemasyarakatan serta ranah kecakapan hidup khusus, yaitu ranah keprofesian dan ranah keilmiahan.
Materi soal UKBI diejawantahkan dari materi-materi penggunaan bahasa Indonesia lisan dan tulis dalam ranah-ranah komunikasi tersebut. Dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan, UKBI mengukur keterampilan reseptif peserta uji dalam kegiatan mendengarkan dan mengukur keterampilan produktif peserta uji dalam kegiatan berbicara. Dalam penggunaan bahasa Indonesia tulis, UKBI mengukur keterampilan reseptif peserta uji dalam kegiatan membaca dan mengukur keterampilan produktif peserta uji dalam kegiatan menulis. Selain menekankan pengukuran terhadap empat keterampilan berbahasa tersebut, UKBI juga mengukur pengetahuan peserta uji dalam penerapan kaidah bahasa Indonesia.
Peranan penting UKBI atau TIFL dalam kemampuan berbahasa IndonesiaBahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, selain tentunya sebagai alat komunikasi, bahasa juga merupakan identitas budaya suatu bangsa yang menandakan kekayaan bangsa tersebut. Maka sangat beruntung negara kita memiliki beraneka ragam bahasa daerah. Namun tidak semua bahasa yang ada di Indonesia digunakan oleh seluruh warga negaranya. Penggunaan bahasa disesuaikan dengan daerah, umur, tingkat pendidikan dan lainnya. Penggunaan bahasa oleh mahasiswa tentu berbeda dengan anak kecil, masyarakat yang tak berpendidikan, elit politik, atau dengan para pengusaha. Disitulah kita bisa lihat bahwa bahasa dapat menunjukkan strata sosial penggunanya.
Disamping fungsi tersebut diatas, bahasa juga memiliki peranan dalam bidang politik. Contohnya saat penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia harus mempelajari bahasa Belanda. Ketika kekuasaan pindah ke tangan pemerintah Jepang, masyarakat Indonesia dilarang menggunakan bahasa Belanda dan harus mempelajari bahasa Jepang. Bahkan disetiap sekolah, bahasa Jepang merupakan pelajaran yang wajib diajarkan. Tentunya ada alasan lain selain untuk dapat berkomunikasi dengan pribumi. Alasan yang paling kuat adalah budaya dan politik. Negara penjajah ingin mematikan kebudayaan Indonesia melalui bahasa dan menjadikannya negara persemakmuran mereka.
Dari contoh-contoh diatas dapat diketahui bahwa pengaruh bahasa sangatlah besar. Kita tidak dapat memandang remeh pembelajaran bahasa, karena bahasa bukanlah sekedar alat komunikasi, efek bahasa itu sendiri amat besar dalam kehidupan sosial dan politik, bukan hanya di dalam negeri, tapi juga mempengaruhi politik internasional. Pemerintah Indonesia pun sejak tahun 2009 sudah membuat Undang Undang Kebahasaan yang mengatur penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pembacaan pidato presiden, penamaan jalan, dan lain sebagainya. Sejumlah beasiswa dalam negeri pun, seperti Dikti, kini mewajibkan para kandidat penerima beasiswa agar memiliki sertifikat UKBI, semacam TOEFL atau IELTS. Memang belum banyak yang tahu soal UU dan UKBI ini. Namun pemerintah sudah cukup bijak dengan membuat peraturan seperti itu, karena dengan begitu, sedikit demi sedikit kita dapat mengenalkan bahasa kita ke mancanegara, dan bukan tidak mungkin untuk menjadikannya bahasa internasional seperti Bahasa Inggris dan Perancis, mengingat jumlah penutur Bahasa Indonesia yang cukup banyak.
UKBI bertujuan untuk memberikan penilaian standar kemampuan seseorang (pengguna bahasa Indonesia) dalam berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan kapan, di mana, dan bagaimana kemampuan itu diperoleh. Contoh lainnya, untuk masuk ke lingkungan Balai Bahasa Yogyakarta, tes ini diperlukan (UKBI juga wajib diikuti oleh mahasiswa asing yang mengambil kuliah Bahasa atau Sastra Indonesia – red.). Balai Bahasa Yogyakarta sendiri merupakan cabang dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Balai Bahasa Yogyakarta terletak di Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta. Ada sekitar duapuluh provinsi di Indonesia yang sudah memiliki balai bahasa sendiri.
Perkembangan UKBI atau TIFL di Indonesia dan mancanegaraMenurut Alawiah (2013), saat ini Indonesia hanya memiliki sebuah tes bahasa terstandardisasi yang mampu mengukur kemahiran berbahasa Indonesia dengan baik, yaitu Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Namun, menurut Janniah (2011) mengungkapkan bahwa UKBI ini belum teruji dapat mengukur tingkat kemahiran berbahasa Indonesia bagi penutur asing, karena soal-soal dalam UKBI lebih ditujukan untuk penutur asli bahasa Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah tes bahasa yang serupa UKBI, namun lebih dispesifikkan untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia penutur asing.
Menurut makalah dalam Semiloka Pengujian Bahasa yang ditulis oleh Udiati Widiastuti dari Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), pengembangan UKBI ini telah dirintis oleh C. Ruddyanto dan Sugiyono pada tahun 1996 dengan "Rancangan Induk Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia"-nya, meskipun Tim UKBI sendiri baru dibentuk pada tahun 2000. Dalam perkembangan selama 13 tahun, UKBI mengalami banyak sekali penyesuaian, mulai dari dua jenis soal (uji baca dan uji simak) hingga menjadi lima jenis soal (mendengarkan, merespons kaidah, membaca, menulis, dan berbicara), dari tes dengan kertas dan pensil (luring/luar jaringan) hingga tes dengan jaringan internet (daring/dalam jaringan).
Rumusan hasil Semiloka Nasional itu antara lain menyangkut pengembangan dan pemanfaatan UKBI. Pengembangan UKBI dalam rumusan hasil tersebut menunjuk Pusat Bahasa, pemegang hak cipta instrumen UKBI (ditetapkan pada tahun 2004), sebagai instansi pengelola pengembangan UKBI. Dalam pemanfaatan UKBI, disarankan agar UKBI dimasukkan dalam salah satu syarat uji kelayakan bagi tenaga kerja profesi (disesuaikan dengan karakteristik profesinya, misalnya skor standar UKBI untuk dosen, jurnalis, atau guru tidak sama). Rumusan hasil yang terakhir menyangkut pengusulan "paspor bahasa" di kawasan ASEAN kepada KTT ASEAN tahun 2011, pendirian pusat studi bahasa Indonesia dan tempat uji kemahiran berbahasa Indonesia di luar negeri, serta penyebarluasan hasil pembakuan kebahasaan seperti kamus dan tesaurus.
Dengan tujuan pentingnya kajian kesantunan berbahasa bagi pengajar, maka selayaknyalah diadakan tes UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) sebagai prasyarat menjadi seorang tenaga pendidik. Bagi lembaga pendidikan jika akan merekrut guru bahasa Indonesia maka harus mempertanyakan skor kemahiran berbahasa indonesianya atau sertifikat UKBI wajib dimiliki. Bukan hanya wajib bagi guru bahasa Indonesia tetapi juga guru-guru mata pelajaran lainnya, tentunya standar skor yang diwajinkan berbeda. Demikian pula bagi instansi pemerintah yang akan merekrut tenaga PNS maka UKBI harus menjadi salah satu syaratnya. Tidak menutup kemungkinan bagi instansi swasta juga mewajibkan karyawannya mengikuti UKBI. Tes UKBI juga mengandung dimensi sosial dan politik karena tes itu dapat berfungsi sebagai alat seleksi dalam pendidikan dan pekerjaan di Indonesia. Ketika fungsi-fungsi tes UKBI berjalan, investigasi dampak kehadiran tes itu dari aspek sosial dan politik juga sangat diharapkan.
Permasalahan yang timbul dalam perkembangan UKBI atau TIFLTOEFL (Test of English as a Foreign Language) sudah sangat akrab dengan kehidupan kita di masa sekarang ini. Bahkan singkatan itu sepertinya sudah menjadi jargon tersendiri untuk menyebut 'uji kemampuan berbahasa'. Sangat banyak bidang pekerjaan yang mengharuskan para pekerjanya memiliki skor kemampuan berbahasa Inggris sekian atau di atas sekian. Tetapi pernahkah Anda mendengar tentang 'TOEFL-nya' Bahasa Indonesia? Karena masih sangat banyak orang Indonesia yang belum pernah mengikuti atau bahkan belum mengetahui tentang UKBI atau TIFL.
Keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan UKBI yang memang masih rendah itu tentu berkaitan dengan banyak hal. Di samping mungkin merasa tidak perlu, mengingat bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa resmi yang dituturkan sehari-hari, masyarakat juga mungkin merasa tidak diwajibkan.
Selain ihwal tujuan pengujian, ragam bahasa yang digunakan di dalam UKBI sering ditanyakan oleh pengguna sarana pengujian itu. Sehubungan dengan tujuan UKBI, telah disebutkan di atas bahwa penggunaan dan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, kedua, dan asing terkait erat dengan aspek geografis. Jika aspek geografis dijadikan pertimbangan utama dalam pengembangan UKBI, akan muncul masalah yang terkait dengan ragam kedaerahan (regional) yang harus dipilih. Dalam kaitan itu, perlu dicatat bahwa secara umum bahasa Indonesia digunakan di Indonesia sebagai bahasa kedua. Menurut hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik pada tahun 1990 (informasi terakhir yang diperoleh oleh Pusat Bahasa), orang Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama hanya berjumlah 23.802.520 atau 15,07% dari 158.262.640 jiwa (jumlah total penduduk Indonesia), sedangkan yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa kedua berjumlah 107.066.316 atau 67,80% (Alwi, 1996, 2001).
Di antara pengguna bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua itu, terdapat delapan kelompok besar yang dibedakan atas dasar bahasa pertamanya. Delapan kelompok itu adalah penutur asli bahasa Jawa (38,08%), Sunda (15,26%), Madura (4,29%), Batak (1,97%), Minang (2,23%), Bali (1,64%), Bugis (2,04%), dan Banjar (1,74%). Setiap kelompok itu sebenarnya dapat diperinci lebih lanjut berdasarkan daerah pengguna bahasa daerah masing-masing. Misalnya, bahasa Jawa dapat dibedakan antara daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah bahwa bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam kedaerahan yang disebabkan oleh latar belakang bahasa pertama pengguna bahasa Indonesia. Pemilihan salah satu ragam kedaerahan dalam pengembangan UKBI agaknya kurang tepat, sedangkan menurut analisis hasil UKBI di atas, penutur asli bahasa Indonesia belum dapat menjadi model yang ideal dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Selain memiliki berbagai ragam kedaerahan, bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam sosial. Dalam hubungan dengan ragam sosial itu, perlu dicatat bahwa UKBI berorientasi pada ragam sosial yang dimiliki oleh kelompok pengguna bahasa Indonesia yang mengaku dirinya terpelajar. Ragam terpelajar ini diperoleh melalui pendidikan di sekolah dan selanjutnya disebut ragam bahasa tinggi (lihat Lapoliwa, 1998 dalam Maryanto). Lapoliwa menyatakan bahwa ragam bahasa sekolah dianggap sebagai tolak pemakaian bahasa Indonesia yang benar sehingga disebut juga ragam baku atau standar, yaitu ragam bahasa yang berfungsi sosial sebagai kerangka acuan dalam berbahasa Indonesia. Dengan demikian, pemilihan ragam ini dalam pengembangan UKBI sangat tepat karena apa yang diujikan dalam sarana pengujian itu dapat menjadi ukuran penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan sekaligus dapat menjadi kerangka acuan dalam pengajaran bahasa itu sebagai bahasa asing.
Solusi untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan UKBI atau TIFL di Indonesia atau mancanegaraDi banyak tempat, UKBI telah dimanfaatkan banyak lembaga/instansi sebagai alat seleksi. Universitas Tanjungpura (Kalbar), misalnya, mensyaratkan mahasiswa S-1 yang mau menulis skripsi harus lulus UKBI, minimal madya. Sementara itu, UPI dan Unpad (Bandung) mensyaratkan lulusan UKBI (minimal unggul) untuk mahasiswa pascasarjananya. Atas dasar itu, BBPR pun berharap UKBI dapat lebih memasyarakat dan dijadikan alat uji kemampuan berbahasa Indonesia bagi setiap individu dan instansi pemerintah/swasta yang ada di Riau.
Lebih dari itu, sesungguhnya, sangat jelas bahwa tes kemahiran berbahasa semacam UKBI ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan khusus. Misalnya, dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru, seleksi penerimaan pegawai profesi tertentu, bahkan seleksi penerimaan pegawai negeri sipil (PNS). Mahasiswa tentu tidak lepas dari tugas-tugas berupa makalah, juga menyusun skripsi, tesis, atau disertasi pada akhir masa studinya nanti. Semua itu akan mereka tulis dalam bahasa Indonesia.
Sementara itu, pegawai profesi tertentu, seperti wartawan, editor, penerjemah, dan karyawan asing dalam kesehariannya tentu dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dalam bahasa Indonesia. Khusus untuk wartawan, editor, dan penerjemah, keahlian mereka menulis dalam bahasa Indonesia mutlak sangat penting. Bagi karyawan asing yang bekerja di Indonesia, bahkan tak hanya menulis, berbicara pun mereka perlu menggunakan bahasa Indonesia.
Lalu, bagaimana dengan PNS? Pegawai yang satu ini merupakan pegawai pemerintah. Cinta bahasa Indonesia sudah tentu harus mereka tanamkan dan wujudkan dalam keseharian, terutama dalam forum-forum resmi yang mereka ikuti.
Oleh sebab itu, tak ada salahnya jika UKBI juga mereka ikuti pada saat seleksi penerimaan pegawai. Apalagi, pegawai pemerintah yang merupakan seorang guru atau dosen, yang sehari-hari pasti menyampaikan materi, baik lisan maupun tulis, dalam bahasa Indonesia, kepada para siswa atau mahasiswanya.
BAB IIIPENUTUP
KesimpulanSeiring kemajuan yang dicapai oleh bangsa Indonesia di era global saat ini, peran Indonesia dalam pergaulan antarbangsa juga telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipandang penting di dunia. Perkembangan bahasa Indonesia tersebut memunculkan masalah yang berkaitan dengan pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Masalah yang sangat mudah diidentifikasi adalah yang bertalian dengan bahan ajar yang digunakan oleh setiap institusi pengajaran BIPA dan bahan evaluasi yang dapat digunakan untuk memberi keputusan tentang kemampuan penutur asing dalam berbahasa Indonesia.
UKBI dikembangkan untuk menjadi tes standar yang dirancang guna mengevaluasi kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia, baik tulis maupun lisan. Dengan UKBI seseorang dapat mengetahui mutu kemahirannya dalam berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan di mana dan berapa lama ia telah belajar bahasa Indonesia. Namun, keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan UKBI yang memang masih rendah itu tentu berkaitan dengan banyak hal. Di samping mungkin merasa tidak perlu, mengingat bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa resmi yang dituturkan sehari-hari, masyarakat juga mungkin merasa tidak diwajibkan.
Masalah yang timbul dalam mengembangkan UKBI adalah TOEFL, banyak masyarakat menganggap bahasa Inggris adalah bahasa internasional sehingga dibutuhkan di banyak perusahaan dan TOEFL dijadikan standar bagi kesuksesan seseorang dalam karirnya. Padahal sesungguhnya sangat jelas bahwa tes kemahiran berbahasa semacam UKBI ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan khusus. Misalnya, dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru, seleksi penerimaan pegawai profesi tertentu, bahkan seleksi penerimaan pegawai negeri sipil (PNS). Mahasiswa tentu tidak lepas dari tugas-tugas berupa makalah, juga menyusun skripsi, tesis, atau disertasi pada akhir masa studinya nanti. Semua itu akan mereka tulis dalam bahasa Indonesia.
SaranSaran yang dapat kami sampaikan berdasarkan permasalahan tersebut adalah UKBI sebagai tes standar yang dirancang guna mengevaluasi kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia harus lebih diperkenalkan ke masyarakat umum agar masalah yang berkaitan dengan keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan UKBI yang masih rendah dapat diminimalisasi. UKBI juga harus diperbaiki kualitasnya, karena sebagai tes terstandardisasi yang dapat mencakup seluruh aspek berbahasa, tentu harus memiliki uji standar yang layak, dalam hal ini peneliti BIPA harus mengembangkan UKBI agar dapat menyaingi TOEFL. Dalam hal lain UKBI juga dijadikan sebagai sarana mutlak bagi orang asing dalam mengukur kemampuan bahasa Indonesianya karena itu UKBI harus memperhatikan tolak ukur alat uji yang digunakan agar hasil dari test UKBI memiliki tingkat akurasi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKAAgridayanti, Danti. 2012. "Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional". Dalam http://dantiagridayanti.blogspot.com/2012/11/bahasa-indonesia-menuju-bahasa.html. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Anonymous. 2013. "Badan Bahasa Mengadakan Acara Serah Terima Jabatan". Dalam http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/badan-bahasa-mengadakan-acara-serah-terima-jabatan. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Arpina. 2013. "UKBI: TOEFL-nya Bahasa Indonesia". Dalam http://www.riaupos.co/UKBI-TOEFL-nya-Bahasa-Indonesia.html.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2013. "Sekilas UKBI". Dalam http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/ukbi/v2/index.php/sekilas-ukbi#ja-content. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
----------. 2013. "Pengujian". Dalam http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/ukbi/v2/index.php/pengujian1#ja-content. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
----------. 2013. "Materi Uji". Dalam http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/ukbi/v2/index.php/materi-uji#. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
----------. 2013. "Sertifikat". Dalam http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/ukbi/v2/index.php/sertifikat#ja-content. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
----------. "Perkembangan Bahasa Indonesia di Dunia Penyiaran". http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/imagecache/800w/Berita%20Arif%20Suditomo-KBIX.png. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Herawati, Eva. 2012. "UKBI bagi Para Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia". Dalam http://evaherawati-eva.blogspot.com/UKBI-bagi-Para-Guru-Mata-Pelajaran-Bahasa-Indonesia. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Jumadiana. 2012. "Guru Bahasa Indonesia Wajib Bersertifikat UKBI". Dalam http://jumadiana.wordpress.com/2012/11/21/guru-bahasa-indonesia-wajib-bersertifikat-ukbi/#content. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Latief, M. 2013. "BIPA, Tingkatkan Fungsi Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional". Dalam http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/23/1253102/BIPA.Tingkatkan.Fungsi.Bahasa.Indonesia.Menjadi.Bahasa.Internasional#. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Maryanto. "Tes UKBI Sebagai Arena Riset Linguistik". Jakarta:Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional
----------. "Tes UKBI dan Pengajaran BIPA". Jakarta:Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional
Masitha, Fia. 2013. "Yakin Pinter Bahasa Indonesia?". Dalam http://fiamasitha.blogspot.com/2013/07/Yakin-Pinter-Bahasa-Indonesia?.html. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Prabandari, Anna Elfira. 2009. "Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia". Dalam http://lidahibu.com/2009/12/27/uji-kemahiran-berbahasa-indonesia_Lidahibu.com.htm. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
----------. 2010. "Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia #2". Dalam http://lidahibu.com/2009/12/27/uji-kemahiran-berbahasa-indonesia%232_Lidahibu.com.htm. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Raeni. 2012. "Bahasa dan Peranannya di Bidang Politik". Dalam http://www.kompasiana.com/posts/type/raport/BahasadanPeranannyadiBidangPolitik.htm. (diakses tanggal 6 Desember 2013)
Ramadhan, Fauzan. 2011. "Jangan kerdilkan Bahasa Indonesia". Dalam http://fauzanalkahfi.blogspot.com/2011/10/jangan-kerdilkan-bahasa-indonesia-di.html. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Tim Laman Balai Bahasa. 2010. "Sosialisasi dan Tes UKBI bagi Guru/Calon Guru SD di Kabupaten Kebumen Bekerja Sama dengan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2010". Dalam http://www.balaibahasajateng.web.id/index.php/read/home/detail/165/Sosialisasi-dan-Tes-UKBI-bagi-Guru-/-Calon-Guru-SD-di-Kabupaten-Kebumen-Bekerja-Sama-dengan-FKIP-Universitas-Sebelas-Maret-Surakarta-Tahun-2010. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Tobari. 2013. "Sosialisasi Kemahiran Berbahasa Indonesia Di Merauke". Dalam http://infopublik.org/read/61604/Sosialisasi-Kemahiran-Berbahasa-Indonesia-Di-Merauke.html. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Widyartono, Didin. 2011. "Bahasa dan Peranannya". Dalam http://didin.lecture.ub.ac.id/sosiolinguistik/bahasa-dan-peranannya. (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Winahyu, Sri Kusuma. 2013. "Tahu Tes UKBI? Ikuti dan Dapatkan Manfaatnya!". Dalam http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/28/1355419/Tahu.Tes.UKBI.Ikuti.dan.Dapatkan.Manfaatnya . (diakses tanggal 5 Desember 2013)
Yulia, Rahmi. 2012. "Implementasi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bahasa Sebagai Upaya Menghadapi Tantangan Era Globalisasi". Dalam http://rahmiyuliaduta.blogspot.com/2012/02/implementasi-undang-undang-nomor-24.html. (diakses tanggal 5 Desember 2013)

LAMPIRAN


Download TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA full fix.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA full fix. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: