Desember 08, 2016

Makalah filsafat ilmu

Judul: Makalah filsafat ilmu
Penulis: Isafitri Musholli


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berfilsafat kerap dianggap kegiatan yang hanya dilakukan oleh para arif bijaksana. Olah pikir hampir selalu dihubungkan dengan para cendikiawan, kaum terpelajar dan mereka yang mempunyai waktu luang. Orang awam atau kebanyakan masyarakat seolah-olah tidak berfilsafat, mereka dianggap kurang berfikir.Hal tersebut bisa dimaklumi, terutama jika diungkit asal-usul dan sejarah filsafat. Pada zaman Yunani Kuno, kegiatan berfilsafat memang hanya dilakukan oleh kaum elite tertentu. Para ahli pikir (filsuf) saat itu menggunakan seluruh daya dan kemampuannyauntuk menerangkan berbagai fenomena. Mereka heran akan gejala alam. Mereka bertanya-tanya mengenai asal-usul segala sesuatu. Mereka juga menggugat hakekat yang dipercayai oleh umum. Mereka juga merenungkan segala peristiwa lalu mencari tali-temali dan menyimpulkannya.Untuk berfilsafat mereka dapat berpikir bebas dalam alam filsafat itu, bukanlah berpikir sesuka hati mereka, membabi buta dan tanpa aturan melainkan bebas terikat. Seorang agamawan yang berfikir dengan sedalam-dalamnya tanpa sesuatu maksud selain mencari yang haq dan kebenaran yang selalu mengindahkan disiplin dan hukum-hukum berpikir, akan sampailah kepada kebenaran itu dan tindakan menyesatkan.
Berangkat dari latar belakang diatas, maka saya akan mencoba untuk membahas topik yang saya tulis dalam sebuah makalah yang berjudul "PERBEDAAN ILMU, FILSAFAT,DAN AGAMA".
Rumusan Masalah
Bagaimana definisi ilmu?
Bagaimana pengertian filsafat?
Bagaimana definisi dari agama?
Bagaimana perbedaan ilmu, filsafat dan agama?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Ilmu
Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris; Science. Kata science ini berasal dari kata Latin Scientia yang berarti pengetahuan. Kata scientia berasal dari bentuk kata scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Sedangkan pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Science berbeda dari knowledge (pengetahuan) karena ilmu bukan pengetahuan tetapi scientific knowledge. Menurut John G. Kemeney, ilmu adalah semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan metode ilmiah. Jadi, ilmu adalah pengetahuan sistematis (scientific knowledge).
Sedangkan menurut Imam Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Mufradat Al-Qur'an mengatakan bahwa 'Ilmu' adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia menyatakan bahwa ilmu terbagi atas: 1) mengetahui inti sesuatu (tashawwur), dan 2) menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada, atau menafikan sesuatu yang tidak ada (tashdiq). Ia juga membagi ilmu dari sisi lain, yaitu ilmu teoritis dan ilmu aplikatif. Dari sudut pandang lain, ia juga membagi ilmu menjadi ilmu rasional dan ilmu doktrinal[1].
The Lian Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional mengenai dunia ini dalam berbagai segi dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala-gejala yang ingin dimengerti manusia.Ilmu adalah suatu objek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus, yang melalui percobaan sistematis dan dilakukan berulang kali, telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip yang diajarkan dan dipelajari[2].
Selain itu, menurut J. Arthur Thompson dalam bukunya" An Introduction to Science" menuliskan bahwa ilmu adalah diskripsi total dan konsisten dari fakta-fakta empiris yang dirumuskan secara bertanggung jawab dalam istilah-istilah yang sesederhana mungkin.
Dari berbagai pendapat-pendapat para ahli mengenai definisi ilmu dapat di ambil kesimpulan, bahwa ilmu adalah merupakan pengetahuan yang bercirikan antara lain; sistematik, rasional, empiris, dan bersifat kumulatif (bersusun). Ilmu sebagai produk akal manusia mempunyai ciri lain, yaitu sifatnya yang relatif, sehingga tidak ada kata final dalam produk ilmu. Kebenaran ilmu tidak bersifat mutlak sehingga terbuka kesempatan setiap saat untuk memperbaiki dirinya.Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Dari bahasa Arab falsafah yang berarti hikmah dan mengandung arti berbagai ilmu pengetahuan yang rasional.Dari bahasa Inggris philosophy yang berarti penyelidikan rasional dari pertanyaan tentang eksistensi, pengetahuan dan etika. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat adalah ilmu tertua serta induk segala ilmu[2]. Filsafat bersikap radikal, yang berarti mengesampingkan masukan-masukan dan memfokuskan diri terhadap pandangan individu.
Menurut sejarah, Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali memakai kata philosophia. Beliau mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi tiga tipe : mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal keagamaan. Shopia mengandung arti yang lebih luas daripada kebijaksanaan, yaitu : 1). Kerajinan, 2). Kebenaran pertama, 3). Pengetahuan yang luas, 4). Kebajikan intelektual, 5). Pertimbangan yang sehat, 6). Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis,. Dengan demikian asal mula kata filsafat itu sangat umum, yang intinya adalah mencari keutamaan mental (the pursuit of mental exelence)[3].
Muhammad Noor Syam menjelaskan bahwa filsafat adalah sesuatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif). Kebenaran filsafat adalah kebenaran yang relatif. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia[1].
Imam Barnadib menjelaskan, filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Harun Nasution berpendapat, filsafat ialah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama), dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Jujun S. Suriasumantri berpandangan bahwa berpikir secara filsafat merupakan cara berpikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar untuk sesuatu permasalahan yang mendalam.
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Hal ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa[1].
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity 'keingintahuan'. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengetian bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Kebenaran yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya kepada kemampuan daya nalar manusia.
Pengertian Agama
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan[1]. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Menurut Carl Jung (1955) Tuhan adalah sesuatu kekuatan yang berpengaruh besar yang alami dan pengaruhnya tidak dapat di bendung: Very personal nature and an irresistible influence, I call it God. Thomas Van Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu ialah berfikir, manusia berTuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.Fredrick Schleimacher berpendapat bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sense of depend). Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah, kelemahan ini menyebabkan manusia selalu tergantung hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya, berdasarkan rasa ketergantungan ini timbullah konsep tentang Tuhan.Jika ditinjau dari segi asalnya, maka semua agama di bumi ini dibagi 2, yaitu :
Agama Samawi (Tauhid)
Yaitu agama yang turun dari Allah SWT yang menjadikan alam semesta dan diwahyukan kepada Rasul-Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat mereka masing-masing. Yang termasuk dalam agama samawi antara lain adalah Agama Yahudi, Agama Nasrani, dan Agama Islam.
Agama Thabi'y (A'rdhi)
Yaitu agama yang timbul dari angan-angan khayal manusia belaka, bukan berasal dari wahyu Ilahi. Di antara agama ardhi adalah Agama Majusi, Agama Shabi'ah.Mayoritas para pemikir barat meyakini bahwa agama adalah hasil dari pemikiran manusia. Para pemikir barat tidak sepakat dalam memberikan definisi agama, masing-masing menyifatkan agama dari pandang yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan kefahaman mereka terhadap agama dangkal dan tidak adil menurut Islam. Dalam Encyclopedia of Philosophy, para filsuf memberikan definisi masing-masing, ada yang mengatakan agama itu tidak lebih daripada konsep morality (akhlaq), ada juga yang mengatakan agama itu sesuatu yang menyentuh hal-hal ruhaniyah (spiritual) dan ada pula yang mendefinisikan agama dengan ritual atau upacara penyembahan.
Menurut pandangan Islam, yang sangat berbeda dengan persepsi barat, agama adalah cara hidup, cara berpikir, berideologi dan bertindak. Agama berperan dalam membentuk pribadi insan kamil, disamping itu juga membentuk masyarakat ideal. Agama menitikberatkan dalam pembentukan moral dan spiritual sebuah masyarakat. Inilah dinamika agama menurut Islam.
Perbedaan Ilmu, Filsafat, dan Agama
Perbedaan Filsafat dan Ilmu
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling memiliki keterkaitan, baik substansial maupun historis. Karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran manusia dari pandangan mitosentris (berlandaskan mitos) ke logosentris (berlandaskan ilmu pengetahuan ilmiah).Perubahan mitosentris ke logosentris, membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejala-gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum yang terjadi. Dari penelitian makrokosmos (alam jagad raya) bermunculan ilmu astronomi, fisika, kimia dan sebagainya. Sedangkan dari mikrokosmos (jiwa/manusia) muncul ilmu biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya. Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaanya.Pada dasarnya ilmu dan filsafat mempunyai dua objek, yaitu ; objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyeledikan, seperti tubuh manusia adalah objek material dalam ilmu kedokteran. Adapaun objek formal adalah metode untuk memahami objek material tersebut. Sedangkan objek material dalam filsafat adalah segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Adanya yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filsuf membagi objek material filsafat ada tiga, yaitu: a). yang ada dalam alam empiris, b). yang ada dalam pikiran, serta c). yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formalnya adalah pandangan yang bersifat menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang ada.Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan objek ilmu, karena ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan non empiris. Secara historis, ilmu berasal dari kajian filsafat, karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara empiris, sistematis, rasional dan logis termasuk hal yang empiris.Oleh karena itu, filsafat oleh para filsuf disebut sebagai induk ilmu (science mother). Sebab, dari filsafatlah ilmu-ilmu modern dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya. Bahkan dalam perkembangannya, filsafat tidak hanya dipandang sebagai induk ilmu dan sumber ilmu, melainkan sudah menjadi bagian dari ilmu itu sendiri yang juga mengalami spesialisasi.Perbedaan Filsafat dan Agama
Ada dua perkataan yang sering dipahami secara keliru, yaitu filsafat dan agama. Keduanya meliputi bidang yang sama, yaitu pada bidang yang terpenting, yang menjadi persoalan hidup dan mati dan bukan persoalan yang remeh.
Perbedaan filsafat dan agama terletak bukan pada bidangnya, melainkan dalam cara kita menyelidiki bidang itu sendiri. Filsafat berarti berpikir sedangkan agama berarti mengabdikan diri, orang yang belajar filsafat tidak saja mengetahui soal filsafat saja, melainkan lebih dari itu mereka dapat berpikir. Begitu juga dengan orang yang belajar agama, tidak hanya mengetahui pengetahuan agama, tetapi memerlukan cara bagaimana dapat membiasakan diri dengan hidup beragama.
Seorang ahli agama, yang bernama William Temple, berkata "Filsafat itu telah menuntut pengetahuan untuk memahami, sedangkan agama adalah menuntut pengetahuan untuk beribadat". Ia juga mengatakan "Pokok dari agama bukan pengetahuan tentang Tuhan, melainkan hubungan antara seorang manusia (makhluk) dengan Tuhannya.
Pendapat lain juga diutarakan oleh C.S. Lewis, dia menyatakan adanya perbedaan antara dua hal, yaitu enjoyment dan contemplation. Untuk memahami dua kata tersebut ada salah satu contoh sebagai berikut: "Seorang laki-laki mencintai seorang wanita, rasa cinta tersebut dinamakan enjoyment. Sedangkan memikirkan rasa cintanya dinamakan contemplation". Agama dapat dibandingkan dengan enjoyment tersebut, secara kongkrit dapat disamakan dengan rasa cinta seseorang, sedangkan filsafat itu adalah contemplation, yakni memikirkan yang dicintai tentang rasa cintanya tersebut.Suatu perbedaan yang lain adalah, bahwa agama banyak berhubungan dengan hati, sementara filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang. Serta perbedaan yang lebih jauh antara filsafat dengan agama ialah, bahwa filsafat walaupun tenang dalam pekerjaannya, tetapi dapat mengeruhkan pikiran pemeluknya. Sedangkan dalam agama, walaupun memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri akan tetapi mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
Oleh karena itu, berfikir atau berfilsafat adalah hal penting dalam mempelajari agama, karena manusia telah banyak berpengalaman dan telah banyak melakukan kekeliruan dalam berpikir. Maka, telah dapat pula mengadakan macam-macam cara atau metode untuk menghindari diri dari kekeliruan-kekeliruan tersebut.
Perbedaan Ilmu dengan Agama
Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cenderung eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari hal yang baru, tidak terlalu terikat dengan etika, progresif, bersifat inklusif dan objektif. Kendati ilmu dan agama berbeda, keduanya memiliki persamaan, yakni sama-sama bertujuan memberi ketenangan dan kemudahan bagi manusia.Agama memberi ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, hampir semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu sebanyak mungkin.Agama dan ilmu juga memiliki kesamaan lain, yakni sama-sama mendesain masa depan manusia. Desain agama lebih jauh dan abstrak, sedangkan desain ilmu dan teknologi lebih pendek dan kongkrit. Desain agama untuk memberikan ketenangan hidup setelah hidup, dan ilmu mendesain untuk hidup pada masa depan di dunia.
Perbedaan Ilmu Filsafat Agama
Gambaran umum Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan, pengalaman, dan eksperimen sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal dan integral, serta universal, tidak merasa terikat oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci.
Obyek material (lapangan) Ilmu pengetahuan ilmiah bersifat khusus dan empiris juga bersifat eksperimental. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak. Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita). Kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Agama dipraktekkan oleh orang yang beriman.
Obyek formal (sudut pandang) Ilmu  pengetahuan bersifat fragmentaris (terkotak-kotak), spesifik, dan intensif.
Filsafat itu bersifat non fragmentaris (tidak terkotak-kotak) karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Agama memberikan kejelasan tentang fenomena yang terjadi untuk menebalkan keimanan.
Cara mendapatkan sesuatu Ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis (berguna bagi umum). Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, kegunaan filsafat timbul dari nilainya. Agama dilakukan dengan melihat sumber-sumber hukum agama yang terkait yang sudah dipastikan kebenarannya karena bersumber dari Tuhan.
Isi yang dimuat Ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari. Agama memperjelas tentang semua yang terjadi di alam ini bahwa semua adalah kehendak Tuhan yang sudah digariskan.
Hal yang ditunjukkan Ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause). Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause). Agama memberikan kejelasan tentang semua yang terjadi.
Sumber Ilmu bersumber pada kekuatan akal. Filsafat bersumber pada kekuatan akal. Agama bersumber pada wahyu.
Sebab terjadinya Ilmu didahului oleh keingintahuan. Filsafat didahului oleh keraguan. Agama diawali oleh keyakinan dan keimanan.
Hal yang diungkap Ilmu pengetahuan mengungkapkan kebenaran hidup. Filsafat mengungkapkan makna dan kebenaran hidup. Agama mengungkapkan segala sesuatu tentang kehidupan, kematian, dan kehidupan setelah mati.
Metode pencapaian kebenaran Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas batas jangkauannya), ataupun tentang Tuhan. Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia ataupun tentang Tuhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu adalah merupakan pengetahuan yang bercirikan antara lain: sistematik, rasional, empiris, dan bersifat kumulatif (bersusun). Ilmu sebagai produk akal manusia mempunyai ciri lain, yaitu sifatnya yang relatif, sehingga tidak ada kata final dalam produk ilmu. Kebenaran ilmu tidak bersifat mutlak sehingga terbuka kesempatan setiap saat untuk memperbaiki dirinya.Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Kebenaran yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya kepada kemampuan daya nalar manusia.Agama adalah cara hidup, cara berpikir, berideologi dan bertindak. Ada juga yang menyatakan agama adalah produk pemikiran manusia belaka untuk memuaskan kebutuhan akan keberadaan kekuatan Yang Maha Besar dari dirinya.
Perbedaan ilmu, filsafat, dan agama dapat dilihat dari metode pencapaian kebenaran, hal yang diungkap, sebab terjadinya, sumber, hal yang ditunjukkan, isi yang dimuat, cara mendapatkan sesuatu, obyek formal (sudut pandang), obyek material (lapangan), dan gambaran umum.
Saran
Berdasarkan hal di atas penulis mengajak pembaca untuk bisa lebih mendalami lagi ketiga bidang kajian ini, filsafat, ilmu, dan agama. Sehingga, mampu menjawab setiap permasalahan dengan bijak dan benar.CATATAN
[1] Eka L. Koncara, S.Pd.I, Ilmu, Filsafat, dan Agama, (2009)
[2] Sondang P. Siagian
[3] Prof. DR. N. Driyarkara S.Y.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun P3B. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. DEPDIKBUD: Balai Pustaka.
Artikel: Filsafat. http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat. diakses tanggal 19 Oktober 2013
Artikel: Agama. http://id.wikipedia.org/wiki/Agama. diakses tanggal 19 Oktober 2013
Artikel. Agama dan Filsafat. http://parapemikir.com/agama-dan-filsafat.html diakses tanggal 19 Oktober 2013
Bachtiar, M.A, Prof. Dr. Amtsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Surajiyo, Drs. 2008. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Gueem's Blog. 2010. Hubungan antara Ilmu, Filsafat dan Agama. http://gueem.wordpress.com/hubungan-antara-ilmu-filsafat-dan-agama/. diakses tanggal 19 Oktober 2013
Munasir, S.Pd. 2009. Persamaan dan Perbedaan Filsafat, Ilmu dan Agama. http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-agama-filsafat-dan-ilmu.html. diakses tanggal 19 Oktober 2013
Widya Ulfa, Syarifah. 2010. Persamaan dan Perbedaan Filsafat. http://biologimaterial.blogspot.com/2010/09/persamaan-dan-perbedaan-filsafat.html. diakses tanggal 19 Oktober 2013


Download Makalah filsafat ilmu.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca Makalah filsafat ilmu. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: