November 28, 2016

Artikel untuk jurnal IPO Indrawan

Judul: Artikel untuk jurnal IPO Indrawan
Penulis: Oktap Indrawan


PENGARUH DIKLAT LESSON STUDY
TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA
DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 2 SERIRIT
I P.T. O. Indrawan1, I. B. P. Arnyana2, N. M. Pujani3
123Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail: oktap.indrawan@pasca.undiksha.ac.id, arnyana@pasca.undiksha.ac.id, made.pujani@pasca.undiksha.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan kualitas pelaksanaan diklat lesson study pada guru IPA di SMK Negeri 2 Seririt; (2) Menganalisis perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah diklat lesson study SMK Negeri 2 Seririt; dan (3) Menganalisis perbedaan prestasi belajar IPA siswa sebelum dan sesudah diklat lesson study SMK Negeri 2 Seririt. Jenis penelitian ini adalah pre-experimental dengan desain penelitian one group pretest-postest design. Pengambilan sampel guru IPA menggunakan teknik sampling sensus dan teknik pengambilan kelas untuk penelitian digunakan teknik random sampling. Data kualitas diklat lesson study dianalisis secara deskriptif kualitatif; sedangkan kompetensi profesional guru dan prestasi belajar siswa dianalisis dengan analisis tatistik deskriptif dan inferensia dimana uji hipotesis penelitian data kompetensi profesional guru menggunakan wilcoxon signed-rank test (Uji peringkat bertanda) dan data prestasi belajar siswa menggunakan paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kualitas pelaksanaan diklat lesson study tergolong kualifikasi sangat baik (X= 91,781); (2) terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah diklat lesson study (Z=-2,527; p<0,05); dan (3) terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPA siswa sebelum dan sesudah diklat lesson study (t=123,8493; p<0,05).
Kata kunci: diklat lesson study, kompetensi profesional, dan prestasi belajar
Abstract
The aims of this study were: (1) to describe the quality of the workshop of lesson study on science teachers at SMKN 2 Seririt; (2) to analyze the differences of science teacher's profesional competence before and after the workshop of lesson study at SMKN 2 Seririt; (3) to analyze the differences of the student's learning achievement in science subject before and after workshop of lesson study at SMKN 2 Seririt. This study was a pre-experimental study using one group pretest-postest design. The population of this study were focused on science teachers and eleventh grade students of SMKN 2 Seririt in the academic year 2013/2014. The samples of the science teachers were determined by cencus sampling and the class for this study was determined by random sampling technique. The data were analyzed by descriptive statistics and hipotesis test: wilcoxon signed-rank test for the data of teacher's profesional competence and paired sample t-test for the data of student's achievement in science subject. The result showed that: (1) the workshop of lesson study on science teachers at SMKN 2 Seririt fell into very good qualification (X= 91,781); (2) there were significant differences of science teacher's profesional competence before and after the workshop of lesson study (Z=-2,527; p<0,05); and (3) there were significant differences of the student's learning achievement in science subject before and after workshop of lesson study (t=123,8493; p<0,05).
Key words: workshop of lesson study, professional competence, and learning achievement
PENDAHULUAN
Rendahnya mutu pendidikan yang tercermin pada rendahnya mutu SDM disebabkan oleh kurangnya perhatian guru terhadap kualitas proses pembelajaran. Secara umum masih banyak guru yang bertahan dengan menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) karena masih berlakunya anggapan bahwa pengetahuan dapat ditransfer secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Sadia dalam Darmayanti (2013) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran yang dominan digunakan guru pada saat ini adalah metode ceramah (70%), metode demonstrasi (10%), metode diskusi (10%), dan metode eksperimen (10%). Metode ceramah paling banyak digunakan oleh guru yang menyebabkan cenderung pembelajaran di kelas berlangsung dalam bentuk komunikasi satu arah dan berpusat pada guru (teacher centered).
Hal tersebut didukung oleh data Hasil Uji Kompetensi Guru Online dimana statistik nilai kompetensi professional dapat dilihat untuk wilayah Provinsi Bali Kabupaten Buleleng khusus SMK sebagai berikut: (1) Guru Mata Pelajaran IPA di daerah provinsi Bali untuk SMK Buleleng memperoleh nilai minimal 41,07; maksimal 50,00; dan rerata 46,07. Nilai tersebut tercatat paling rendah reratanya dibandingkan Denpasar (48,66), Badung (58,93), dan Bangli (55,36); (2) Guru Mata Pelajaran Fisika memperoleh nilai minimal 37,50; Maksimal 37,50; dan rerata 37,50 di Bali peringkat kedua reratanya setelah Jembrana (43,45); (3) Guru Mata Pelajaran Kimia memperoleh nilai minimal 57,14, maksimal 67,86; rerata 62,50; reratanya sama dengan Bangli (62,50) dan masih di bawah Badung (73,21). Untuk nilai professional guru mata pelajaran biologi untuk kabupaten Buleleng belum ada, di Bali hanya beberapa kabupaten yang sudah dinilai misalnya nilai rerata: Gianyar (63,39); Badung (73,21); Jembrana (76,79); Bangli (57,14). Menurut Renes (2009) beberapa faktor yang merupakan kendala ketidaklulusan uji kompetensi guru antara lain disebabkan oleh: (1) Minimnya bukti fisik pada pendidikan dan pelatihan; (2) Pengalaman mengajar yang digunakan sesuai dengan SKnya sebagai PNS atau guru Bantu; (3) Semua telah membuat perencanaan pembelajaran tetapi belum maksimal karena masih kesulitan untuk mendapatkan materi yang baru dan relevan; (4) Penilaian dari atasan dan pengawas sebagian besar merasakan baik, ada juga yang merasakan cukup; (5) Sebagian besar belum pernah membuat karya pengembangan profesi; (6) Sebagian besar pernah mengikuti forum ilmiah tetapi hanya sebagai peserta; dan (7) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yang dimiliki juga sangat minim.
Dari data-data tersebut maka dapat dinyatakan bahwa kompetensi guru di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten masih rendah sehingga perlu peningkatan pembinaan dan pengembangan kompetensi guru sesuai dengan UU RI No. 14 Th. 2005 tentang guru dan dosen khususnya kompetensi profesional.
Kompetensi profesional adalah adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan hal ini dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 27 ayat 2 butir c. Kompetensi professional guru mengacu pada Pedoman Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 meliputi aspek: (1) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif; dan (3) konsistensi penguasaan materi guru antara content dengan performance. Usaha peningkatan kompetensi profesional sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah misalnya dengan penataran, pendidikan, dan atau diklat.
Namun, berbagai usaha tersebut masih kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu guru disebabkan oleh dua hal pokok yaitu: 1) penataran dan pelatihan yang dilakukan tidak pada permasalahan yang nyata di kelas; dan 2) Hasil penataran dan pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan secara berkelanjutan di dalam kelas, dimana setelah kembali mengajar di kelas guru kembali mengajar dengan pola atau strategi sebelumnya (Susilo, 2011).
Dalam upaya mengatasi kelemahan model penataran, pendidikan dan/atau pelatihan konvensional yang kurang memberi tekanan pada pasca pelatihan, maka perlu dirancang dan dikembangkan suatu model diklat lesson study sebagai salah satu pendekatan yang dipandang efektif untuk meningkatkan profesionalisme guru IPA.
Diklat Lesson Study adalah pendidikan dan latihan, dimana lesson study dimasukkan sebagai konten dan konteks dalam pelaksanaannya (Susilo, 2013). Lesson study sendiri merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Hendayana, dkk: 2006). Lesson study bukan merupakan suatu metode atau strategi pebelajaran tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan berbagai metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.
Kelebihan diklat lesson study menurut Lewis (2002) diklat lesson study guru dapat: 1) Memformulasikan tujuan pembelajaran dan pengembangan jangka panjang; 2) Secara kolaboratif merancang suatu research lesson; 3) Melaksanakan pembelajaran dengan menugaskan seorang guru untuk mengajar dan anggota tim yang lain melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang kejadian belajar di kelas; 4) Mendiskusikan kejadian-kejadian belajar yang telah diobservasi selama proses pembelajaran, menggunakan informasi itu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran; dan 5) Mengimplementasikan program pembelajaran yang telah direvisi pada kelas lain, dan jika perlu mengkaji dan memperbaiki kembali program pembelajaran tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa lesson study dipilih sebagai basis dalam pengembangan model diklat guru IPA untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru adalah: 1) Adanya kecenderungan para guru tenggelam dalam rutinitas cara mengajar yang monoton dan sulit untuk berubah dari sebelumnya, guru tidak melakukan inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran, walaupun tuntutan saat ini telah berbeda. 2) Berbagai cara meningkatkan mutu pembelajaran guru di SMP/MTs dan SMA/MA/SMK telah dilakukan, seperti menugaskan guru untuk mengikuti berbagai pelatihan perorangan, sayangnya hasil pelatihan ini terkesan belum memberikan dampak bagi sekolah. 3) Pembelajaran secara kolaboratif seperti diklat lesson study merupakan cara yang tepat untuk mengantisipasi pelaksanaan KTSP dan tuntutan kompetensi guru, apalagi pada beberapa mata pelajaran saat ini dilakukan secara terpadu, yang artinya seorang guru harus professional pada mata pelajaran yang menjadi bidangnya.
Berdasarkan latar hal tersebut ada tiga masalah penelitian yang kan dikaji antara lain: (1) Bagaimana kualitas pelaksanaan diklat lesson study pada guru IPA di SMK Negeri 2 Seririt? (2) Apakah terdapat perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah diklat lesson study?; dan (3) Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar IPA siswa sebelum dan sesudah diklat lesson study?
Sejalan dengan rumusan masalah yang diajukan, maka hipotesis yang akan diuji adalah: (2) terdapat perbedaan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah diklat lesson study; dan (3) terdapat perbedaan prestasi belajar IPA siswa sebelum dan sesudah diklat lesson study.
METODE
Jenis penelitian ini adalah pre-experimental dengan desain penelitian one group pretset-postest design (Cohen dkk, 2007 dan Sugiyono, 2013). Rancangan ini dapat digambarkan seperti Gambar 01.

Gambar 01. Desain Penelitian
One Group Pretset-Postest Design
Rancangan one group pretset-postest design dipilih untuk tujuan mengetahui efektivitas atau pengaruh perlakuan terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini satu kelompok subjek diberikan perlakuan diklat lesson study. Hal yang dinilai pada subjek ini adalah kompetensi profesional untuk guru dan prestasi belajar untuk siswa. Penilaian kompetensi profesional guru dan prestasi belajar siswa dilakukan sebelum pelaksanaan diklat lesson study dilambangkan dengan O1 (Pre-test), dan penilaian setelah diklat lesson study dilambangkan dengan O2 (Post-test). Perbedaan hasil pengukuran yang timbul dianggap sebagai akibat dari diklat lesson study yang diterapkan.
Populasi penelitian ini adalah semua guru IPA SMKN 2 Seririt. Karena subyek penelitian ini tidak terlalu banyak serta mengacu pada pandangan diatas maka penelitian ini menggunakan sampling sensus yaitu seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian yaitu guru IPA di SMKN 2 Seririt yang berjumlah 9 orang. Untuk siswa teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling adalah teknik penentuan sampel dengan dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2013). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada tahun pelajaran 2013/2014 SMKN 2 Seririt berjumlah 172 orang, dan sampelnya adalah siswa kelas X Akuntansi 2 dan X MM 1 berjumlah 53 orang.
Dalam penelitian ini, data yang diambil ada tiga yaitu: (1) kualitas pelaksanaan lesson study, (2) kompetensi profesional guru, dan (3) prestasi belajar siswa. Data kualitas pelaksanaan diklat lesson study adalah skor yang diperoleh dari hasil observasi dengan mempergunakan alat ukur berupa format monitoring yang meliputi aspek: plan (perencanaan), do (pelaksanaan), dan see (refleksi) yang kemudian kualifikasinya mengacu pada PAP. Pelaksanaan diklat lesson study bertujuan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru. Tes kompetensi professional guru mengacu pada Pedoman Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 (Kemendikbud, 2012). Data kompetensi profesional guru adalah skor yang diperoleh dari tes kompetensi profesional. Tes Kompetensi profesional dikembangkan dengan bentuk soal obyektif tes jenis pilihan ganda dengan 4 opsi. Dimana, aspek kompetensi profesional meliputi: (1) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif; dan (3) konsistensi penguasaan materi guru antara content dengan performance. Sedangkan, Data prestasi belajar adalah skor prestasi belajar yang diperoleh dari tes prestasi belajar. Penilaian prestasi belajar siswa ditinjau dari ranah kognitif (pemahaman) siswa digunakan tes dalam bentuk pilihan ganda (objektif) yang terdiri dari lima option (a, b, c, d, dan e) yang mengacu pada Taksonomi Bloom dimana SK dan KD diambil dari silabus SMKN 2 Seririt. Kemampuan kognitif menurut Taksonomi Bloom meliputi: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Wardani, 2004).
Data kualitas diklat lesson study dianalisis secara deskriptif kualitatif; sedangkan kompetensi profesional guru dan prestasi belajar siswa dianalisis dengan analisis tatistik deskriptif dan inferensia dimana uji hipotesis penelitian data kompetensi profesional guru menggunakan wilcoxon signed-rank test (Uji peringkat bertanda) dan data prestasi belajar siswa menggunakan paired sample t-test (Sugiyono, 2012, Bluman, 2012, dan Agusyana, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Secara umum hasil penelitian dideskripsikan pada bagia ini, yaitu skor kualitas diklat lesson study, skor kompetensi profesional guru, dan skor prestasi belajar siswa sebelum dan setelah mengikuti diklat lesson studi. Hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 01; 02;
danN03.
Tabel 01. Hasil Pelaksanaan Diklat Lesson Studi
Aspek PLAN DO SEE Rata-rata
Butir Pernyataan 91,600 89,479 94,263 91,781
Kualifikasi Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 01. dapat dideskripsikan skor rata-rata kualitas pelaksanaan lesson study sebesar 91,781 masuk ke dalam kualifikasi lesson study tergolong sangat baik. Deskripsi kompetensi professional guru dapat dilihat pada Tabel 02.

Tabel 02. Deskripsi Skor Kompetensi Profesional Guru
Statistik Hasil Pre Test Kompetensi Profesional Guru Hasil Post Test Kompetensi Profesional Guru Gain Skor
Rata-rata 56,780 89,407 0,753
Median 58,475 88,136 0,743
Modus 59,322 84,750 0,610
Standar Deviasi 6,959 5,417 0,127
Varian 48,426 29,341 0,016
Rentangan 22,034 13,559 0,311
Minimum 45,763 83,051 0,609
Maksimum 67,797 96,610 0,920
Berdasarkan Tabel 02. dapat dideskripsikan rata-rata skor gain ternormalisasi kompetensi profesional guru adalah 0,753 sehingga kualifikasi efektivitas diklat lesson study terhadap kompetensi profesional adalah tinggi. Tabel 03. Berikut adalah deskripsi skor prestasi belajar.
Tabel 03. Deskripsi Skor Prestasi Belajar Siswa
Statistik Hasil Pre-tes Prestasi Belajar Siswa Hasil Pos-Tes Prestasi Belajar Siswa Skor Gain
Rata-rata 21,148 80,593 0,767
Median 20,000 82,000 0,775
Modus 20,000 80,000 0,838
Standar Deviasi 10,121 10,715 0,106
Varian 102,430 114,812 0,011
Rentangan 46,000 42,000 0,413
Minimum 2,000 54,000 0,531
Maksimum 48,000 96,000 0,944
Berdasarkan Tabel 03. dapat dideskripsikan rata-rata skor gain ternormalisasi prestasi belajar siswa adalah 0,767. Artinya, efektivitas pelaksanaan diklat lesson study terhadap prestasi belajar siswa di SMKN 2 Seririt masuk kualifikasi tinggi. Berdasarkan data tersebut kualitas pelaksanaan pelaksanaan lesson study di SMKN 2 Seririt masuk dalam kualifikasi sangat baik. Kualitas Pelaksanaan yang sangat baik tersebut memberikan efektivitas terhadap kompetensi profesional guru dan prestasi belajar siswa dengan kualifikasi tinggi. Hal ini menunjukkan secara deskriptif diklat lesson study efektif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dan prestasi belajar siswa.
Pengujian Hipotesis
Analisis statistik inferensia non parametrik tidak memerlukan uji prasyarat, sedangkan analisis statistik inferensia parametrik memerlukan uji prasyarat karena harus memenuhi beberapa asumsi-asumsi tertentu (Agusyana, 2011). Data kompetensi profesional guru diuji menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test (Uji peringkat bertanda). Sedangkan, data prestasi belajar siswa setelah melalui uji prasyarat diuji menggunakan Uji-t sampel dipenden/berkorelasi. Pengujian hipotesis pertama dapat dilihat pada Tabel 04 dan yang hipotesis kedua pada Tabel 05.
Tabel 04. Ringkasan Hasil Uji peringkat bertanda
  Zhitung Ztabel Signifikansi
Hasil Post Test Kompetensi Profesional Guru - Hasil Pre Test Kompetensi Profesional Guru -2,527b 4,000 0,006

Berdasarkan Tabel 04 diperoleh angka statistik Zhitung sama dengan -2,527< Ztabel 04,000 dan angka signifikansi 0,006 < taraf signifikansi α yang telah ditentukan yaitu 0,05. Jadi hipotesis null (Ho) ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah diklat lesson study.
Tabel 05. Ringkasan Hasil Uji-t Sampel Dependen
thitung ttabel Signifikansi Korelasi Rata-Rata Pre-Test Rata-Rata Post-Test
123,8493 2,009 0,000 0,944 21,148 80,593
Berdasarkan Tabel 05 diperoleh angka statistik thitung sama dengan 123,8493 > ttabel 02,009 dan angka signifikansi kurang dari 0,05 untuk paired samples test. Jadi hipotesis null (Ho) ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPA siswa sebelum dan sesudah diklat lesson study dan skor korelasi antara prestasi belajar siswa antara pre-test dengan post-test sangat tinggi, yakni 0,912. Artinya, perubahan prestasi belajar siswa saat pre-test (sebelum dilaksanakan diklat lesson study) berhubungan sangat erat dengan perubahan prestasi belajar siswa saat post-test (setelah dilaksanaan diklat lesson study).
Pembahasan
Berdasarkan temuan dan penelitian sebelumnya permasalahan yang ditemukan pada saat pelaksanaan diklat lesson study adalah: (1) masalah teknis seperti penjadwalan dan kehadiran anggota tim lesson study, (2) masalah persepsi negatif guru tentang lesson study seperti: (a) "Lesson Study adalah ide dari negara lain (Jepang) yang tidak mungkin diterapkan di Indonesia karena kultur guru dan siswanya sangat berbeda", (b) "guru-guru sulit mengikuti diklat lesson study karena selama ini beban tugas guru sudah sangat banyak belum lagi tugas tambahan misalnya jadi wali, kaprog, wakasek, dan lain sebagainya", (c) "banyak guru yang tidak bersedia/malu kelasnya diamati saat mengajar", (d) "Banyak guru yang tidak bersedia/siap dinilai oleh lain saat PBM". Berdasarkan informasi tersebut untuk meminimalisir permasalahan yang mungkin muncul peneliti melakukan lima pendekatan kepada masing-masing anggota tim yaitu: (1) Meminta bantuan kepala sekolah untuk dibuatkan surat penugasan agar guru IPA wajib mengikuti diklat lesson study; (2) sesudah diberikan surat penugasan, masing-masing anggota tim lesson study diminta menandatangani surat penyataan bersedia mengikuti diklat lesson study dengan sebaik-baiknya; (3) Memohon bantuan secara pribadi setiap anggota untuk meluangkan waktu mengikuti kegiatan lesson study; (4) menginformasikan satu hari sebelum dilaksanakan pertemuan lesson study secara langsung, melalui telpon, atau SMS; dan (5) Menambah tata tertib kehadiran pada juknis lesson studi SMKN 2 Seririt dimana guru wajib mengikuti salah satu kelas yang paralel (X Akuntansi 2 atau X Multimedia 1) dengan harapan keseluruhan materi diikuti penyampaiannya dalam PBM. Hal tersebut terbukti dapat memperlancar jalannya diklat lesson study di SMK Negeri 2 Seririt.
Secara umum kualitas pelaksanaan diklat lesson study di SMKN 2 Seririt masuk kualifikasi sangat baik dan ditinjau dari hasil pengujian hipotesis secara keseluruhan yang telah dijabarkan sebelumnya menunjukkan bahwa diklat lesson study terbukti memiliki pengaruh terhadap kompetensi profesional guru dan prestasi belajar siswa.
Keberhasilan pelaksanaan diklat lesson study ini disebabkan karena: (1) kontribusi kepala sekola yang telah mendukung pelaksanaan diklat dengan mewajibkan guru IPA ikut diklat lesson study dengan memberikan surat formal. Selain itu, kepala sekolah memfasilitasi penggunaan alat sekolah untuk kegiatan tersebut seperti kamera, handycam, proyektor, dan perlengkapan lainnya serta ruangan baik ruangan kelas, perpustakaan, maupun ruang untuk pembekalan; (2) kontribusi guru dalam meluangkan waktu berpartisipasi dalam kegiatan diklat berbasis lesson study dan kesediaan mengikuti petunjuk teknis (Juknis) diklat; (3) kontribusi guru lain, wakasek, kepala sekolah, komite, BK, dan staf tata usaha sebagai observer undangan dalam kegiatan open class atau mendukung persiapan sarana prasarana; (4) ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan lesson study; dan (5) kondisi sekolah yang kondusif dimana para guru bersedia berkolaborasi dan siswa bersifat kooperatif dalam PBM.
Setiap tahap pelaksanaan diklat lesson study guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Saat pembekalan para guru yang merupakan tim lesson study memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang lesson study, pengembangan bahan ajar, maupun cara pembuatan RPP. Kemudian kompetensi tersebut semakin diperkuat dalam proses implementasi lesson study sendiri yang terdiri atas 12 kali pertemuan dimana masing-masing pertemuan terdiri atas tiga tahap yaitu plan, do, dan see.
Tahap plan (goal-setting and planning) meliputi kegiatan kolaboratif guru dalam melakukan: (1) indentifikasi tujuan pembelajaran; (2) membahas susunan, keluasan, dan kedalaman materi ajar; (3) pembuatan RPP; (4) pembuatan media pembelajaran; dan (5) simulasi PBM. Pada tahap ini guru saling mengisi dan melengkapi baik dalam identifikasi tujuan, menentukan batasan materi yang akan diajarkan dan susunannya, memilih metode pembelajaran yang digunakan untuk mencapai indikator, pemilihan model pembelajaran, media pembelajaran yang akan digunakan, dan berbagi kata instruksional yang baik untuk digunakan. Tahap ini akan meningkatkan kompeteni profesional khususnya kemampuan guru dalam menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang IPA. Guru saling melengkapi dan memperbaiki pemahaman konsep yang kurang atau miskonsepsi terkait materi gempa dan tsunami. Beberapa guru memberikan masukan untuk menambah beberapa materi yang tidak terdapat pada buku pegangan siswa, yang harus diberikan sebelum membahas gempa dan tsunami misalnya menambah materi pergerakan lempeng dan jalur gempa pada pertemuan pertama. Dengan adanya diskusi dalam tahap plan membuka kesempatan untuk para guru saling melengkapi dan menyempurnakan konsep dan materi ajar yang mereka miliki.
Dalam tahap do (research lesson) pengajar yang sudah ditunjuk dan disepakati menjadi guru model melaksanakan tugas untuk melaksanakan pembelajaran yang sudah direncanakan bersama. Untuk guru model aspek kompetensi profesional yang dipengaruhi adalah konsistensi penguasaan materi guru antara content dengan performance. Dimana guru model berusaha menyampaikan dan atau mengantarkan pemahaman siswa untuk menguasai materi secara utuh, terintegrasi, dan kontekstual dalam PBM misalnya dalam materi tsunami adanya ciri bau belerang sebelum terjadinya tsunami yang mirip dengan bau telur atau bau belerang di pemandian air panas. Selain itu, pada tahap ini guru model akan menemukan masalah, kesulitan, dan atau solusi misalnya dalam cara membangun konsep, pengelolaan kelas, pengalokasian waktu, penggunaan media, pengaturan kelompok, yang dapat digunakan refleksi diri untuk mengembangkan keprofesian. Sedangkan guru yang berperan sebagai observer, memantau proses pembelajaran yang terjadi utamanya pada kegiatan siswa. Selain itu, melalui pengisian format monitoring mereka juga memantau: (1) pembelajaran yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan RPP; (2) apakah semua materi yang disampaikan sudah mengarah pada indikator pembelajaran; (3) guru mampu tidak mengarahkan PBM untuk mencapai indikator; (4) sudahkah guru memahami materi dengan baik; (5) apakah PBM sudah menghubungkan teks, konteks, dan realitas; (6) PBM sudah mengungkapkan fakta, prinsip, konsep dan atau prosedur yang terkandung dalam materi yang diajarkan; (7) Terjadi interaksi multiarah; (8) Semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran; (9) Pembelajarannya inspriratif; (10) Suasana pembelajaran menyenangkan; (11) Tugas-tugas atau pertanyaan yang diberikan menantang; (12) Keefektifan penggunaan media pembelajaran; (13) Ketercapaian tujuan pembelajaran. Semua hal tersebut mendorong guru jika nanti guru model untuk melakukan pembelajaran yang lebih baik dan efektif sesuai aspek yang diminta dalam format monitoring sehingga mendukung pengembangan keprofesian melalui tindakan reflektif. Selanjutnya, guru yang akan menjadi guru model akan mempersiapkan diri untuk PBM selanjutnya agar memenuhi aspek format monitoring do.
Pada tahap see (lesson discussion & consolidation of learning) kelompok lesson study mendiskusikan dan menganalisis research lesson. Kegiatannya antara lain: (1) guru model mengemukakan masalah dan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran; (2) para guru yang merencanakan pembelajaran menceritakan: (a) alasannya dan menjelaskan perbedaan antara rencana; (b) apa yang telah dilaksanakan dan masalah/kekurangan dalam PBM berdasarkan lembar observasi siswa dan monitoring do; (c) miskonsepsi siswa; (d) solusi dan rancangan penyempurnaan PBM selanjutnya. Tahap ini meningkatkan kompetensi profesional di semua aspek baik penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran IPA; pengembangan keprofesian melalui tindakan reflektif; maupun konsistensi penguasaan materi guru antara content dengan performance.
Senada dengan hal tersebut Lewis (2002) menyatakan ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru, apabila dia melaksanakan lesson study secara berkesinambungan. Ke-8 peluang tersebut sangat eratkaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru, yaitu: (1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, (2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, (3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, (4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, (5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, (6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, (7) mengembangkan 8 pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan (8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. Dalam Depdiknas (2008) dinyatakan diklat konvensional bersifat top-down, artinya materi diklat sudah disiapkan dan diberikan oleh instruktur, sebaliknya diklat lesson study bersifat bottom-up karena materi pelatihan berbasis permasalahan yang dihadapi para guru di sekolah, kemudian dikaji secara kolaboratif dan berkelanjutan. Dinyatakan juga pengembangan kompetensi profesional guru terjadi akibat peningkatan pengetahuan materi ajar yang dikaji secara kolaboratif sehingga lebih sempurna.
Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu oleh Rian Anggara dan Umi Chotimah (2012) menyatakan bahwa penerapan lesson study Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) memberikan dampak positif terhadap peningkatan kompetensi profesional guru PKn SMP se-Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini dikarenakan lesson study memberikan peluang kepada guru peserta lesson study untuk berdiskusi dan berlatih membuat perencanaan pembelajaran, memperdalam kajian materi yang akan diberikan, menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan sifat materi ajar, menentukan metode pembelajaran, dan membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisiens.
Senada dengan hal tersebut, Sutriani (2010) menyatakan diperoleh peningkatan professionalitas guru dari open lesson 1 ke 2 sebesar 30% dan peningkatan dari open lesson 2 ke 3 sebesar 32%. Melalui implementasi lesson study professionalitas guru, aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat. Begitu juga Copriady (2013) menyatakan bahwa pengembangan proses pembelajaran dengan menggunakan lesson study dapat digunakan sebagai program peningkatan profesionalisme guru.
Shahren (2011) dalam laporan penelitiannya menyatakan lesson study memberikan ruang bagi guru untuk meningkatkan dan merefleksikan proses pembelajaran yang mereka lakukan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Dengan peningkatan kompetensi guru tentunya akan meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas pada saat implementasi tahap do yang nantinya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pengaruh diklat terhadap prestasi belajar siswa disebabkan karena persiapan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran secara kolaboratif agar benar-benar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Proses refleksi guru berkelanjutan memungkinkan guru mengembangkan cara mengajarnya sesuai dengan situasi dan kondisi di kelas sesuai dengan masukan anggota tim lesson study. Selain itu, penerapan berbagai strategi kooperatif dalam do memungkinkan siswa untuk mengambangkan konsep dan saling mengisi dalam diskusi kelompok kecil maupun klasikal.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh diklat lesson study dipengaruhi pada implementasi tahap do. Dimana persiapan guru yang secara kolaboratif mempersiapkan proses pembelajaran agar benar-benar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Proses refleksi guru yang berkelanjutan memungkinkan guru mengembangkan cara mengajarnya sesuai dengan situasi dan kondisi di kelas sesuai dengan masukan anggota tim lesson study. Selain itu, penerapan berbagai strategi kooperatif dalam do memungkinkan siswa untuk mengambangkan konsep dan saling mengisi dalam diskusi kelompok kecil maupun klasikal.
Susilo (2013) menyatakan lesson study memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta aktivitas siswa. Fokus lesson study hendaknya diarahkan pada peningkatan pembelajaran melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Pengamatan tersebut bertujuan untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan kegiatan belajar dan10 kegiatan berpikir siswa, bukan pada kegiatan guru. Oleh sebab itu, aktivitas lesson study sesungguhnya buka menyalahkan guru atau mengkritik kesalahan guru. Di dalam lesson study, guru perlu mencari bukti bahwa siswa memang belajar, termotivasi, dan berkembang. Sehingga, diperoleh suatu proses belajar yang maksimal untuk siswa sehingga secara tidak langsung lesson study akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Terkait dengan pengaruh diklat lesson study terhadap prestasi belajar siswa Sutriani (2010) menyatakan peningkatan prestasi belajar dari open lesson 1 ke 2 sebesar 7% dan peningkatan dari open lesson 1 ke 2 sebesar 18%. Melalui implementasi lesson study aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat. Selain itu, Sulasmi dan Rahayu (2006) menyatakan dari hasil monitoring dan evaluasi kegiatan piloting dan lesson study dalam pembelajaran biologi di sekolah menengah Kota Malang, Jawa Timur menunjukkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar biologi siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa ini ditandai dengan peningkatan hasil belajar Biologi siswa, dari 72% siswa yang mendapatkan skor di atas 60 menjadi 97% siswa.
Berdasarkan berbagai temuan tersebut keterkaitan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya menguatkan pembuktian tentang hipotesis penelitian ini secara empirik, bahwa terdapat pengaruh diklat lesson study terhadap kompetensi profesionalisme guru dan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian terkait dengan pengaruh diklat lesson study terhadap kompetensi profesional guru dan prestasi belajar siswa di SMKN 2 Seririt memiliki implikasi sebagai berikut. Pertama, pengembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan khususnya guru harus selalu ditingkatkan kualitasnya agar kompetensi guru khususnya kompetensi profesionalnya selalu meningkat dan sesuai dengan tuntutan jaman, salah satu cara meningkatkan kualitas tersebut ialah dengan menerapkan diklat lesson study di sekolah. Kedua, manajemen sekolah dan lingkungan belajar harus dirancang sedemikian rupa agar guru dan siswa mampu menerapkan berbagai model pembelajaran kooperatif, misalkan sarana dan prasarana belajar seperti laboratorium, perpustakaan, internet, dan kelas dengan proyektor harus tersedia secara memadai untuk mewadahi kebutuhan guru dan siswa dalam mencari dan berusaha menggali berbagai informasi selama proses pembelajaranberlangsung.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. (1) Skor rerata kualitas pelaksanaan lesson study sebesar 91,781 masuk ke dalam kualifikasi lesson study tergolong sangat baik; (2) Berdasarkan hasil analisis Uji peringkat bertanda/Wilcoxon Sign Rank Test diperoleh angka statistik Zhitung sama dengan -2,527 < Ztabel 04,000 dan angka signifikansi 0,012 < signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Jadi hipotesis null (Ho) ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi profesional guru sebelum dan sesudah diklat lesson study. Dengan rata-rata skor gain ternormalisasi kompetensi profesional guru adalah 0,753 sehingga kualifikasi efektivitas diklat berbais lesson study terhadap kompetensi profesional masuk kualifikasi tinggi; dan (3) Berdasarkan hasil uji-t untuk sampel berkorelasi/dependen menggunakan IBM SPSS 20 for windows diperoleh angka statistik thitung sama dengan 123,8493 > ttabel 2,009 dan angka signifikansi kurang dari 0,05 untuk paired samples test. Jadi hipotesis null (Ho) ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPA siswa sebelum dan sesudah diklat lesson study. Rata-rata skor gain ternormalisasi prestasi belajar IPA siswa adalah 0,767. Artinya, efektivitas pelaksanaan diklat lesson study terhadap prestasi belajar siswa di SMKN 2 Seririt masuk kualifikasi tinggi. Korelasi antara prestasi belajar siswa antara pre-test dengan post-test sangat tinggi, yakni 0,912. Artinya, perubahan prestasi belajar siswa saat pre-test (sebelum dilaksanakan diklat lesson study) berhubungan sangat erat dengan perubahan prestasi belajar siswa saat post-test (setelah dilaksanaan diklat lesson study).
Berdasarkan berbagai temuan pada penelitian maka dapat disarankan beberapa hal, yaitu: 1) Bagi Dinas Pendidikan dan pihak terkait hendaknya meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan peningkatan kompetensi guru, karena guru menjadi ujung tombak pendidikan yang bersentuhan langsung dengan siswa yang akan menjadi aset SDM bagi negara. Salah satu diklat yang peneliti sarankan adalah diklat leson study karena diklat ini memiliki berbagai kelebihan dibandingkan model diklat lainnya. Diklat lesson study jika dilaksanakan secara disiplin akan mengubah paradigma belajar guru yang idealnya meliputi tiga prinsip pembelajaran yang khas yakni: prinsip kolaborasi, prinsip refleksi, dan prinsip habituasi. 2) Bagi kepala sekolah hendaknya mampu mendorong kinerja, memfasilitasi kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru, serta menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai sehingga guru dapat dapat menggunakan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan situasi dan kondisi siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam hal ini adalah mendorong wakil kepala sekolah di bidang pengembangan SDM untuk aktif melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas guru salah satu alternatifnya adalah diklat lesson study. 3) Bagi guru hendaknya memotivasi diri untuk menguasai kompetensi profesional dan berkembang sesuai dengan kekinian. Salah satu caranya adalah dengan mengaktifkan kelompok MGMP per mata pelajaran untuk melaksanakan lesson study sekolah; 4) Untuk kelompok guru yang akan melaksanakan diklat lesson study permalasahan yang sering ditemui adalah masalah teknis dan masalah persepsi negatif guru tentang diklat lesson study beberapa kiat yang penelitian sarankan untuk meminimalisisr munculnya permasalahan tersebut adalah: (1) membuat JUKNIS; (2) membuat surat penugasan untuk semua anggota tim lesson study; (2) sesudah diberikan surat penugasan, masing-masing anggota tim lesson study diminta menandatangani surat penyataan bersedia mengikuti diklat lesson study dengan sebaik-baiknya; (3) melakukan pendekatan secara pribadi; (4) menginformasikan satu hari sebelum dilaksanakan pertemuan lesson study secara langsung, melalui telpon, atau SMS; dan (5) menambah tata tertib kehadiran pada juknis lesson studi dengan tujuan keseluruhan penyampaiannya dalam PBM diikuti semua anggota; 5) Untuk peneliti selanjutnya dapat memperluas penelitian diklat lesson study terhadap kompetensi guru lainnya atau variabel lain misalnya kemampuan pengelolaan kelas, kinerja guru, kemampuan mempersiapkan pembelajaran, dan lain sebagainya. Selain itu, mengembangkan variabel terikat lain yang berkaitan dengan siswa misalnya karakter, kemampuan psikomotor, dan afektif siswa. Dalam pembentukan tim lesson study perlu dibuat komitmen dan strategi yang disesuaikan dengan kondisi sekolah terutama terkait kesediaan guru memberikan waktu luang untuk kegiatan tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. selaku pembimbing I dan Dr. Ni Made Pujani, M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan baik berupa pikiran maupun dukungan spiritual serta kepada seluruh pihak SMKN 2 Seririt atas ijin, kerjasama, peran serta, dan kontribusi dalam pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agusyana, Y. 2011. Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19. Jakarta: PT. Gramedia
Anggara, R. dan Umi Chotimah. 2012. "Penerapan Lesson Study Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Pkn Smp Se-Kabupaten Ogan Ilir" (halaman 188-197). Jurnal Forum Sosial, Vol. V, No. 02, September 2012. FKIP Universitas Sriwijaya.
Bluman, Alan G. 2012. Elementary Statistic: Step by Step Aproach, 8th Ed. Amerika: McGraw-Hill
Cohen, L. dkk. 2007. Research Methods in Education. Ingris: the Taylor & Francis e-Library
Copriady, J. 2013. The Implementation of Lesson study Programme for Developing Profesionalism in Teaching Profession. Jurnal Asian Social Science; Vol. 9, No. 12; 2013 ISSN 1911-2017 E-ISSN 1911-2025
Darmayanti, S. 2013. Pengaruh Model Collaborative Teamwork Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Prestasi belajar Fisika Ditinjau Dari Gaya Kognitif Guru. Tesis Pasca Sarjana UNDIKSHA Singaraja
EFA. 2011. Education for all global monitoring report 2011. Tersedia pada http://www.unesco.org/new/en/education/themes/leading-the-international-agenda/efareport/reports/2011-conflict/. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2013.
Hendayana, S. dkk. 2006. Lesson Study Suatu Strategi Untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press
Lewis, C. 2002. Lesson Study : A Handbook of Teacher-Led Instructional Change, Philadelphia. PA : research for better Schools,Inc.
Lewis, C. & Rebecca Perry. 2006. Professional Development Through Lesson Study: Progress and Challenges in THE U.S.. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics. Vol.25, 2006
Renes, I W. 2009. Identifikasi Faktor-Faktor Kendala Ketidaklulusan Sertifikasi Guru Smk di Kabupaten Gianyar Tahun 2007. Tesis Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Singaraja
Shahren, A. 2011. Mathematics Teachers' Perception of Lesson Study as a Continuous Professional Development Programme. Journal of science and mathematics education in east Asia 2011, Vol. 34 No. 1, 67 – 89
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, cv.
Sulasmi, E.S., dan Rahayu, S. 2006. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Piloting dan Lesson study dalam Pembelajaran Biologi di Sekolah Menengah Kota Malang. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, Yoyakarta. 1 Agustus.
Susilo, H. dkk. 2011. Lesson Study Sekolah Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Jatim: Bayu Pubshing
Susilo, H. 2013. Lesson Study Sebagai Sarana Meningkatkan Kompetensi Pendidik. (Makalah) disajikan dalam Seminar dan Lokakarya PLEASE 2013 di Sekolah Tinggi Theologi Aletheia Jalan Argopuro 28-34 Lawang, tanggal 9 Juli 2013
Sutriani. 2010. Peningkatan Profesionalitas Guru Melalui Implementasi Lesson Study. Skripsi (tidak diterbitkan), Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang
Kemendikbud. 2012. Pedoman Uji Kompetensi Guru. 2. Jakarta: Kemendikbud BPSDMPK-PMP
Walker, J.S. 2005. UWEC Math Dept. Journal of Lesson Studies. (Online), www.uwec.edu/walkerjs/Lesson_Study/Statement_of_Purpose.pdf., diakses 26 Oktober 2011.
Wardani, S. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Kompetensi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional


Download Artikel untuk jurnal IPO Indrawan.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca Artikel untuk jurnal IPO Indrawan. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: