Oktober 17, 2016

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Judul: MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Penulis: Esthy Handayani


MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


OLEH:
KELOMPOK 1
ANGGOTA:
A.TAMRIANI (PO.71.3.202.13.1.001)
ANNISA KURNIATI (PO.71.3.202.13.1.006)
DEVI NOVITA (PO.71.3.202.13.1.013)
DEVITASARI DARWIS (PO.71.3.202.13.1.014)
DEVY AWALYAH (PO.71.3.202.13.1.015)
FAJRIAH SAWATY (PO.71.3.202.13.1.020)
FITRIANI (PO.71.3.202.13.1.022)
HARDIONO PARAKASI (PO.71.3.202.13.1.025)
NUPRI WAHYUNI SAWAL (PO.71.3.202.13.1.037)
RISKA AWALIAH (PO.71.3.202.13.1.046)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat, Hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah I dengan pokok bahasan "Asuhan Keperawatan pada Penderita COPD (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) ".
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti kata pepatah "tak ada gading yang tak retak", oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Ucapkan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Hormat Kami
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.Latar Belakang 1
2.Rumusan Masalah 1
3.Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
1.Pengertian 3
2.Patofisiologi 4
3.Etiologi 4
4.Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala 5
5.Pemeriksaan Diagnostik 5
6.Penatalaksanaan 6
7.Konsep Asuhan Keperawatan 7
BAB III PENUTUP 28
1.Kesimpulan 28
2.Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan perubahan cuaca.
Derajat obstruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang memungkinkan adanya reversible. Tahap perjalan penyakit dan penyakit lai di luar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan PPOK perlu siperhatikan bebrapa faktor tersebut, sehingga pengobatannya menjadi lebih baik.
2. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan COPD ?
Bagaimana patofisiologi dari COPD?
Apa yang menyebabkan terjadinya COPD?
Bagaimana tanda dan gejala COPD?
Apa sajakah pemeriksaan diagnostic pada COPD?
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita COPD?
3. Tujuan Penulisan
Memberi gambaran umum mengenai penyakit COPD itu sendiri.
Membantu proses pembelajaran dalam hal penyakit yang berhubungan dengan gangguan saluran pernafasan,
Lebih memudahkan dalam pembuatan Askep saat melakukan praktek klinik.
Untuk member pemahaman akan pentingnya menjaga kesehatan dan pola hidup agar dapat terhindar dari penyakit COPD.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
COPD merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik, emfisema paru, dan asma bronkia membentuk kesatuan yang disebut COPD.
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut. Sputum yang terbentuk dapat berupa mukoid atau mukopurulen.
Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus dan dukus alveolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding alveolar. Emfisema dapat didiagnosis secara tepatdengan menggunakan CT scan resolusi tinggi.
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan hipersensitivitas cabang trakebronkial terhadap berbagai jenis ransangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas secara priodik dan reversible akibat bronkospasme.
Menurut Black.J.M & Matassarin,.E.J.1993: "PPOK merujuk pada sejumlah gangguan yang memengaruhi pergerakan udara dari dank e luar paru. Gangguan yang penting adalah Bronkitis obstruktif, Emphysema dan asma Bronkiale."
Menurut Enggram,B.1996 : Yaitu suatu kondisi di mana aliran udara paru tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini Bronkitis obstruktif, Emphysema dan asma Bronkiale dengan suatu penyebab primer yang lain adalah komplikasi dari penyebab penyakit primer.
Patofisiologi
Faktor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkus terminal. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak yang terjebak di alveolus, sehingga terjadi penumpukan udara (air trapping). Hal iniah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan sekspirasi dan menimbulkan fase pemanjangan ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al,1993).
Etiologi
Factor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) :
Lingkungan (polusi)
Predisposisi bawaan, defisiensi alfa-1 antitripsin yang merupakan suatu protein. Kerja enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
Faktor infeksi, eksaserbasi bronchitis kronik dapat disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekuler oleh bakteri. Bakteri yang paling banyak adalah Haemophilus influenza dan Streptococcus Pneumonia.
Rokok, terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan volume ekspirasi paksa. Rokok berhubungan dengan hiperventilasi kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan.
Sosial ekonomi, kematian pada penderita lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah.
Penyakit-penyakit seperti ; TBC, Bronkolektasis, Bronkitis kronik, dan empisema.
Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala
Maenurut Brunner & Suddarth (2005):
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah sangat banyak.
Dispnea.
Nafas pendek dan cepat (takipnea).
Anoreksia.
Penurunan BB dan kelemahan.
Takikardi, berkeringat.
Hipoksia, sesak dalam dada.
Pemeriksaan Diagnostik
Sinar x dada : dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru ; mendatarnyasw diafragma ; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronchitis); hasil normal selama periode remisi (asma).
Tes fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
TLC : peningkatan pada luasnya bronchitis dan kadang-kadang pada asma; penurunan emfisema.
Kapasitas inspirasi :menurun pada emfisema, bronchitis kronik, dan asma.
FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun pada bronchitis dan asma.
GDA : memperkirakan progresi proses penyakit kronis, missal paling sering PaO2 menurun, dan PaCO2 norma atau meningkat (bronchitis dan emfisema) tetapi sering menurun pada asma; pH normah atau asidotik, alkalosis respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma).
Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi ; kolaps bronchial pada ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronchitis.
JDL dan diferensial :hemoglobin meningkat (emfisema luas) , peningkatan eusinofil (asma).
Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnose emfisema primer.
Sputum : kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen,; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi.
EKG : Deviasi aksis kanan, peningkatan gelombang P (asma berat); disaritmia atrial (bronchitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronchitis, emfisema), aksis vertical QRS (emfisema).
EKG latihan, tes stress : membantu dalam mengkaji derajat fungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan.
Penatalaksanaan:
Tujuan Prosedur
1. menghindari zat-zat yang mengiritasi bronkus Menghentikan merokok
2. mencegah atau mengatasi infeksi Antibiotik ; vaksin pneumokokus dan influenza.
3. meringankan bronkospasme Obat bronkodilator.
4. mengeluarkan sekresi bronkus. Perkusi dan drainase postural : hidrasi
5. meningkatkan kefektifan pernapasan. Latihan pernafasan
6. mencegah/memperlambat hipertensi pulmonal dan korpulmonale. Pengobatan dengan oksigen aliran rendah yang terus menerus.
7. meningkatkan toleransi kerja fisik Program kerja fisik.
8. Meningkatkat protease-antiprotease. Pengobatan pengganti alfa-antitripsin.
9. meningkatkan elastisitas rekoil paru. Reseksi bedah (kasus-kasus tertentu).
Konsep Asuhan Keperawatan
Data Dasar Pengkajian Klien
Aktifitas/Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan, malaise
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat ataua respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda:
Peningkatan TD
Peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia.
Distensi vena leher (Penyakit berat).
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membrane mukosa :normal atau abu-abu/sianosis ; kuku tabuh dan sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukkan anemia.
Integritas Ego
Gejala :
Peningkatan factor resiko
Perubahan pola hidup.
Tanda:
Ansietas, ketakutan, peka terhadap ransangan.
Makanan/Cairan
Gejala :
Mua/muntah
Mapsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Penurunan BB menetap (emfisema), peningkatan BB menunjukkan edema (bronchitis).
Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat
Penurunan BB, penurunan massa otot/lemak subkutan (emfisema)
Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis).
Higine
Gejala :
Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
Pernafasan
Gejala :
Napas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja ; cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma); rasa dada tertekan, ketidak mampuan untuk bernafas (asma).
"Lapar udara" kronis
Batuk menetap dengan prosuksi sputum tiap hari (terutama pada saat bangun_ selama minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya dua tahun. Produksi sputum (hijau, puti, atau kuning) dapat banyak sekali (bronchitis kronis).
Episode batuk hilang-timbu, biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat menjadi produktif (emfisema).
Riwayat pneumonia berulang, terpapar polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok) atau debu/asap (misalnya asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji).
Faktor keluarga dan keturunan, misalnya defisiensi α-antitripsin (emfisema).
Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda :
Biasanya cepat dapat melambat ; fase ekspirasi memanjang dengan mendengkur. Nafas bibir (emfisema).
Lebih memilih posisi 3 titik ("tripot") untuk bernafas khususnya dengan eksaserbasi akut bronchitis kronis.
Penggunaan otot bantu pernafasan, misalnya meninggikan bahu, retraksi fosa supraklafikula, melebarkan hidung.
Dada; dapat terlihat hiperfentilasi dengan peninggian AP (bentuk-barrell) gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas ; mungkin redup dengan bunyi ekspirasi mengi (emfisema) ; menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis) ; ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tak adanya bunyi nafas (asma).
Perkusi ; hipersonan pada daerah paru (missal jebakan udara dengan emfisema) bunyi pekak pada area paru (missal konsolidasi, cairan, mukosa).
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari empat-lima kata sekaligus.
Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abu-abu keseluruhan; warna merah (bronchitis kronis
Keamanan
Gejala:
Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/factor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi
Kemerahan/berkeringat (asma)
Interaksi Sosial:
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kurang system pendukung
Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat.
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda:
Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernafasan.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga.
Seksualitas
Gejala :
Penurunan Libido
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
Penggunaan/penyalahgunaan obat pernafasan
Kesulitan menghentikan merokok
Penggunaan alcohol secara teratur
Kegagalan untuk membaik.
Prioritas Keperawatan
Mempertahankan potensi jalan nafas.
Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
Meningkatkan masukan nutrisi.
Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi.
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan.
Tujuan
Ventilasi/ oksigenasi adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Masukan nutrisi memenuhi kebutuhan kalori.
Bebas infeksi.
Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
Diagnosa Keperawatan:
Kebersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
Bronkospasme.
Peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental.
Penurunan energy/kelemahan.
Kemungkinan diakibatkan oleh:
Pernyataan kesulitan bernafas.
Perubahan kedalaman/kercepatan pernafasan, penggunaan otot aksesori.
Bunyi nafas tak normal, missal mengi, ronki, krekels.
Batuk (menetap) dengan/tanpa produksi sputum.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, missal batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri:
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, missal mengi,ronki, krekels Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, missal penyebaran, krekels basah (bronchitis) ; bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi nafas (asma berat).
Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau setelah stress/adanya infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.
Catat adanya derajat dispnea, missal keluhan "lapar udara", gelisah, ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu. Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di RS, misal reaksi alergi, infeksi.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misal peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan grafitasi. Namun, pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas. Sokongan tangan/kaki dengan meja bantal,dll dapat membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
Pertahankan posisi lingkungan minimum, misal; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut.
Dorongan/bantu latihan nafas abdomen atau bibir. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
Observasi karakteristik batuk, misal; menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk. Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khusunya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi, atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti makanan. Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi: Bronkodilator, misal β-agonis ; epinefrin, albuterol, terbutalin, isoetarin Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-obatan mungkin peroral, injeksi, atau inhalasi.
Xantin, misal ; aminofilin, oxtrifilin, teofilin. Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot/kegagalan pernafasan dengan meningkatkan kontraktilitas diafragma.
Kromoin, flunisolida Menurunkan inflamasi jalan napas lokaldan edema dengan menghambat efek histamine dan mediator lain.
Steroid oral, IV,dan inhalasi; metilprednisolon, deksametason, antihistamin seperti beklometason, triamsinolon. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamine, menurunkan berat dan frekuensi spasme jalan nafas, inflamasi pernafasan dan dispnea.
antimikrobial Banyak antimicrobial dapat diindikasikan untuk mengontrol infeksi pernafasan/pneumonia. Catatan: meskipun tak ada pneumonia tetapi dapat meningkatkan aliran udara dan memperbaiki hasil.
Analgesic, penekan batuk/antitusif misal; kodein, produk dextrometorfan. Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energy dan memungkinkan pasien istirahat.
Berikan humidifikasi tambahan, misal nebulizer ultranik, hudifier aerosol ruangan. Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa teba pada bronkus.
Bantu pengobatan pernafasan, misal IPPB, fisioterapi dada. Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.
Catatan: dapat meningkatkan spasme bronkus pada asma.
Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan : Pertukaran gas, kerusakan.
Berhubungan dengan :
Gangguan suplai Oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara).
Kerusakan alveoli.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Dispnea
Bingung, gelisah
Ketidakmampuan membuang sekret.
Nilai GDA tak normal (hipoksia, dan hiperkapnia).
Perubahan TTV.
Penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Hasil yang diharapkan:
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi.
Tindakan / intervensi: Rasional:
Mandiri:
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan berbicara/ berbincang. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kabutuhan/ toleransi individu. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kulit) atau sentral (terliht sekitar bibir, atau daun telinga), keabu-abuan dan diagnosis sentral mengidentifikasikan beratnya hipoksemia.
Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan. Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi tambahan. Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsilidasi. Adanya mengi mangidentifikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret.krekels basar menyebar menunjukkan cairan pada interstisial/ dekompensasi jantung.
Palpasi fremitus. Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/samnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktifitas pasien atau dorongan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahatdikursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktifitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu. Selama distress pernafasan berat/akut/ refraktori pasien sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan tahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningktkan rasa sehat.
Awasi tanda vital dan irama jantung. Takikardi, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi :
Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis, emfisema) dan PaCO2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien. Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
Berikan penekanan SSP (misal antisietas, sedative, atau narkotik) dengan hati-hati. Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah yang meningkatkan komsumsi oksigen/kebutuhan, eksaserbasi dispnea. Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas
Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventiasi mekanik, dan pindahkan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien. Terjadinya kegagalan nafas yang akan dating memerlukan upaya tindakan penyelamatan hidup.
3. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh.
Berhubungan dengan:
Dispnea
Kelemahan
Efek samping obat
Produksi sputum
Anoreksia, mual/muntah.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Penurunan BB
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk.
Kelemahan
Mengeluh gangguan sensasi pengecap
Keenggangan untuk makan, kurang tertarik pada makanan.
Hasil yang diharapkan:
Menunjukkan peningkatan BB menuju tujuan yang tepat.
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi BB dan ukuran tubuh. Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat. Selain itu, banyak pasien COPD mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat status hipermetabolik dengan peningkatan kabutuhan kalori. Sebagai akibat pasien sering masuk RS dengan beberapa derajat malnutrisi. Orang yang mengalami emfisema sering kurus dengan perototan yang kurang.
Auskultasi bunyi usus. Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. Rasa tak enak, baud an penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntahdengan peningkatan kesulitan nafas.
Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan dapat meningkatkan dispnea.
Hindari makanan yang sangat panas atau dingin. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
Timbang BB sesuai kondisi. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB, dan evaluasi adekuat rencana nutrisi.
Kolaborasi:
Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cernah, secara nutrisi seimbang, misal nutrisi tambahan oral/selang, nutrisi parenteral. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi.
Kaji pemeriksaan lab. Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi
Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi. Menurunkan dispnea dan meningkatkan enrgi untuk makan meningkatkan masukan.
4. Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap
Faktor resiko meliputi :
Tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan).
Proses penyakit kronis.
Malnutrisi.
Kemungkinan dibuktikan oleh: (tidak dapat diterapkan: adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnose aktual).
Hasil yang diharapkan :
Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu.
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan.
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Awasi suhu Deman dapat terjadi karena infeksi dan/ atau dehidrasi.
Kaji pentingnya latihan nafas,batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat. Aktivitas ini meningkatkan mobilitas dan pengeluaran sekret untuk menurunkan terjadinya infeksi paru-paru.
Observasi warna,bau, dan karakter sputum. Sekret berbau kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru-paru.
Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum. Tekankan cuci tangan yang benar, dan panggunaan sarung tangan bila memegang atau membuang tisu, wadah sputum. Mencegah penyebaran patugen melalui cairan.
Awasi pengunjung berikan masker sesuai indikasi. Menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksi (misal ISK).
Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Menurunkan komsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat. Malnutrisi dapat memngaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
Kolaborasi:
Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan kuman Gram, kultur/sensitivitas. Dilakukan untuk mengidentifikasi organism penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti microbial.
Berikan antimicrobial sesuai indikasi. Dapat diberikan untuk organism khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas, atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi.
5. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan (kebutuhan Belajar) mengenai Kondisi, Tindakan
Berhubungan dengan :
Kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.
Salah mengert tentang informasi.
Kurang mengingat/keterbatasan kognitif.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Pertanyaan tentang informasi.
Pernyataan masalah atau kesehatan konsep
Tidak akurat mengikuti instruksi.
Terjadinya komlikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan:
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dari tindakan.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab.
Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri:
Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit indivisu. Dorong pasien/orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
Instruksikan atau kuatkan rasional untuk latihan bernapas, batuk efektif, dan latihan kondisi umum. Nafas bibir dan nafas abdominal/diafragmatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan napas kecil, dan memberikan indivisu arti untuk mengontrol dispnea. Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot dan rasa sehat.
Diskusikan obat pernafasan, efek samping, dan reaksi yang tak diinginkan. Pasien ini sering mendapat obat pernapasan yang banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hamper sama dan potensial interaksi obat. Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu (obat dilanjutkan) dan efek samping meruikan (obat mungkin dihentikan)
Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler, seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhaler. Pemberian obat yang tepat meningkatkan penggunaan dan keefektifan.
System alat untuk mencatat obat intermiten/ penggunaan inhaler. Menurunkan resiko penggunaan tak tepat/kelebihan dosis dari obat kalo perlu, khususnya selama eksaserbasi akut, bila kognitif terganggu.
Anjurkan untuk menghinadri agen sedative antiansietas kecuali diresepkan diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. Meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu sedative, ini dapat menekan pernafasan dan melindungi mekanismme batuk.
Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, di mana dapat menimbulkan infeksi pada saluran nafas atas.
Diskusikan mengenai pentingnya menghindari seseorang dengan infeksi pernafasan aktif. Tekankan perlunya vaksinasi influenza/pnemokal rutin. Menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran napas atas.
Diskusikan faktor indivisu yang meningkatkan kondisi, misal udara terlalu kering, angin, lingkungan, dengan suhu ekstrem, serbuk, asap tembakau, seprei, aerosol, polusi udara. Dorong pasien/orang terdekat untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan sekitar rumah. Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan/iritasi brokinal menimbulkan peningkatan produksi sekret dan hambatan jalan nafas.
Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan rokok pada pasien dan/atau orang terdekat. Penghentian merokok dapat menghambat/ memperlambat kemajuan COPD.
Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan; cara menghemat energy selama aktivitas (misal menarik dan mendorong, duduk dan berdiri selama melaukukan tugas), menggunakan nafas bibir, posisi berbaring dan kemungkinan perlu oksigen tambahn selama aktivitas seksual. Mempunyai pengetahuan ini dapat memampukan pasien untuk mebuat pilihan atau keputusan informasi untuk menurunkan dispnea, memaksimalkan tingkat aktifitas, melakukan aktifitas yang diinginkan, dan mencegah komplikasi.
Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan medic, foto dada periodic, dan kultur sputum. Pengawasan proses penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan dapat dapat membantu mencegah komlikasi.
Kaji kebutuhan/dosis oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. Menurunkan resiko kesalahan penggunaan (terlalu kecil/banyak) dan komplikasi lanjut.
Anjurkan pasien/orang terdekat dalam penggunaan oksigen aman dan merujuk ke perusahaan penghasil sesuai indikasi. Pasien ini dan orang terdekatnya dapat mengalami ansietas, depresi, dan reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai dampak pada pola hidup mereka. Kelompok pendukung dan/kunjungan rumah mungkin diperlukan/diinginkan untuk memberikan bantuan, dukungan emosi, dan perawatan.
Rujuk untuk evaluasi perawatan di rumah bila diindikasikan. Berikan rencana perawatan detail dan pengkajian dasar fisik untuk perawatan di rumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan akut. Memberikan kelanjutan perawatan. Dapat membantu menurunkan frekuensi perawatan di RS.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik adalah panyakit paru yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin lama semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. COPD merujuk pada sebuah gangguan yang memngaruhi pergerakan udara dari dank e luar paru, gangguan ini berupa asma, bronchitis obstruktif, emfisema.
Faktor yang dapat ,menimbulkan COPD adalah kebiasaan merokok, polusi udara, paparan zat kimiawi, riwayat infeksi saluran nafas, dan genetika yaitu defisiensi alfa-1 atitripsin.
Tanda dan gejal dari penyakit COPD adalah batuk produktif, kronis yang membentuk sputum, terjadi dispnea, nafas pendek dan cepat, anoreksia, penurunan BB, takikardi, berkeringat, hipoksia, sesak dalam dada.
Komplikasi penyakit yang dapat terjadi pada COPD adalah Hypoxemia, Asidosisrespiratori, infeksi saluran nafs, gagal jantung, cardiac aritmia, dan status asmatikus.
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan terapi disertai pemberian antibiotic, fisioterapi dada sedangkan untuk jangka panjang berupa rehailitasi, pemberian mukolitik dan spektoran, serta latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
2. Saran
Semoga dari makalah ini kita sebagai calon tenaga medis yang nantinya turun berkecimpung dalam dunia medis dapat memiliki pemahaman mengenai apa itu penyakit COPD dan bagaimana cara menghadapinya, dan timbul niat dalam diri kita untuk senantiasa membiasakan pola hidup sehat seperti tidak merokok dan selalu menjaga kebersihan sehingga resiko terpapar COPD dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. A Krishna. "Penyakit paru paru kronik (COPD)". 22 September 2014. http://www.informasimedika.com/jenis-penyakit/sistem-pernafasan/penyakit-tbcLestari, Adriyani. "Makalah COPD". 22 September 2014. http://adriyanii.blogspot.com/2010/11/makalah-copd.html.
Marilynn E.Doenges, dkk. 2000. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Renaldy. "Makalah COPD/PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)". 22 September 2014. http://www.banjaristi.web.id/2011/07/makalah-copdppok-penyakit-paru.html.
Sylvia A.Price, dkk. 2003. PATOFISIOLOGI (konsep Klinis Proses-proses Penyaki).Jakarta : Buku Kedokteran EGC.


Download MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: