Desember 06, 2016

Makalah Antropologi Budaya

Judul: Makalah Antropologi Budaya
Penulis: Vega Nidia


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi nikmat dan kasih sayang – Nya kepada kami karena hanya dengan izin – Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Antropologi Budaya ini dengan baik.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Antropologi Budaya, Ibu Hazar Kusmayanti S.H., M.H. yang telah memberikan pengarahan, bantuan serta dukungannya kepada kami selama membuat tugas karya tulis ilmiah ini.
Seperti kata pepatah " Tak ada gading yang tak retak " kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini masih banyak kekurangan baik secara sistematika penulisan, bahasa, dan penyusunannya. Oleh karena itu, kami memohon saran serta pendapat yang dapat membuat kami menjadi lebih baik dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah – mudahan karya tulis yang kami buat menjadi bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi pembacanya.
Bandung, 19 April 2012
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………1
Daftar Isi………………………………………………………………………………………….2
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………………...3
Latar Belakang…………………………………………………………….…………..3
Rumusan Masalah……………………………………………………….…………….4
Bab II Tinjauan Teoretis……………………………………………………………………….….5
II.1. Evolusionisme………………………………………………………….…………….5
II.2. Difusionisme Kultural……………………………………………………….……….8
Bab III Pembahasan…………………………………………………………………………...…12
III.1. Definisi Kebudayaan……………………………………………………………….12
III.2. Definisi Perubahan Kebudayaan……………...……………………………………12
III.3. Faktor Penyebab Perubahan Kebudayaan………………………………………….13
III.4. Klasifikasi Perubahan Kebudayaan…………………..……………………………21
Bab IV Kesimpulan………………………………………………………………………………24
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………25
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kebudayaan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sebenarnya tanpa disadari, apa yang kita lihat dan kita lakukan sehari-hari, tidak lepas dari yang namanya kebudayaan. Setiap kota, setiap negara pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Dan kebudayaan itu sendiri mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku. Semuanya itu timbul karena adanya interaksi kita dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat komunikatif. Kebudayaan mencakup sebuah pengetahuan, yaitu apapun yang kita pelajari atau informasi-informasi yang kita dapatkan dapat diperoleh dari sebuah kubudayaa. Adalagi sebuah kepercayaan, serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat.
Perubahan kebudayaan pada masyarakat biasanya ada yang di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri, atau pun berasal dari masyarakat pendatang. Biasanya penyebab perubahan yang di lakukan oleh masyarakat itu sendiri terjadi akibat adanya kelahiran, juga hal-hal baru serta media yang mereka lihat biasanya akan menimbulkan pengaruh positif juga negatif bagi masyarakat itu sendiri. Begitu juga sebaliknya dengan penyebab perubahan budaya yang di akbatkan dengan adanya ke datangan masyarakat dari luar yang biasanya terjadi karena adanya bencana alam, transmigrasi maupun  lainnya. Mereka biasanya hanya mampu meninggalkan tempat di mana mereka tinggal dulu, tetapi sulit bagi mereka meninggalkan budaya yang sudah ada dan menggantikannya dengan yang baru. Contohnya, perubahan yang di lakukan masyarakat atau penduduk yang datang dari desa kekotaatau sebaliknya…  Masyarakat dari desa biasanya hanya meniru atau mengikuti budaya yang di lakukan masyarakat darikotatanpa memikirkan sisi positif dan negatifnya, mereka hanya berfikir bahwa budayakotaitu lebih maju dan harus mereka jadikan contoh, akibatnya mereka terkadang terjebak akan hal-hal negatif baru yang mereka tidak ketahui sebelumnya. Begitu pula sebaliknya, penduduk kota yang merasa lebih moderen dan pintar akan tekhnologi biasanya cenderung pamer dengan budaya yang mereka biasa lakukan tanpa berfikir dampak positif atau negatif bagi penduduk desa, akibatnya tidak sedikit dari masyarakat desa justru menirukan hal-hal buruk saja, tapi banyak juga hal baik yang mereka contoh. Hal ini lah yang terkadang dapat menimbulkan konflik pada masyarakat luas karna adanya perbedaan pandangan kebudayaan. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman yang semakin maju perbedaan pandangan tentang kebudayaan ini mulai surut. Hal ini di sebabkan karena mereka ingin budaya yang mereka miliki dapat di satukan nantinya.
RUMUSAN MASALAH
Mengetahui tentang perubahan kebudayaan dan unsure – unsure kebudayaan yang terkadung di dalamnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dalam rangka studi mengenai perkembangan masyarakat dan kebudayaan dalam kepustakaan antropologi, kita jumpai dua aliran besar yaitu :
Evolusionisme
Difusionisme
II.1. Evolusionisme
Evolusionisme klasik
Evolusionisme klasik mempunyai empat anggapan dasar :
Anggapan bahwa umat manusia adalah bagian dari alam, dan bekerja sesuai dengan hukum alam.
Anggapan bahwa hukum alam menguasai perkembangan, dan tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
Anggapan bahwa alam bergerak secara progresif dari yang sederhana menuju ke arah yang lebih kompleks, dari yang tidak terorganisai menuju ke arah yang lebih terorganisasikan secara lengkap.
Anggapan bahwa manusia diseluruh dunia mempunyai potensi yang sama akan tetapi berbeda secara fundamental dalam perkembangan kuantitatif mengenai inteligensi dan pengalamannya.
Aliran Evolusi Kebudayaan ingin menggunakan prinsip ilmiah seperti yang terdapat dalam ilmu pengetahuan alam, dalam menyusun teorinya tentang perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Dalam menyusun skema revolusi, aliran ini menggunakan konsep tentang "survival". Adapun arti disini ialah unsur kebudayaan yang dilihat dan struktur dan sistem nilai kebudayaan yang ada pada satu waktu tidak mempunyai fungsi lagi. Contoh yang jelas mengenai perkembangan evolusi yang bertingkat-bertingkat dapat kita sebut karya Morgan dalam bukunya yang amat terkenal yakni : Ancient Society.
Lewis Henry Morgan (1818-1881)
Menurut Morgan masyarakat semua bangsa di dunia ini sudah atau masih akan menyelesaikan proses evolusinya melalui tingkat sebagai diuraikan dibawah ini
Zaman Liar Tua, yang berlangsung dari masa muda ras manusia sampai pada waktu diketemukannya api. Kehidupannya adalah dari mencari akar-akaran dan tumbuh-tumbuhan liar.
Zaman Liar Madya, dimulai dari masa setelah manusia mengetahui penggunaan api dan hidup dari menangkap ikan sampai pada masa manusia menemukan anak panah dan busurnya. Contohnya adalah suku bangsa asli di Australia dan sebagian besar dari suku Poynesia ketika diketemukan oleh bangsa barat.
Zaman Liar Muda dimulai sejak manusia menemukan panah dan busurnya dan berakhir pada zaman ketika diketemukannya seni untuk membuat periuk. Suku bangsa yang hidup dan masih tinggal pada tingkatan ini ialah : suku Athapascan dari daerah Hudson Bay suku bangsa yang hidup di lembah Columbia dan beberapa suku bangsa yang hidup di Amerika Utara dan Selatan.
Zaman Barbar Tua dimulai sejak manusia menemukan seni untuk membuat periuk, dan berakhir pada zaman manusia mulai berternak atau mulai bercocok tanam. Ke dalam tingkat ini dapat disebut suku bangsa Indian di Amerika Serikat di sebelah sungai Missouri
Zaman Barbar Madya dimulai dengan pengenalan akan beternak dan bercocok tanam dan irigasi sampai kepada zaman dimana telah diperoleh kepandaian mencairkan bijih besi. Suku bangsa dalam tingkat ini adalah Village Indians dari New Mexico, Mexico dan Amerika Tengah serta Peru.
Zaman Barbar Muda dimulai sejak manusia mengenal pembuatan besi dan berakhir pada waktu manusia mengenal tulisan. Sejak itu mulai berkembang peradaban. Suku bangsa yang ada dalam tingkat ini dalah suku Yunani pada zaman Homerus dan suku bangsa Italia pada zaman sebelum didirikan Romawi dan suku bangsa Germania pada zaman Caesar.
Zaman Peradaban dimulai sejakorang mengenal tulisan hingga zamsn sekarang. Zaman peradaban ini terbagi dua yaitu zaman peradaban kuno dan zaman peradaban modern.
Edward Burnett Tylor (1832-1917)
Konsep mengenai survival itu kemudian merupakan alat yang amat penting bagi penganut paham Evolusionisme Klasik untuk menyusun skema perkembangan kebudaayaan. Diantara berbagai lembaga yang diselidiki perkembangan evolusinya Tylor mengadakan studi mengenai evolusi religi yang terdapat dalam kitabnya Primitive Culture (1871),anak judulnya berbunyi Researches into the development of Mythology, Phylosophy, Religion, Language, Art and Custom". Mengenai evolusi religi itu Tylor mendahului analisanya dengan mengatakat, bahwa tidak ada satu bangsa didunia ini yang tidak mengenareligi. Minimum definisi religi adalah animisme yaitu kepercayaan akan adanya spiritual being.
Kritik terhadap Evolusionisme klasik itu ditujukan kepada tiga hal yaitu:
Orang mulai lebih banyak memberikan perhatian kepada masalah difusi sebagai faktor yang paling utama bagi penyelidikan mengenai dinamika kebudayaan.
Metode komparatif yang dipergunakan oleh teori Evolusi Kebudayaan diterapkan pada studi perbandingan terhadap unsur kebudayaan yang dilihat secara terlepas dari konteknya, yaitu dilihat pada latar belakang kebudayaan sebagai satu kesatuan, sehingga unsur yang dibandingkan menjadi kehilangan arti yang sebenarnya.
Bahwa teori Evolusi dalam menyusun konsepsinya kurang memperhatikan faktor waktu dan faktor tempat yang amat penting artinya bagi studi mengenai masalah perubahan kebudayaan.
Para ahli Antropologi beraliran Evolusi Klasik juga berjasa dalam beberapa hal :
Para ahli itu berhasil membuat konsep tentang Kebudayaan sebagai konsep ilmiah yang tersusun secara sistematis.
Mereka menyadarkan kita mengenai pengertian tentang aspek kebudayaan yang dapat diteliti secara terpisah-pisah.
Mereka telah mengajarkan mengenai prinsip tentang kontinuitas kebuadayaan yang harus melandasi pendekatan yang realistis dalam menganalisa masalah perubahan kebudayaan.
Aliran Evolusi Universal
Teori Gordon Childe mengenai Evolusi Universal adalah :
Pada permulaan perkembangannya, manusia yang tersusun dalam kelompok-kelompok kecil, hidup mengembara, menggunakan alat peralatan yang sangat sederhana dan mendapatkan penghidupan dari mengumpulkan bahan makanan.
Keadaan semacam ini terdapat pada umat manusia, dan evolusi yang kemudian terjadi pada prinsipnya juga dialami oleh umat manusia secara keseluruhan.
Revolusi kebudayaan yang pertama disebut revolusi Neolitik, dimana masyarakat hidup dari mengumpulkan bahan makanan menjadi hidup memproduksikan bahan makanan.
Revolusi Kebudayaan yang kedua adalah Revolusi kekotaan atau Orban Revolution
Revolusi kebudayaan yang ketiga adalah revolusi pengetahuan manusia, atau revolution of human knowledge, yakni setelah timbulya tulisan
Revolusi yang terakir adalah revolusi industri
Evolusi Multilineair
Steward berpendapat, bahwa proses perkembangan semua kebudayaan didunia itu masing-masing bersifat khas. Meskipun demikian, proses perkembangan berbagai kebudayaan itu memperlihatkan adanya beberapa proses perkembangan yang sejajar. Kesejajaran itu terutama tampak pada beberapa unsur kebudayaan yang universal, atau unsur yang primer, seperti sistem mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan dan sistem religi.
II.2. Difusionisme Kultural
Studi difusi yang akan diutarakan disini adalah difusionisme yang dikembang di :
Jerman – Austria
Dua orang yang akan dikemukakan dalam uraian mengenai Difusionisme Jerman :
Fritz Graebner (1877 – 1934)
Dalam tinjauannya mengenai peminjaman kebudayaan itu Graebner memakai Kriterium Kualitas dan Kriterium Kuantitas, dan mengajukan konsep mengenai Lingkaran Kebudayaan. Yang dimaksud dengan Kriterium Kualitas adalah ciri-ciri yang khas atau kuliatas dari unsur kebudayaan yang terdapat di beberapa daerah yang sama keadaannya. Dalam mengadakan studi perbandingan itu tidak hanya satu unsur saja yang diperhatikan, melainkan dicoba dicari sebanyak-banyaknya unsur yang sama. Kriterium ini mementingkan kuantitasnya. Konsep mengenai Kulturkreise yaitu unsur yang sama yang terdapat di berbagai tempat yang merupakan satu kesatuan. Teori-teori tentang lingkaran kebudayaan dan penyusunan kembali mengenai sejarah kebudayaan umat manusia itu secara teoritis mudah dikemukakan, akan tetapi dalam kenyataannya, amatlah sulit menyusunnya. Kelemahan aliran sejarah ini adalah faktor psikologi kurang mendapat perhatian.
Pater Wilhelm Schmidt (1868-1954)
P. Schmidt beranggapan akan adanya kebudayaan kuno, kebudayaan primair, kebudayaan sekundair, kebudayaan tertiair.
Tanda-tanda kebudayaan kuno menurut P.W. Schmidt :
Kebudayaan kuno didukung oleh kelompok manusia yang tidak mengenal pertanian dan peternakan dan penghidupannya adalah dengan cara mengumpulkan bahan-bahan makan,berburu dan menangkap ikan.
Kebudayaan materialnya amatlah sederhana.
Organisasi sosialnya juga sederhana, kekuasaan dipegang oleh orang-orang tua.Kepala suku dalam arti yang sebenarnya tidak ada.
Sepintas lalu tampaknya suku-suku bangsa ini tidak mengenal agama.
Difusionisme Inggris
W.H.R Rvers (1964-1922)
Perhatian Rivers terhadap etnologi melalui psikologi. Perkembangan antropologi yang bermaksud menyelidiki hubungan antara kebudayaan-kebudayaan dari suku-suku bangsa yang mendiami daaerah-daerah di sekitar Selat Torres ialah Irian Selatan dan Australia Utara.Kebudayaan itu berkembang sama melalui satu garis saja dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama jika kondisinya sama.Degan hubungannya dengan studi difusi itu, Rivers mengemukakan, bahwa jika ada dua kebudayaan bertemu dan bercampur, timbul kebudayaan yang bercorak baru. Etnologi baginya ialah ilmu tentang kebudayaan dalam arti luas yang dapat menambah pengertian akan arti kebudayaan pada umumnya. Menurut Lowie, jasa Rivers terletak dalam uraiannyatentang psikologi yang berhubungan dengan etnologidan juga dalam lapangan penyelidikian sistem kekerabatan.
G. Elliot Smit (1871-1927)
Pandangan E. Smit yaitu :
Manusia tidak mempunyai daya untuk menemukan. Oleh karena itu kebudayaan hanya timbul di daerah-daerah yang mempunyai banyak kemungkinan dapat memberikan pengaruh terciptanya suatu kebudayaan.
Keadaan dan tempat yang mempunyai kemungkinan adalah mesir. Dari sinilah tersebar kebudayaan ke seluruh penjuru dunia, yang meliputi jarak yang amat jauh ke arah timur seperti daerah disekitar Laut Tengah, Afrika, India, Indonesia, Polinesia dan Amerika.
Secara kodrat alam, jika peradaban itu bergerak dari pusat ke daerah tepi, maka makin jauh kebudayaan itu dari pusatnya makin tidak murni lagi. Karena itu kebudayaan manusia itu mengalami dekadensi dalam sejarahnya.
Teori difusi yang dikemukakan oleh E. Smith itu sering juga diberi nama Hiperdifusionisme. Teori itu juga disebut Heliolithic Theory, karena unsur-unsur penting dari kebudayaan Mesir yang tersebar ke daerah-daerah luas tersebut di atas, tampak pada bangunan-bangunan batu besar atau megalith, dan tampak pada satu kompleks unsur keagamaan yang berpusat pada penyembahan matahari.
Difusionisme Amerika Serikat
Metode difusi yang dikemukakan oleh Franz Boas yaitu L
Studi deskriptif itu merupakan pengantar terhadap studi analitis tentang proses
Studi difusi itu harus dikerjakan dengan metode induktif
Studi difusi itu harus dimulai dengan menyelidiki tentang hal yang khusus menjadi menuju kepada masalah yang umum.
Pendekatan terhadap studi mengenai proses dinamis itu harus dilihat dan ditinjau secara spikologis dan diperhatikan pula kedudukan serta sifat individu untuk mendapatkan gambaran tentang realitas kebudayaan.
Boas mengemukakan konsep tentang marginal survival. Konsep mengenai marginal survival itu merupakan benih bagi berkembnagnya konsep mengenai culture area yang dilakukan oleh Clark Wissler (1877-1947). Culture area menggolongkan kedalam satu golongan berpuluh-[uluh kebudayaan yang satu dengan yang lain berbeda, berdasarkan persamaan dari sejumlah ciri-ciri yang menyolok dalam berbagai kebudayaan tersebut. Demikianlah telah kita ikuti garis besar mengenai teori tentang perubahan kebudayaan seperti yang dapat kita baca dalam kepustakaan antropologi. Teori Karl Marx Veblen, Toynbee dan Oswald Spengler misalnya adalah contoh mengenai pandangan yang konsepsional mengenai perubahan kebudayaan dan masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. DEFINISI KEBUDAYAAN
Kata "kebudayaan" berasal dari (bahasa sanskerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata "buddhi" yang berarti budi atau akal. Kemudian, kebudayaan diartikan sebagai hal – hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Menurut E. B. Tylor, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan lain serta kebiasaan – kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah – kaidah dan nilai – nilai social. Cipta disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat.
III.2. DEFINISI PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Kingsley Davis : perubahan kebudayaan adalah perubahan – perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Gillin & Gillin : perubahan kebudayaan adalah suatu variasi dari cara – cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi ataupun penemuan – penemuan baru dalam masyarakat.
Selo Soemardjan : perubahan kebudayaan adalah segala perubahan – perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nilai – nilai, sikap dan pola perilaku di antar kelompok – kelompok dalam masyarakat.
Kesimpulan
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
III.3. FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Faktor yang menyebabkan perubahan kebudayaan itu dapat berasal dari dalam masyarakat sendiri, yang ditimbulkan oleh discovery dan invention. Discovery adalah setiap penambahan pada pengetahuan, atau setiap penemuan baru. Invention adalah penerapan pengetahuan dan penemuan baru itu.
Faktor perubahan juga dapat datang dari luar masyarakat dengan jalan difusi, atau penyebaran kebudayaan atau peminjaman kebudayaan. Dalam studi mengenai masalah perubahan kebudayaan, penyelidikan mengenai difusi kebudayaan lebih banyak dijalankan, karena sebagian besar dari sebab perubahan kebudayaan itu ditimbulkan oleh faktor difusi kebudayaan, aau peminjaman kebudayaan. Disamping konsep mengenai invention dan discovery dan konsep mengenai difusi terdapat konsep lain seperti akulturasi asimilasi dalam studi mengenai masalah perubahan kebudayaan. Dalam sejarah teori antropologi berkembang pula teori yang juga mempelajari perubahan kebudayaan, dengan menggunakan pendekatan sejarah seperti evolusionisme klasik dan difusionisme.
1) Discovery dan Invention
Dalam hal discovery, penemuan itu terjadi secara kebetulan, sedang pada invention penemuan itu merupakan satu hasil usaha yangs adar. Ralph Linton menganggap pembedaan pemberian definisi antara discovery dan invention atas dasar motivasi tidak memuaskan dan mengajukan definisi sendiri, yakni bahwa discovery adalah setiap penambahan pada pengetahuan dan invention adalah penerapan yang baru dari pengetahuan. Gejala discovery harus didahului oleh tiga hal : kesempatan, pengamatan, penilaian dan pengkhayalan, ada pula keinginan dan kebutuhan.
Innovation yang berarti suatu proses perubahan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Proses ini meliputi satu penemuan baru, jalannya unsur itu disebarkan kelain bagian dari masyarakat, dan cara unsur kebudayaan tadi diterima, dipelajari dan akhirnya diapakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Inovasi mengandung pengertian discovery, invention dan difusi.
Invention perlu dikemukan mengenai dua hal yaitu :
a. Basic invention
Basic invention sebagai suatu peristiwa yang meliputi pemakaian prinsip baru atau kombinasi dari prinsip baru.
b. Improving invention
Jika basic invention telah diterima oleh suatu masyarakat, maka timbullah improving invention, yang biasanya mempunyai arti memperbaiki penemuan yang telah ada
Sumber besar bagi invention adalah kebudayaan yang merupakan lingkungan hidup dari penemuan itu. Dari sudut psikologi sosial inovasi membutuhkan beberapa syarat :
Masyarakat harus merasa butuh terhadap pembaharuan, yang disebabkan oleh invention itu.
Perubahan yang disebabkan oleh invention harus dipahami dan dapat dikuasai poleh para anggota masyarakat.
Perubahan itu harus dapat diajarkan. Dalam keadaan biasa tiap-tiap kebudayaan mempunyai teknik untuk meneruskan kebudayaan.
Perubahan itu harus menggambarkan keuntungan pada masa yang akan datang.
Perubahan itu tidak merusak prestise pribadi atau golongan.
Perubahan tidak dapat meluas di kalangan masyarakat, apabila :
Penggunaan penemuan baru itu akan mendapat satu hukuman. Hukuman itu tentunya ada bermacam-macam dan bertingkat-tingkat.
Penemuan baru yang berupa denda material atau yang bersifat nonmaterial itu sulit untuk diintegrasikan di dalam pola kebudayaan di mana penemuan itu timbul.
2) Difusi Kebudayaan
Difusi kebudayaan dapat dikatakan sebagai proses penyebaran unsur kebudayaan dari suatu individu ke individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Proses yang disebut pertama yaitu penyebaran dari individu ke individu lain dalam batas satu masyarakat disebut difusi intramasyarakat atau intradiffusion, dan proses yang kedua ialah penyebaran dari masyarakat ke masyarakat disebut difusi intermasyarakat atau interdiffusion.
Seluruh anggota masyarakat yang sehat pikirannya telah menerima ide, kebiasaan dan respon emosi yang dikondisikan maka unsur perubahan ini disebut universals. Jika unsur perubahan tersebut hanya didukung oleh sebagian saja masyarakat, maka disebut alternatif, apabila pendukung unsur kebudayaan yang baru itu lebih kecil lagi maka unsur ini disebut specialistis dan jika ide tingkah laku dan sikap yang lain itu tidak mempunyai nilai sosial, melainkan menjadi milik atau sifat atau ciri perorangan secara individual, maka unsur kebudayaan semacam itu disebut individual peculirieties.
Difusi mengandung tiga proses yang dibeda-bedakan :
Proses penyajian unsur baru kepada suatu masyarakat.
Penerimaan unsur baru.
Proses integrasi
3) Akulturasi (Aculturation)
Dalam pasal mengenai akulturasi ini akan dibicarakan mengenai :
Definisi akulturasi
Akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada kedua-duanya. Dalam definisi ini, akulturasi adalah satu aspek dari culture change dan asimilasi adalah satu fase dari akulturasi, sedang disusi adalah satu aspek dari akulturasi.
Kroeber mengatakan, bahwa akulturasi meliputi berbagai perubahan dalam kebudayaan yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari kebudayaan lain, yang akhirnya menghasilkan makin banyaknya persamaan pada kebudayaan itu.
Timbulnya perhatian terhadap studi mengenai akulturasi
Studi mengenai akulturasi telah dirintis pada akhir abad ke-19, akan tetapi pad apermulaan abad ke-20 perhatian mengani studi tentang akulturasi itu menurun dan baru timbul kemali antara tahun 1920-1925 dan perhatian itu memuncak pada tahun 19-35-1940.
Studi mengenai akulturasi terutama di Amerika Serikat merupakan reaksi terhadap studi tentang "memory" culture, yaitu kebudayaan yang dianggap asli, yang tidak mengalami perubahan yang sudah mulai hilang dan tidak dapat diselidiki lagi. Di Inggris, studi mengenai masyarakat dan kebudayaan yang primitif dilakukan dengan pendekatan fungsionalisme, sedang studi mengenai culture contact, istilah untuk akulturasi di Inggris, timbul dari kebutuhan praktis, yaitu dalam rangka kebijaksanaan di daerah jajahan. Perhatian terhadap penyelidikan tentang kontak kebudayaan di Inggris itu juga merupakan satu reaksi terhadap teori fungsioonalisme yang dirasakan mengadung baanyak limitasi.
Bentuk kontak kebudayaan
Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat, atau antara bagian-bagian saja dari masyarakat,malahan dapat pula terjadi semata-mata antara individu-individu dari dua kelompok.
Kontak dapat pula diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan.
Kontak dapat pula timbul antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang dikuasai, secara politik atau ekonomi.
Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang sama besarnya dan berbeda besarnya.
Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek yang material dan yang nonmaterial dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang kompleks, dan antara kebudayaan yang kompleks dengan yang kompleks pula.
Akibat akulturasi
Karena akulturasi adalah suatu proses antara akomodasi dan asimilasi dengan sendirinya kesuliatan dalam penyesuaian adalah merupakan masalah pokok bagi orang-orang yang terlibat dalam proses akulturasi. Dilihat dari sudut pengaruh akulturasi pada kebudayaan, jika yang bertemu itu kebudayaan yang sama kuatnya, maka dalam suatu proses seleksi masing-masing akan saling mempengaruhi. Yang mengalami perubahan atau pergantian biasanya adalah unsur yang tidak penting dari masing-masing kebudayaan. Sistem kekerabatan, kebiasaan yang diperoleh dengan proses enkulturasi sejak kecil, seperti sistem kepercayaan dan pandangan hidup, dalam proses akulturasi tidak banyak mengalami perubahan.
4) Asimilasi
Asimilasi adalah suatu proses sosial yang telah lanjut yang ditandai oleh makin kurangnya perbedaan antara individu-individu dan antara kelompok-kelompok, dan makin eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.
Faktor yang memudahkan asimilasi :
Faktor toleransi
Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang ekonomi.
Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain
Faktor perkawinan campuran
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama  dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karyaseni.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu
1.       Mendorong perubahan kebudayaana. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).b. Adanya individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.c. Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
2.        Menghambat perubahan kebudayaana. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubahseperti :adat istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)b. Adanya individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan terutama generasi tua yang kolot.c. Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :                  
A.Faktor intern• Perubahan DemografisPerubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, c/o: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.• Konflik socialKonflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.• Bencana alamBencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.• Perubahan lingkungan alamPerubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
2. Faktor ekstern • PerdaganganIndonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.• Penyebaran agamaMasuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.• PeperanganKedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia
Bentuk-bentuk Proses perubahan kebudayaan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Difusi,yaitu penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain, dari orang ke orang lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Contoh: Pada masyarakat tani tradisional pengolahan lahan pertanian masih menggunakan tenaga hewan dan tenaga manusia. Dengan adanya hubungan dengan masyarakat lain mereka mengenal mesin traktor yang ternyata lebih praktis dan lebih cepat dalammengolah lahan. Pada akhirnya mereka menggunakan traktor dalam mengolah lahan pertanian menggantikan tenaga hewan dan tenaga manusia.
Manusia dapat menghimpun pengetahuan baru dari hasil penemuan-penemuan. Tipe difusi:
a) Difusi intra masyarakat
(1) Pengakuan bahwa penemuan baru bermanfaat bagi masyarakat
(2) Ada tidaknya unsur kebudayaan yang mempengaruhi (untuk diterima/ditolak)
(3) Unsur berlawanan dengan fungsi unsur lama, akan ditolak
(4) Kedudukan penemu unsur baru ikut menentukan penerimaan
(5) Ada tidaknya batasan dari pemerintah
2) Akulturasi (cultural contact), yaitu suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan denganunsur-unsur kebudayaan asing, yang lambat laun unsur kebudayaan asing tersebut melebur atau menyatu ke dalam kebudayaansendiri(asli), tetapitidak menghilangkancirikebudayaan lama. Hal yang terjadi dalam akulturasi adalah: a) Substitusi, unsur kebudayaan yang ada sebelumnya diganti, melibatkan perubahan struktural yang kecil sekali. b) Sinkretisme, unsur-unsur lama bercampur denganyang baru dan membentuk sebuah sistem baru. c) Adisi, unsur-unsur baru ditambahkan pada unsur yang lama. d) Dekulturasi, hilangnya bagian substansial sebuah kebudayaan. e) Orijinasi, tumbuhnya unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan situasi yang berubah. f) Rejection (penolakan), perubahan yang sangat cepat sehingga sejumlah besar orang tidak dapat menerimanya, menyebabkan penolakan, pemberontakan, gerakan kebangkitan.
3) Asimilasi, yaitu proses penyesuaian (seseorang/kelompok orang asing) terhadap kebudayaan setempat. Dengan asimilasi kedua kelompok baik asli maupun pendatang lebur dalam satu kesatuan kebudayaan. Penyebab asimilasi antara lain: toleransi, rasa simpati, kesamaan
4) Penetrasi, yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa, sehingga merusak kebudayaan lama yang di datangi. Apabila kebudayaan baru seimbang dengan kebudayaan setempat, masing-masing kebudayaan hampir tidak mengalami perubahan atau tidak saling mempengaruhi, disebut hubungan sym- biotic.
Invasi, yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kebudayaan setempat dengan peperangan (penaklukan) bangsa asing terhadap bangsa lain. Masuknya Belanda ke Indonesia pada masa perjanjiandahulu membawa serta unsur-unsur budaya yang sebagian diterapkanpada masyarakatdaerahjajahannyasepertibahasa,agama dan sistem hukum yang sebagian masih digunakan dalam sistem hukum/perundang-undnagan di negara Indonesia.
6) Hibridisasi, yaitu perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh perkawinan campuranantara orang asing dengan penduduksetempat. Orang asing yang kawin dengan penduduk pribumi akan membawa pengaruh budaya aslinya dalam kehidupan rumah tangganya yang lambat laun akan mempengaruhi budaya masyarakat yang ada di sekitarnya.
7) Milenarisme, yaitu salah satu bentuk kebangkitan, yang berusaha mengangkat golongan masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan sosial yang rendah. Masyarakat pedalaman yang memiliki sumber daya alam yang melimpah namun selama ini tidak bisa mengolah sumber daya alam itu karena telah dieksploitasi orang asing, sekarang iniberusaha untuk bisa mengolah kekayaan alam mereka sendiri, seperti masyarakat Papua termasuk contoh Milenarisme
8) Adaptasi, yaitu proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh organismepada lingkungannya danperubahan yang ditimbulkan oleh lingkunganpada organisme(penyesuaiandua arah). Masyarakat yang tinggal di daerah pantai dan sepanjang hidup mereka bekerja sebagai nelayan, mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi pegunungan ketika terjadi tsunami yang melanda daerah pantai mereka. Mereka tidak lagi mencari ikan, namun menjadi petani atau berkebun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
9) Imitasi, yaitu proses peniruan kebudayaan lain tanpa mengubah kebudayaan yang ditiru. Imitasi ini sering dijumpai pada sebagian besar anak remaja di negara kita. Jika ada tokoh yang mereka idolakan, segala hal yang melekat dari tokoh tersebut mereka tiru, seperti mode pakaian, gaya rambut, bahkan perilaku.
III.4. KLASIFIKASI PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Perubahan itu bisa berupa kemajuan maupun kemunduran. Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk perubahansosial dapat dibedakan menjadi:
Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress). Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat. Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi yang masih sederhana, menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan merupakan sebuah perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi, pembangunandalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan (progress).Perubahan dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-alat transportasi, dan penemuan alat-alatkomunikasi. Masuknya jaringan listrik membuat kebutuhanmanusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat
Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress). Tidak semua perubahan yang tujuannya ke arah kemajuan selalu berjalan sesuai rencana. Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul dan bisa menimbulkan masalah baru.Jika perubahan itu ternyata tidak menguntungkan bagi masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuahkemunduran.
Misalnya, penggunaan HP sebagai alat komunikasi. HP telah memberikan kemudahan dalam komunikasi manusia, karena meskipun dalam jarak jauh pun masih bisa berkomunikasi langsung dengan telepon atau SMS. Disatu sisi HP telah mempermudah dan mempersingkat jarak, tetapi disisi lain telah mengurangi komunikasi fisik dan sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi telah menimbulkan dampak berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar manusia atau individu.
Jika dilihat dari segi cepat atau lambatnya perubahan, maka perubahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Evolusi dan Revolusi (perubahan lambat dan perubahancepat)
Evolusi adalah perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana,namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks.Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat,ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu, antara lain:
a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpinmasyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakanrevolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkankepada rakyat.
e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan,serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arahgerakan revolusi. Contoh perubahan secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim Soeharto), peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo).
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar 
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
3. Perubahan yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan dimasyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change,yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebihlembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan. Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihantatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Unsur – unsure kebudayaan meliputi :
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
Mata pencaharian hidup dan system – system ekonomi
Sistem kemasyarakatan
Bahasa
Kesenian
Sistem pengetahuan
Religi
DAFTAR PUSTAKA
Harsojo. Pengantar Antropologi. Bina Cipta, 1984
Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1990
http://abdulgani84.wordpress.com/2011/04/29/penyebab-perubahan-kebudayaan/http://scrib.com/etriwahjuni/d/39507750-Bentuk-Perubahan-Sosial-Budaya/


Download Makalah Antropologi Budaya.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca Makalah Antropologi Budaya. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: