Oktober 15, 2016

MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI Nama Kelompok

Judul: MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI Nama Kelompok
Penulis: Novyanti Dian Erista


MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI
Dosen Pembimbing : Dadang Kusbiantoro, S, Kep.Ns. M, Si

Oleh Kelompok 1
Nama Kelompok :
Andria Puji
Anik Retnosari
Benny Handika M.P
Buyung Kurnia R
Catur Suguharto
Cindy Mulyawati
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN 2014
KATA PENGATAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan pokok bahasan "Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien amputasi."
Makalah ini disusun atas kerja sama kelompok kami, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada :
Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M. Kes, selaku Ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Arifal Aris,S.kep.Ns, M.kes, selaku kaprodi S-1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Dadang Kusbiantoro S. Kep, Ns. M.Si selaku dosen pembimbing.
seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keerbatsan kemampuan penulis dalam membahas dan memaparkan. Oleh karena itu, segala sesutu dan koreksi lebih lanjut sangat penulis harapkan dari semua pembaca.
Harapan penulis semoga makalah memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal 2. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Lamongan, Oktober 2014
Penulis

LEMBAR PENGESAHAN
Makalah asuhan keperawatan pada klien dengan Amputasi telah diperiksa dan disetujui untuk Dipresentasikan Kepada Teman-Teman Mahasiswa Program S1 Keperawatan Semester V11A Stikes Muhammadiyah Lamongan.
Lamongan, Oktober 2014
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Ns. Dadang Kusbiantoro S.Kep,.M.Si
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isiiii
BAB 1 Latar Belakang 1
Pendahuluan 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan penuliasan
BAB 2 Tinjauan Teori 3
Definisi amputansi ?3
Etiologi /faktor predisposisi amputansi ?3
Bagaimana metode amputansi ?3
Apa saja jenis jenis amputansi ?4
Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?4
Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?5
Bagaimana pencegahan amputansi 5
Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ?5
Bagaimana komplikasi amputansi ?6
BAB 3 Asuhan Keperawatan 3.1 Pengkajian 83.2 Diagnosa Keperawatan 83.3 Rencana Keperawatan 8
BAB 4 Penutup 4.1 Kesimpulan 11DAFTAR PUSTAKA12
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memendang masalah yang di hadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Masalah yang di hadapi oleh pasien yang mengalami amputasi tidak hanya pada upaya memnuhi kebutuhan fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan intregitas diri pasien secara utuh, sehingga tidak menimbulkan komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif, tidak mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat menerima dirinya secara utuh dan diterima dalam masyarakat.(Harnawatia, 2008)
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab mengapa dilakukan amputasi. 70% amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri yang sebagian besar disebabkan oleh diabetes militu, 3% amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5% amputasi dilakukan karena adanya tumior dan 5% lainnya karencacat kongenital.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesial .Amputansi dapat di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi dratis dan di gunakan untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya positif maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpatisipasi aktif dalam rencana rehabilitas karena kehilangan ekstremitas memerlukan penyusuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus di selaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
Rumusan masalah
Apa yang di maksud dengan amputansi ?
Apa saja faktor predisposisi amputansi ?
Bagaimana metode amputansi ?
Apa saja jenis jenis amputansi ?
Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?
Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?
Bagaimana pencegahan amputansi
Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ?
Bagaimana komplikasi amputansi ?
Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien amputansi ?
TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar amputansi dan asuhan keperwatan pada pasien amputasi
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui definisi amputansi
Mengetahui faktor predisposisi amputansi
Mengetahui metode amputansi
Mengetahui jenis jenis amputansi
Mengetahui menifestasi klinik amputansi
Mengetahui pemeriksaan fisik diagnostik amputansi
Mengetahui pencegahan amputansi
Mengetahui Bagaimana penalatalaksanaan amputansi
Mengetahui komplikasi amputansi
Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien amputansi

BAB 2
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Amputasi berasal dari kata "amputare" yang kurang lebih diartikan "pancung".Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.(Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
Deformitas organ.
Metode Amputasi
Amputansi di lakukan sebagian kecil samapi dengan sebagian besar dari tubuh dengan metode :
Metode terbuka guilottone amputasi ) metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau berat di mana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang samabentuknya benar benar terbuka dan di pasang drainage agar luka bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi
Metode tertutup di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi ditarik atau di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang dan di jahit pada daerah yang di amputansi
Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan menjadi :
Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012), adalah :
Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post operasi amputasi antara lain ;
Nyeri akut
Keterbatasan fisik
Pantom snydrom e
Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien cenderung berdiam diri
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien Amputasi meliputi :
Foto rongent
Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
CT san
Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi / perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputansi
Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
Pencegahan
Ada beberapa pencegahan amputasi antara lain :
Mengajarkan klien tentang hidup sehat
Pemeriksaan teraratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus dan mengerjakan perawatan kaki
Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman
Penggunaan mesin industri dengan prinsip k-3
Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada amputasi antara lain :
Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor : peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya
(sesuai kebutuhan protesis), status peredaran darah eksterimtas dievaluasi melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat penting untuk penyembuhan.Floemetri dopler penentuhan tekanan darah segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang sangat berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi prostesis
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan menigktkan dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.
Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Perawatan pasca amputasi
Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya sehingga distalnya iskemik
Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut
Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11
Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau berbaring atau duduk lama dengan fleksi lutut
Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kostruktur lutut dan paha.
Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit.Karena da pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN AMPUTASI
Pengkajian
Biodata :
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan gangguan neurosensori
Riwayat penyakit sekarang : kita kaji kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obatyang diminum, dan cara penanggulangan
Riwayat penyaklit dahulu:Tanyakan apakah adanya keleinan musculoskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru
Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
Pemerikasaan fisik
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
System integumen : secara umum lokasi amputasi
Mengkaji kondisi umum kulit untuk menijau tingkat hidrasi.lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakn progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
System kardiovaskuler : cardiac reserve pembuluh darah
mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indicator fungsi jantung. Mengkaji kemungkinan atherodklerosis melalui penilaian terhadap elastilitas pembuluh darah.
System respirasi
Adanya sianosis, riwayat gangguan pernafasan
System urinari
Mengkaji jumlah urine 24 jam, adanya perubahan warna, serta bj urine
System neurologis
Mengkaji tingkat kesdaran klien, serta system pernafasan khususnya system motoric dan sensorik daerah yang diamputasi
System mukuloskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral, terjadi kelemahan secara umum, keterbatasan rom dan masalah fungsi gerak lain.
Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.
Post operasi
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
Gangguan harga diri ( citra tubuh ) berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
Rencana Keperawatan
Pre operasi
No dx Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapakan Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria evaluasi :
-Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
-Mengungkap
kanpemahaman tentang operasi
Berikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.
Jelaskan prosedur operasi pada klien dengan sebaik-baiknya.
Berikan HE pada klien tentang mengurangi kecemasan klien .
Kolaborasi dengan tim medis untuk mengurangi kecemasan. 1.meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.
2.Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.
3.Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.
4.untuk mengurangi kecemasan pada klien agar pasien lebih tenang.
2 Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.
Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
Kriteria evaluasi:
mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yangbaru.
1.Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup.
2.Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi.
3.Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.
4.berikan dukungan kepada pasien tentang kehilangan akibat amputasi 1. Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.
2.Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.
3.Meningkatkan dukungan mental.
4.untuk menigkatakan adaptasi terhadap perubahan citra diri
Post operasi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyama Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
Setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapkan nyeri hilang / berkurang.
Kriteria hasil :
-Menyatakan nyeri hilang.
-Ekspresi wajah rileks 1. Mengobervasi tingkat nyeri, derajat nyeri, klasifikasi nyeri.

2.Ajrkan klien teknik relakasai nafas dalam
3 berikan HE kepada klien untuk memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan.
4. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik (kolaboratif ).
1. memantau seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien
2. untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien
3.Mengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb
4. Untuk menghilangkan nyeri
2 Gangguan harga diri(citra tubuh) berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapkan harga diri pasien kembali.
Kriteria hasil :
Pasien dapat megekspresikan perasaan negatif, mendapat informasi.
1. Memanatau kesiapan pasien dan pandagannnya terhadap amputasi.
2. Dorong pasien megekpresikan perasaan negatif dan kehilangan bagian tubuh
3. beri informasi yang adekuat mengenai amputasi mulai dari pasca atau post operasi
4. berikan motivasi atau dukungan pada pasien 1. pasien yang memandang amputasi sebagai rekrotunsi hidup akan menerima dirinya yang baru dengan cepat.
2.ekspresi perasaan dapat membantu pasien menerima kenyataan dan realitas hidup yang baru.
3. memberi kesempatan untuk menayakan dan memberikan informasi dan mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi yang dapat membantu penyembuhan
4. dukungan yang cukup dapat membantu proses rehabilitasi
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.(anas)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sunddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Daryadi.(2012). Askep Amputasi. http://www.nsyadi.blogspot.com (online), di askes:
29 oktober 2014
Suratun, dkk (2008). Seri Asuahan keperawatan klien dengan gangguan sistem muskuloselektal. Jakarta: EGC
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatn Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC


Download MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI Nama Kelompok.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI Nama Kelompok. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: