Oktober 17, 2016

MAKALAH PEMBENTUKAN KARAKTER

Judul: MAKALAH PEMBENTUKAN KARAKTER
Penulis: Havis Alfiansyah


MAKALAH PEMBENTUKAN KARAKTER
HYPERLINK "http://widiyacipta.wordpress.com/2014/10/09/pembentukan-karakter/"
PEMBENTUKAN KARAKTER

Pengertian Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.Teori Pembentukan Karakter Stephen Covey melalui bukunya 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif, menyimpulkan bahwa sebenarnya ada tiga teori utama yang mendasarinya, yaitu :
Determinisme Genetis, pada dasarnya mengatakan kakek-nenek kitalah yang bebuat begitu kepada kita. Itulah sebabnya kita memiliki tabiat seperti ini. Kakek-nenek kita mudah marah dan itu ada pada DNA kita. Sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya dan kita mewarisinya. Lagipula, kita orang Indonesia, dan itu sifat orang Indonesia.
Determinisme Psikis, pada dasarnya orangtua kitalah yang berbuat begitu kepada kita. Pegasuhan kita, pengalaman masa anak-anak kita pada dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan susunan karakter kita. Itulah sebabnya kita takut berdiri di depan banyak orang. Begitulah cara orang tua kita membesarkan kita. Kita merasa sangat bersalah jika kita membuat kesalahan karena kita "ingat jauh di dalam hati tentang penulisan naskah emosional kita ketika kita sangat rentan, lembek dan bergantung. Kita "ingat" hukuman emosional, penolakan, pembandingan dengan orang lain ketika kita tidak berprestasi seperti yang diharapkan.
Determinisme Lingkungan, pada dasarnya mengatakan bos kita berbuat begitu kepada kita – atau pasangan kita, atau anak remaja yang berkital itu, atau situasi ekonomi kita, atau kebijakan nasional. Sesorang atau sesuatu di lingkungan kita betanggungjawab atas situasi kita.
Metode, proses dan langkah pementukan karakter
Metoda Pembentukan Karakter
Metoda pembentukan karakter berkaitan langsung dengan tahapan perkembangannya. Tahapan tersebut terbagi dalam tiga tahapan yaitu tahapankarakter lahiriyah (karakter anak-anak), tahapan karakter berkesadaran (karakter remaja) dan tahapan kontrol internal atas karakter (karakter dewasa). Pada tahapan lahiriyah metoda yang digunakan adalah pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman) serta indoktrinasi. Sedangkan pada tahapan perilaku berkesadaran, metoda yang digunakan adalah penanaman nilai melalui dialog yang bertujuan meyakinkan, pembimbingan bukan instruksi dan pelibatan bukan pemaksaan. Dan pada tahapan kontrol internal atas karakter maka metoda yang diterapkan adalah perumusan visi dan misi hidup pribadi, serta penguatan akan tanggungjawab langsung kepada Allah. Tahapan diatas lebih didasarkan pada sifat daripada umur. 
Proses Pembentukan Karakter
Karakter terbentuk setelah mengikuti proses sebagai berikut :Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideology, pendidikan, temuan sendiri atau lainnya.
Nilai membentuk pola fikir seseorang yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visinya.
Visi turun ke wilayah hati membentuk suasana jiwa yang  secara keseluruhan membentuk mentalitas.
Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap.
Sikap-sikap yang dominan dalam diri seseorang yang secara keseluruhan mencitrai dirinya adalah apa yang disebut sebagai kepribadian atau karakter.
Proses pembentukan mental tersebut menunjukan keterkaitan antara fikiran, perasaan dan tindakan. Dari akal terbentuk pola fikir, dari fisik terbentuk menjadi perilaku. Cara berfikir menjadi visi, cara merasa menjadi mental dan cara berprilaku menjadi karakter. Apabila hal ini terjadi terus menerus akan menjadi sebuah kebiasaan.
"Akhlak atau karakter adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui proses pemikiran". (Imam al-Ghozali)
Jadi, proses pembentukan karakter itu menunjukkan keterkaitan yang erat antara fikiran, perasaan dan tindakan. Dari wilayah akal terbentuk cara berfikir dan dari wilayah fisik terbentuk cara berperilaku. Cara berfikir menjadi visi, cara merasa menjadi mental dan cara berperilaku menjadi karakter. Apabila hal ini terjadi pengulangan yang terus-menerus menjadi kebiasaan, maka sesuai dengan pendapat Imam al-Ghozali yang mengatakan : Akhlak atau karakter adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui proses pemikiran.
Langkah Mengubah Karakter
Dengan mengetahui tahapan, metoda dan proses pembentukan karakter, maka bisa diketahui bahwa akar dari perilaku atau karakter itu adalah cara berfikir dan cara merasa seseorang. Sehingga untuk mengubah karakter seseorang, kita bisa melakukan tiga langkah berikut :Langkah pertama adalah melakukan perbaikan dan pengembangan cara berfikir yang kemudian disebut terapi kognitif, dimana fikiran menjadi akar dari karakter seseorang.
Langkah kedua adalah melakukan perbaikan dan pengembangan cara merasa yang disebut dengan terapi mental, karena mental adalah batang karakter yang menjadi sumber tenaga jiwa seseorang.
Langkah ketiga adalah melakukan perbaikan dan pengembangan pada cara bertindak yang disebut dengan terapi fisik, yang mendorong fisik menjadi pelaksana dari arahan akal dan jiwa.
Hidup di zaman modern ini semua serba ada, baik dan buruk, halal haram, benar salah nyaris campur menjadi satu, sulit untuk dibedakan. Maka sebaik-baik orang yang dapat memilah dan memilih suatu perbuatan yang baik, karena perbuatan baik ini akan berdampak pada perilaku manusia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk karakter:
Pembiasaan tingkah laku sopan.
Sopan santun atau etiket adalah akhlak yang bersifat lahir. Ukuran sopan santun terletak pada cara pandang suatu masyarakat. Oleh karena itu cara pandang sopan-santun dan sikap suatu daerah mungkin berbeda dengan cara pandang masyarakat yang lain. Sopan santun diperlukan ketika sesorang berkomunikasi dengan orang lain, dengan penekanan utama pertama kepada orang yang lebih tua atau guru atau atasan, kedua kepada orang yang lebih muda, anah buah, anak, murid, bawahan dan sebagainya, ketiga kepada orang yang setingkat atau sebaya, seusia atau setingkat status sosial.
Disamping itu sopan santun juga berlaku ketika berkomunikasi dengan kawan atau lawan. Komunikasi dengan lawan memerlukan kekuatan diplomatis yang lebih kuat dibandingkan dengan perilaku kasar. Kesopanan bisa menambat hati lawan, sebaliknya kekerasan akan menimbulkan dendam.
Sopan santun pada anak tertanam melalui kebiasaan sehari-hari di rumah. Apa yang diajarkan orang tua di rumah akan melekat pada diri anak. Sopan santun pada remaja tertanam disamping melalui kebisaan dalam rumah juga melalui proses pergaulan teman sebaya, di sekolah atau melalui suatu tontonan. Sedangkan sopan santun pada remaja disamping karena perbekalan pada masa anak-anak dan remaja terbentuk melalui perilalu para tokoh masyarakat, terutama tokoh yang dihormati dan diidolakan.Kebersihan, kerapian dan ketertiban
Pengetahuan tentang hubungan kebersihan dengan lingkungan dibentuk melalui proses pendidikan, tetapi kepekaan terhadap kebersihan dibangun melalui proses pembiasaan sejak kecil. Konsisitensi orang tua terhadap keharusan anak untuk cuci tangan sebelum makan, cuci kaki sebelum tidur, mandi dan gosok gigi secara tertur, menyapu lantai dan halaman rumah, buang sampah di tempat sampah, menempatkan sepatu ditempatnya, merapikan baju dan buku dikamarnya. Merapikan tempat tidur setiap bangun tidur, adalah merupakan pekerjaan membiasakan anak pada hidup bersih hingga kedasaran akan kebersihan itu menjadi bagian dari kepribadiannya.
Pada usia remaja kebersihan harus didukung oleh pengetahuan empirik, misalnya melihat benda dan air kotor, tangan kotor dan sebagainya dengan mikroskup sehingga bisa menyaksikan sendiri kuman-kuman penyakit pada sesuatu yang kotor tersebut. Adapun perilaku bersih pada masyarakat diwujudkan dengan pengaturan yang bersistem, misalnya sistem pemeliharaan kebersihan umum lengkap dengan sarana yang tesedia, sistem sanitasi, sistem pembuangan limbah ditempat umum kemusian didukung dengan peraturan yang menjamin kelangsungan hidup bersih dan tertib. Singapura misalnya mengenakan denda sekitar lima ratus ribu rupiah bagi orang yang hanya membuang puntung rokok secara sembarangan.
Kejujuran
Kejujuran merupakan sifat terpuji. Dalam bahasa arab disebut dengan istiah siddq dan amanah. Siddiq artinya benar, amanah artinya dapat dipercaya, ciri orang jujur adalah tidak suka bohong, meski demikian jujur yang berkonotasi positif berbeda dengan jujur dalam arti lugu dan polos. Dalam sifat amanah mengandung arti cerdas, yakni kejujuran yang disampaikan dengan bertanggung jawab. Jujur bukan berarti mengatakan semua yang diketahui apa adanya, tetapi mengatakan apa yang diketahui sepanjang mengandung kebaikan dan tidak menyebutnya jika diperkirakan memabawa akibat buruk bagi dirinya dan orang lain.
Disiplin.
Tingkah laku disiplin dilakukan karena mengikuti suatu komitmen. Disiplin bisa berhubungan dengan kejujuran, bisa juga tidak. Kejujuran juga diwariskan oleh genetika orang tuannya, terutama ketika anak masih dalam kandungan, secara psikologis dapat menetas pada anaknya. Keharmonisan orang tua didalam rumah akan sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian anak-anak pada umur perkembangannya. Ketika anak masih kecil, pantang orang tua bebohong kepada anaknya, karena kebohongan yang diarasakan oleh anak akan menimbulkan kegelisahan serta merusak tatanan psikologi seorang anak.
Pada anak usia kelas IV SD hingga SLTP, kejujuran sebaiknya dibiasakan sejalan dengan kedisplinan hidup, disiplin belajar, disiplin ibadah, displin bekerja membantu orang tua di rumah, disiplin keuangan dan dan disiplin agenda harian anak. Pada anak usia SMA kejujuran dan kedisiplinan yang ditanamkan harus sudah disertai alasan yang rasional, baik dalam kehidupan dalam rumah tangga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Sistem punishment dan reward sudah bisa diterapkan secara rasional.
Pada usia mahasiswa, kejujuran dan kedisiplinan dinisyakan melalui pemberian kepercayaan dalam berbagai tanggungjawab.kepada mereka sudah ditekankan komitmen dan substansi, sementara prosedur dan teknik mungkin harus sudah diserahkan kepada seni dan kreatifitas mereka.Pada orang dewasa yang sudah bekerja, kejujuran dan kedisiplinan diterapkan melalui pelaksanaan sistem dimana peluang untuk berbuat tidak jujur dipersempit. Misalnya dengan pengawasan yang transparan. Betapapun orang jujur dapat berubah menjadi tidak jujur menakala peluang tidak jujur dan tidak disiplin terbuka tanpa pengawasan .


Download MAKALAH PEMBENTUKAN KARAKTER.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca MAKALAH PEMBENTUKAN KARAKTER. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: