Desember 01, 2016

Makalah study hadits part ll

Judul: Makalah study hadits part ll
Penulis: Abdul Mukholiq Ai


KATA PENGANTAR
Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah study hadist.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang hadist al-riwayah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Pekan Baru, 27 November 2014
Penyusun
BAB l
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Ulumul Hadits merupakan salah satu disiplin ilmu agama yang sangat penting, terutama sekali untuk mempelajari dan menguasai hafits secara baik dan tepat. Dilihat dari fungsinya, Ulumul Hadits mempunyai peran penting terhadap hadits, seperti halnya kedudukan Ulumul Qur'an terhadap Al-Qur'an. Dengan demikian, antara hadits dan Ulumul Hadits terdapat kaitan yang erat. Ulumul hadits ialah ilmu-ilmu yang berhubungan dengan hadits sehingga sangat perlu bagi umat islam untuk mempelajarinya. hal itu dikarenakan hadits merupakan sumber hukum islam kedua setelah al qur'an. Jika seorang muslim tidak banyak mengetahui tentang hadits, maka sangatlah mudah untuk memecah belah umat islam itu sendiri. Karena bagi orang-orang yang tidak mengetahui tentang hadits, maka hadits-hadits itu mudah saja diselewengkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu, kami sebagai pemakalah ingin sekali memberi kefahaman tentang ilmu-ilmu yang berkaitan tentang hadits supaya persatuan dan kesatuan umat islam tetap terjaga. Dengan adanya makalah ini semoga umat islam pada umumnya dan khususnya para pembaca dapat lebih memahami tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hadits.
Rumusan Masalah
Agar pembahasan tepat dan benar sesuai yang di inginkan oleh penulis maka penulis membatasi masalah yaitu sebagai berikut:
Apakah pengertian al-hadits riwayah?
Bagaimana cara menerima dan menyampaikan hadis?
penulisan serta pembukuan hadits serta periwayatan hadits

BAB ll
PEMBAHASAN
HADITS AL-RIWAYAH
Pengertian Al-Hadits Riwayah
Menurut bahasa riwayah dari akar rawa, yarwi, riwayatan yang berarti an-naql = memindahkan dan penukilan, adz-dzikr = penyebutan, dan al-fath = pemintalan. Seolah-olah dapat dikatakan periwayatan adalah memindahkan berita atau menyebutkan berita dari orang-orang tertentu kepada orang lain dengan dipertimbangkan/dipintal kebenarannya.
Ilmu Hadits Riwayah, ialah: "Ilmu pengetahuan yang mempelajari hadits-hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabi'at maupun tingkah lakunya"
Menurut Ibn Al-Akfani, sebagaimana yang dikutip oleh Al-sayuthi, bahwa yang dimaksud dengan ilmu hadits Riwayah adalah "Ilmu hadits yang khusus berhubungan dengan riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW dan perbuatannya, dan penguraian lafaz-lafaznya"
Sedangkan ilmu hadits riwayah menurut pendapat Dr. Subhi Asshalih adalah :"ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan berhati-hati bagi segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan dan sifat serta segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabiin"
Sedangkan pengertiannya menurut Muhammad 'Ajjaj al-Khathib yaitu: "Ilmu yang membahas tentang pemindahan, (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan dan pengakuan), sifat jasmaniah, atau tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti dan terperinci"
'Ulama para umumnya mendefinisikan Ilmu Hadist Riwayah sebagai berikut;
عِلْمُ اْلحَدِيْثِ رِوَايَةً هُوَ عِلْمٌ يُعْرَفُ بِهِ اَقْوَالُ النَّبِيِّي صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاَفْعَا لُهُ وَتَقْرِيْرَا وَصِفَا تُهُ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Artinya; "Ilmu Hadist Riwayah adalah ilmu yang menmgetahui ucapan-ucapan nabi saw,amal-amal perbuatannya dan penetapan-penetapannya (taqrir) serta sifat-sifatnya".
Dari beberapa defenisi diatas dipahamkan bahwa Ilmu Hadis Riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara periwayatn, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadis Nabi SAW. Objek pembahasan kajian Ilmu Hadis Riwayah adalah Hadis nabi dari segi periwayatan dan pemelharaannya. Hal tersebut mencakup :
Cara periwayatan Hadis, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara penyampainnya dari seorang perawi kepada perawi lain.
Cara pemeliharaan Hadis, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan dan pembukuannya.
Para peneliti bidang hadits menyimpulkan bahwa dasar pokok ilmu riwayah tercantum dalam al-quran , allah berfirman :

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, jika datang seorang yang fasik kepadamu membawa berita, maka tangguhkanlah (hingga kamu mengetahui kebenarannya) agar tidak menyebabkan kaum berada dalam kebodohan (kehancuran) sehingga kamu menyesal terhadap apa yang kamu lakukan" QS. Al-Hujurat : 09 ayat 6
Sedangkan tujuan dan urgensi dari ilmu hadis riwayah ini adalah pemeliharaan terhadap hadis Nabi SAW agar tidak lenyap dan sis-sia, serta terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam proses periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya. Dengan demikian, Hadis-hadis Nabi SAW dapat terpelihara kemurniannya dan dapat di amalkan hukum-hukum dan tuntutan yang tekandung di dalamya. Yang hal ini sejalan dengan perintah Allah, untuk menjadikan Nabi Muhammad sebagai suri tauladan dalam kehidupan ini (QS Al-Ahzab [33]:21).
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu, suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pertemuan dengan) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut (nama) Allah." – (QS.33:21)
Ulama' yang terkenal dan dipandang sebagai pelopor ilmu hadits riwayah adalah Abu Bakar Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (51-124 H), seorang imam dan ulama besar di Hedzjaz (Hijaz) dan Syam (Suriah). Dalam sejarah perkembangan hadits, Az-Zuhri tercatat sebagai ulama' pertama yang menghimpun hadits Nabi SAW atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz atau Khalifah Umar II (memerintah 99 H / 717 M – 102 H / 720 M).
Cara Menerima dan Menyampaikan Hadits
Ilmu hadis Riwayah in sudah ada semenjak Nabi SAW masih hidup, yaitu bersamaan dengandimulainya periwayatan Hadis itu sendiri. Para sahabat Nabi menaruh perhatian yang tinggi terhadap hadis Nabi. Mereka berupaya untuk memperoleh Hadis-hadis Nabi dengan cara mendatangi majelis Rasul, serta mendengar dan menyimak pesan atau nasha yang disampaikan Beliau. Sedemikian besar perhatian mereka, sehingga kadang-kadang mereka berjnji satu sama lain untuk secara bergantian terus menghadiri majelis Nabi. Tersebut, manakala ada di antara mereka yang berhalangan, hal tersebut sama seperti yang dilakukan Umar Ra, yang menceritakan "aku beserta seseorang tetanggaku dari kaum Ansar, yaitu Bani Umayyah Ibn Zaid, secara bergantian menghadiri majelis Nabi. Apabila giliranku yang hadir, maka aku akan menceritakan kepadanya apa yang aku dapatkan dari Rasul pada hari itu, dan sebaliknya, apabila giliran dia yang hadir, maka dia pun akan melakukan hal yang sama "
Para sahabat juga sangat memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan oleh Rasul, baik dalam beribadah maupun dalam Aktvitas  sosial, dan Akhlak Nabi sehari-hari. Semua mereka terima dan dengar dari Nabi mereka pahami secara baik, dan mereka pelihara melalui hafalan mereka. Tenang hal ini, Anas ibn Malik mengatakan :
"manakala kami berada di majelis Nabi, kami mendengarkan Hadis dari beliau, dan apabila kami berkumpul sesama kami, kami saling mengingatkan Hadis-Hadis yang kami miliki sehingga kami menghafalnya"
Apa yang telah dihafal dan dimiliki oleh para sahabat dari Hadis-Hadis Nabi Muhammad,selanjutnya mereka sampaikan dengan hati-hati kepada sahabat lain yang kebetulan belum mengetahuinya. Atau kepada para tabiin. Para tabiin pun melakukan hal yang sama, yaitu memahami, memelihara, dan menyampaikan Hadis-Hadis Nabi SAW kepada Tabi'in lain atau Tabi' al-Tabi'in. Hal ini selain dalam rangka memelihara kelestarian Hadits Nabi SAW, juga dalam rangka menunaikan pesan yang terkandung di dalam Hadits Nabi SAW, yang diantaranya ialah: "(semoga) Allah membaguskan rupa seseorang yang mendengar sesuatu (Hadits) dari kami, lantas ia menyampaikannya sebagaimana yang ia dengar, kadang-kadang orang yang menyampaikan lebih hafal daripada orang yang mendengar" .

Penulisan dan Pembukuan Hadits Serta Periwayatan Hadits
Pada masa Nabi Muhammad saw. para sahabat dilarang menulis hadits. Dengan demikian hadits hanya tersimpan dalam hafalan para sahabat. Meskipun demikian keaslian hadits tersebut sejak penerimaan dari Rosulullah saw. sampai pada masa pembukuannya terjamin dengan baik, karena beberapa faktor:a) Nabi Muhammad saw. menyampaikannya dengan fasih serta menggunakan bahasa yang baik danbenarb) Nabi Muhammad saw. sering menyesuaikan dialeknya dengan dialek lawan bicaranya;c) cara Nabi Muhammad saw. berbicara perlahan-lahan, tegas, dan jelas, serta sering mengulangnya hingga tiga kali;d) para sahabat sangat mengidolakan dan sangat hormat kepada Nabi Muhammad saw. sehingga mereka yakin betul apa yang beliau ucapkan mengandung makna. Karena itulah para sahabat mendengarkan sabdanya dengan tekun;e) orang-orang Arab memiliki kemampuan menghafal yang sangat luar biasa; danf) pada tingkat tabi'in, periwayatan hadits dan keasliannya terjamin oleh anggapan mereka bahwa apa yang diterima itu semuanya adalah sesuatu yang berharga.
Demikianah periwayatan hadis dan pemeliharaannya berlangsung hingga usaha penghimpunan hadis secara resm dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Aziz ( memerintah 99 H / 717 M - 102 H/ 720 M). Usaha tersebut di antaranya dipelopori Oleh Abu Bakar Muhammad Ibn Syihab Al-Zuhri (51 H/ 671 M - 124 H / 742 M). Al-Zuhri, dengan usahanya tersebut dipandang sebagai Pelopor Ilmu Hadis Riwayah. Dan dalam sejarah perkembangan Hadis, dia di catat sebagai Ulama pertama yang menghimpun hadis Nabi SAW atas perintah Khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz.
Usaha penhimunan, penyeleksian, penulisan dan pembukuan Hadis secara besar-besaran terjadi pada abad Ke- tiga (3) H. yang dilakukan oleh para Ulama seperti Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud Imam Al-Tarmidzi dan lain-lain. Dengan telah dibukukan Hadis-hadis Nabi oleh para Ulama di atas dan buku-buku mereka pad masa selanjutnya telah menjadi rujukan bagi para Ulama yang datang pada masa sesudahnya, maka denga sendirinya, Ilmu hadis riwayah tidak banyak berkembang, berbeda halnya dengan Ilmu Hadis Dirayah, pembicaraan dan perkembangannya tetap berjalan sejalan dengan perkembangan dan lahirnya berbagai caang dalam Ilmu Hadis. Dengan demikian, pada masa berikutnya apabila terdapat pembicaraan dan pengkajian tentang Ilmu Hadis, maka yang dimaksud adalah Ilmu Hadis Dirayah yang oleh para ulama sebut dengan "Ilm mushtalah al-hadis atau Ilm Ushul Al-Hadis".
Periwayatan hadits oleh para sahabat, tabi'in (generasi setelah sahabat), dan tabi'it-tabi'in (generasi sesudah tabi'in) dilakukan dengan dua cara, yaitu periwayatan dengan lafal (riwayah bi al-lafzi); dan periwayatan dengan makna (riwayah bi al-ma'na)1) periwayatan dengan lafal (riwayah bi al-lafzi)
adalah periwayatan yang disampaikan sesuai dengan lafal yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. Periwayatan hadits sesuai dengan lafal ini sangat sedikit jumlahnya.Ciri-ciri hadits yang diriwayatkan secara lafal ini, antara lain: 1. dalam bentuk muta'abad (sanadnya memperkuat hadits lain yang sama sanadnya), misalnya hadits tentang adzan dan syahadat 2. hadits-hadits tentang doa; dan3. tentang kalimat yang padat dan memiliki pengertian yang mendalam (jawaami' al-kalimah)
contoh hadits riwayah bi al-lafzi:
1. سمعت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم  (Saya mendengar Rasulullah saw)Artinya: Dari Al-Mughirah ra., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak seperti dusta atas nama orang lain, dan barang siapa dusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka." (HR. Muslim dan lain-lainnya).
2.  حدّثنى رسول الله صلّى الله عليه وسلّم  (Menceritakan kepadaku Rasulullah saw) Artinya: Telah bercerita kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari Humaidi bin Abdur Rahman dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: "Siapa yang beramadhan dengan iman dan mengharap pahala, dihapus doasa-dosanya yang telah lalu."
3. أخبرنى رسول الله صلّى الله عليه وسلّم(Mengkhabarkan kepadaku Rasulullah saw)
4.     رأيت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم    (Saya melihat Rasulullah saw berbuat)
Artinya: Dari Abbas bin Rabi' ra., ia berkata: Aku melihat Umar bin Khaththab ra., mencium Hajar Aswad dan ia berkata: "Sesungguhnya benar-benar aku tahu bahwa engkau itu sebuah batu yang tidak memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw. menciummu, aku (pun) tak akan menciummu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits yang menggunakan lafadz-lafadz di atas memberikan indikasi, bahwa para sahabat langsung bertemu dengan Nabi saw dalam meriwayatkan hadits. Oleh karenanya para ulama menetapkan hadits yang diterima dengan cara itu menjadi hujjah, dengan tidak ada khilaf.
 
2) periwayatan dengan makna (riwayah bi al-ma'na)
adalah hadits yang diriwayatkan sesuai dengan makna yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad saw. Dengan demikian dari segi redaksinya ada perubahan. Sebagian besar hadits Nabi saw. diriwayatkan dengan cara demikian. Sebab beliau memberi isyarat diperbolehkannya meriwayatkan hadits dengan riwayah bi al-ma'naSyarat-syarat yang ditetapkan dalam meriwayatkan hadits secara makna ini cukup ketat, yaitu:1. periwayat haruslah seorang muslim, baligh, adil, dan dhobit (cermat dan kuat);2. periwayat hadits tersebut haruslah benar-benar memahami isi dan kandungan hadits yang dimaksud;3. periwayat hadits haruslah memahami secara luas perbedaan-perbedaan lafal sinonim dalam bahasa Arab;4. meskipun si pelafal lupa lafal atau redaksi hadits yang disampaikan Nabi Muhammad saw., namun harus ingat maknanya secara tepat.
Adapun contoh hadits ma'nawi adalah sebagai berikut:      "Ada seorang wanita datang menghadap Nabi saw, yang bermaksud menyerahkan dirinya (untuk dikawin) kepada beliau. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata: Ya Rasulullah, nikahkanlah wanita tersebut kepadaku, sedangkan laki-laki tersebut tidak memiliki sesuatu untuk dijadikan sebagai maharnya selain dia hafal sebagian ayat-ayat Al-Qur'an. Maka Nabi saw berkata kepada laki-laki tersebut: Aku nikahkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar (mas kawin) berupa mengajarkan ayat Al-Qur'an."Dalam satu riwayat disebutkan: Aku kawinkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur'an. Dalam riwayat lain disebutkan: Aku kawinkan engkau kepada wanita tersebut atas dasar mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur'an. Dan dalam riwayat lain disebutkan: Aku jadikan wanita tersebut milik engkau dengan mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur'an. (Al-Hadits).
BAB lll
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu Hadis Riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara periwayatn, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadis Nabi SAW. Objek pembahasan kajian Ilmu Hadis Riwayah adalah Hadis nabi dari segi periwayatan dan pemelharaannya. Hal tersebut mencakup :
Cara periwayatan Hadis, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara penyampainnya dari seorang perawi kepada perawi lain.
Cara pemeliharaan Hadis, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan dan pembukuannya.
b. Periwayatan hadits terbagi kepada dua bagiaan, yaitu:
1. Dengan ucapan dan tutur bahasa sebagaimana yang didengar dari Nabi saw, dengan tidak mengurangi atau menambahnya. Inilah yang kemudian dikenal dengan periwayatan hadits secara lafdzi.
2. Dengan pengertian atau maksudnya, sedangkan lafadz dan ucapan (susunan bahasa) disusun sendiri. Hal inilah yang kemudian disebut dengan periwayatan hadits secara ma'nawi.
Daftar Pustaka
Ash-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Pustaka Firdaus. Jakarta: 2000
Ash-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Pustaka Firdaus. Jakarta: 2002
Suparta, Munzir. Ilmu Hadis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta 2002
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. Mutiara Sumber Widya. Jakarta: 2001
file:///D:/DATAPENTUING/%E2%80%9CILMU%20HADITS%20DIRAYAH%20DAN%20RIWAYAH%E2%80%9D%20_%20nnailussaadah.htmhttp://contohdakwahislam.blogspot.com/2013/06/ilmu-hadits-riwayah-dan-dirayah.html
http://nnailussaadah.wordpress.com/2014/07/10/ilmu-hadits-dirayah-dan-riwayah/


Download Makalah study hadits part ll.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca Makalah study hadits part ll. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: