Oktober 08, 2016

Makalah Jamur

Judul: Makalah Jamur
Penulis: Zoya Agnesthika Rosa


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut penggolongannya, jamur termasuk fungi atau cendawan. Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil. Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit, jamur hidup pada sisa makhluk hidup yang telah mati, seperti di tumpukan sampah organik, tumbuhan, atau kotoran hewan. Sedangkan sebagai parasit, jamur hidup menempel pada organisme lain dan biasanya bersifat merugikan.
Reproduksi jamur dilakukan dengan dua cara, yaitu secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif biasanya dilakukan dengan membentuk spora, membelah diri, serta pembentukan kuncup. Sementara perkembangbiakan generatif dilakukan melalui pembentukan spora askus, konjugasi, dan menggunakan hifa yang akan menghasilkan zigospora.
Selain memiliki berbagai macam cara untuk berkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka macam jenis baik yang bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang bermanfaat, khususnya jamur konsumsi yang bisa dimakan atau dimanfaatkan sebagai obat.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
Apa pengertian jamur?
Apa sajakah klasifikasi jamur?
Apa sajakah keutungan dan kerugian jamur?
Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan penulisan makalah ini adalah :
Memenuhi tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Industri
Memahami definisi jamur
Mengetahui apa saja klasifikasi jamur
Mengetahui keuntungan serta kerugian adanya jamur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan mushroom, mush artinya tanaman (tumbuhan) dan room artinya rumah. Oleh karena itu, jamur merupakan tumbuhan rumah atau tumbuhan yang membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung. Jamur bersifat saprofit, yaitu hidup pada bahan-bahan organik yang telah mati.
Jamur adalah fungi dengan bentuk seperti payung dan pada bagian bawahnya berbentuk bilah yang merupakan bagian organ reproduksi untuk menghasilkan spora. Jamur dikatakan sebagai organisme heterotrof karena jamur tidak dapat bersintesis sendiri seperti tumbuhan hijau akibat tidak adanya klorofil dalam selnya, sehingga hidupnya tergantung pada organisme lain.
Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk hidup, jamur dipisahkan dalam kingdom nya tesendiri, ia tidak termasuk dalam kindom protista, monera, maupun plantae. Jamur merupakan organisme eukariotik dengan struktur tubuh jamur ada yang terdiri atas satu sel saja (uniseluler), contohnya ragi. Akan tetapi tubuh jamur juga tersusun atas banyak sel (multiseluler), contohnya Rhizopus dan Penicillium.
Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan. Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.
2.2 Klasifikasi Jamur
Jamur dibedakan menjadi 5 subdivisio, yaitu Chitridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
Divisi Chitridiomycota
Jamur kelompok ini disebut chitridiomycotina karena merupakan jamur paling primitif dan hasil reproduksi generatifnya berupa zoospora. Jamur ini sebelumnya diklasifikasikan ke dalam protista karena mempunyai flagella. Jamur ini menjadi penghubung antara fungi dengan protista dan eukariota lainnya. Chitrid dikelompokkan dalam klasifikasi fungi karena berdasarkan hasil penemuan terakhir menyatakan bahwa, urutan protein dan asam nukleatnya sama dengan fungi. Chitridiomycotina memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Dinding selnya tersusun atas kitin
Uniseluler dan multiseluler dengan hifa senositik
Menghasilkan zoospora berflagela
Mempunyai enzim ekstraseluler seperti fungi yang tidak dimiliki oleh jamur lender dan jamur api yang dikelompokkan pada protista.
Spesies representatif dari chitridiomycotina adalah Chytridium sp. Chytridium sp hidup di air sebagai saprofit utama, tetapi ada yang parasit pada protista.
Divisi Zygomycota
Divisi Zygomycota dikenal sebagai jamur zigospora. Zigospora merupakan bentuk spora seksual berdinding tebal. Ciri-ciri jamur Zygomycota :
Dinding selnya tersusun atas kitin
Hampir semua anggotanya hidup pada habitat darat
Kebanyakan hidup sebagai saprofit
Tubuh bersel banyak
Tidak menghasilkan spora berflagel
Reproduksi vegetatif dengan membentuk spora
Reproduksi generatif dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora.
Divisi Ascomycota
Jamur kelompok ini disebut Ascomycotina, karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askospora. Jamur yang termasuk subdivisio ascomycotina mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Dinding selnya tersusun atas zat kitin
Unisel dan multiseluler
Hifa bersekat, membentuk badan buah yang disebut ascokarp
Mengandung inti haploid
Memiliki keturunan diploid lebih singkat
Reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora
Reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang menghasilkan ascospora.
Divisi Basidiomycota
Jamur kelompok ini disebut basidiomycotina karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiospora. Jamur yang termasuk subdivisio Basidiomycotina mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Dinding selnya tersusun atas zat kitin
Multiseluler
Hifa bersekat, dibedakan hifa primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua)
Mengandung inti haploid
Memiliki keturunan diploid lebih singkat
Membentuk badan buah yang disebut basidiokarp
Reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiaspora
Reproduksi generatifnya dengan menghasilkan basidiospora.
Divisi Deuteromycota
Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti (jamur tidak sempurna) atau deuteromycotina karena belum diketahui cara reproduksi generatifnya. Jamur yang termasuk subdivisio Deuteromycotina mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Dinding selnya tersusun atas zat kitin
Multiseluler
Hifa bersekat, dibedakan hifa primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua)
Mengandung inti haploid
Memiliki keturunan diploid lebih singkat
Reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiaspora.
2.3 Keuntungan dan Kerugian Adanya Jamur
2.3.1 Keuntungan Adanya Jamur
Keuntungan yang diperoleh dari kehadiran jamur ialah perannya sebagai dekomposer. Berbagai material organik akan diuraikan menjadi nutrien-nutrien sederhana yang dibutuhkan kelopok produsen. Dengan demikian, bumi terhindar dari tumpukan sampah materi organik.
Kemampuan jamur dalam mengurai berbagai jenis substrat disebabkan jamur memiliki berbagai enzim ekstraseluler. Masing-masing jenis jamur dapat menghasilkan enzim yang sama atau yang berbeda-beda. Oleh karena itu, jamur melakukan kerja sama dengan jamur dari jenis lain sehingga proses penguraian dapat berlangsung secara efektif.
Berikut ini adalah beberapa jenis jamur beserta manfaatnya :
Rhizopus oryzae
Klasifikasi Rhizopus oryzae adalah sebagai berikut:
Kingdom: Fungi
Divisio: Zygomycota
Class: Zygomycetes
Ordo: Mucorales
Familia: Mucoraceae
Genus: Rhizopus
Species: Rhizopus oryzae
Sifat-sifat jamur Rhizopus oryzae di antaranya :
koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu
hifa tidak bersekat (senositik)
hidup sebagai saprotrof, yaitu dengan menguraikan senyawa organik
stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan
sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora)
rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora
sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak
kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar
spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder
suhu optimal untuk pertumbuhan 350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C.
Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba heterofermentatif. Reproduksi aseksual jamur Rhizopus oryzae dilakukan dengan cara membentuk sporangium yang di dalamnya terdapat sporangiospora. Pada Rhizopus oryzae terdapat stolon, yaitu hifa yang terletak di antara dua kumpulan sporangiofor (tangkai sporangium). Reproduksi secara seksual dilakukan dengan fusi hifa (+) dan hifa (-) membentuk progamentangium. Progamentangium akan membentuk gametangium. Setelah terbentuk gamentangium, akan terjadi penyatuan plasma yang disebut plasmogami. Hasil peleburan plasma akan membentuk cigit yang kemudian tumbuh menjadi zigospora. Zigospora yang telah tumbuh akan melakukan penyatuan inti yang disebut kariogami dan akhirnya berkembang menjadi sporangium kecambah. Di dalamsporangium kecambah setelah meiosis akan terbentuk spora (+) dan spora (-) yang masing-masing akan tumbuh menjadi hifa (+) dan hifa (-).
Peran Rhizopus oryzae sebagai Bahan Pangan
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Pada tempe jamur Rhizopus oryzae mengalami fermentasi. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan. Persamaan Reaksi Kimia:
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi. Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
Selama proses pembuatan tempe terjadi perubahan materi, yaitu perubahan fisika dan kimia. Perubahan fisika ditandai dengan perubahan wujud atau fase zat yang umumnya bersifat sementara dan struktur molekulnya tetap. Sedangkan perubahan kimia adalah perubahan materi yang menghasilkan zat yang jenisnya baru. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia.Adanya perubahan suhu, yaitu selama proses inkubasi tempe . Perubahan kimia yang terjadi pada proses pembuatan tempe adalah pada saat inkubasi. Pada saat itu terjadilah reaksi fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Rhizopus sp menghasilkan energi. Energi tersebut sebagian ada yang dilepaskan oleh jamur Rhizopus sp sebagai energi panas. Energi panas itulah yang menyebabkan perubahan suhu selama proses inkubasi tempe. Selain terjadi perubahan suhu, selama proses inkubasi tempe juga terjadi perubahan warna, dan munculnya titik- titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam plastik pembungkus tempe.
Pada awal pengamatan, kedelai pada tempe seperti berselimut kapas yang putih. Tetapi dengan bertambahnya masa inkubasi, mulai muncul warna hitam pada permukaan. Perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi kimia pada proses inkubasi. Jamur Rhizopus sp tergolong makhluk hidup. Oleh karena itu ia juga melakukan respirasi. Respirasi merupakan reaksi kimia atau perubahan kimia. Salah satu zat yang dilepaskan dari peristiwa respirasi adalah gas karbondioksida dan uap air. Uap air itulah yang menyebabkan permukaan dalam plastik pembungkus tempe basah oleh titik-titik air. Sebuah reaksi kimia tidak selalu menunjukkan seluruh ciri reaksi tersebut. Terkadang, reaksi tersebut hanya menunjukkan salah satu atau beberapa ciri saja.
Fermentasi merupakan tahap terpenting dalam proses pembuatan tempe. Menurut hasil penelitian pada tahap fermentasi terjadi penguraian karbohidrat, lemak, protein dan senyawa-senyawa lain dalam kedelai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga mudah dimafaatkan tubuh. Pada proses fermentasi kedelai menjadi tempe terjadi aktivitas enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik, yang diproduksi oleh kapang Rhizopus sp. Pada proses pembuatan tempe, sedikitnya terdapat empat genus rhizopus yang dapat digunakan. Rhizopus oligosporus merupakan genus utama, kemudian Rhizopus oryzae merupakan genus lainnya yang digunakan pada pembuatan tempe Indonesia.
Produsen tempe di Indonesia tidak menggunakan inokulum berupa biakan murni kapang Rhizopus sp., namun menggunakan inokulum dalam bentuk bubuk yang disebut laru atau inokulum biakan kapang pada daun waru yang disebut usar.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe yaitu :
Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
Uap air
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27⁰C). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
Keaktifan Laru
Laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena itu pada pembuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan. Untuk membeuat tempe dibutuhkan inokulum atau laru tempe atau ragi tempe. Laru tempe dapat dijumpai dalam berbagai bentuk misalnya bentuk tepung atau yang menempel pada daun waru dan dikenal dengan nama Usar. Laru dalam bentuk tepung dibuat dengan cara menumbuhkan spora kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk. Bahan yang akan digunakan untuk sporulasi dapat bermacam-macam seperti tepung terigu, beras, jagung, atau umbi-umbian. Berdasarkan atas tingkat kemurniannya, inokulum atau laru tempe dapat dibedakan atas: inokulum murni tunggal, inokulum campuran, dan inokulum murni campuran. Adapun perbedaannya adalah pada jenis dan banyaknya mikroba yang terdapat dan berperan dalam laru tersebut. Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempe adalah kapang jenis Rhizopus oligosporus, atau kapang dari jenis Rhizopus oryzae.
Rhizopus oryzae sebagai Starter
Jamur sering digunakan sebagai starter dalam pembuatan berbagai jenis keju.  Agar tumbuh pada susu, kultur starter harus mampu untuk memfermentasikan laktosa, menghasilkan asam amino dari proses proteolisis. Peran utama jamur dalam pembuatan keju adalah mempertajam cita rasa dan aroma, serta sedikit memodifikasi penampakan tekstur tahu keju.
Penicillium notatum
Penicillium notatum merupakan salah satu fungi (jamur) yang berasal dari kelas Deuteromycetes. Secara umum Penicillium dapat tumbuh di mana-mana di alam, beberapa diantaranya dapat menyebabkan pembusukan atau kerusakan lain pada buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan rumput-rumputan. Jamur ini berbeda dengan Aspergillus terutama pada pendukung konidianya. Pada Penicillium terdapat pendukung konidia yang bercabang-cabang, tersusun sedemikian rupa sehingga bentuknya seperti susunan sapu lidi. Cabang-cabang kecil dari pendukung konidia disebut sterigma. Ditinjau dari segi ekonomi, Penicillium juga penting artinya bagi kehidupan manusia karena banyak digunakan dalam praktek, misalnyaPenicillium regouforti dan Penicillium camemberti yang dapat meningkatkan mutu keju. Penicillium banyak terdapat pada bahan-bahan organik dan sebagai saprofit, misalnya sebagai berikut :
Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum penghasil zat antibiotik.
Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti, dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas keju.
Penicillium bilaiae , yang merupakan inokulan pertanian.
Penicillium candidum , yang digunakan dalam membuat Brie dan Camembert. Telah dikurangi menjadi sinonim dengan Penicillium camemberti.
Jamur juga berguna dalam industri susu. Enzim katalase, protease, dan lactase yang berasal dari kedua jenis mikroba itu dapat mengurangi residu H2O2 dari susu (rangkaian dari sterilisasi susu dengan H2O2). Dengan adanya enzim itu, produk-produk seperti konsentrat susu segar, konsentrat whey (air dadih), dan es krim dapat tercipta. Enzim pektinase yang berasal dari jamur juga dapat dimanfaatkan dalam industri jus buah dalam kemasan. Dengan adanya enzim itu, jus buah kemasan dapat tercegah dari kekeruhan dan pengentalan.
Selain dalam industri makanan, mikroba juga berperan dalam industri farmasi atau obat-obatan, seperti pembuatan antibiotik. Antibiotik penisilin yang berasal dari jamur Penicilium notatum yang ditemukan oleh Alexander Fleming telah membuka mata dunia tentang manfaat mikroba.
Antibiotik diproduksi dengan cara bioproses. Mikroba yang terkandung akan diberikan kondisi optimum untuk produksi antibiotik dalam jumlah besar. Antibiotik yang tercipta mampu menyelamatkan berjuta-juta nyawa manusia dari serangan bakteri patogen. Namun, pemberian antibiotik harus hati-hati. Pasalnya, jika asupan antibiotik kurang tepat maka bakteri patogen justru akan menjadi lebih ganas.
Penicillium notatum sebagai penghasil antibiotik penisilin
Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal. Pada tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu Penisilin yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan Penisilin lebih banyak. Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin alam dan Penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia Penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin. Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga Penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang aktivitasnya bila dipengaruhi enzim Betalaktamase (Penisilinase) yang memecah cincin Betalaktam.
Penisilin menghambat pembentukan Mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik (menghambat perkembangan).
Penemu Penisilin
Sir Alexander Fleming adalah orang yang dikenal sebagai penemu penisilin(antibiotik untuk melawan bakteri). Lahir di daerah pertanian Lochfield dekat Darvel, Skotlandia. Dia adalah anak ketiga dari empat orang bersaudara dan mempunyai empat orang saudara tiri lagi. Fleming bersekolah di Loudoun Moor School dan Darvel School, kemudian selama dua tahun dia bersekolah di Kilmarnock Academy. Setelah bekerja di kantor jasa pengiriman selama empat tahun, Fleming yang berumur 20 tahun saat itu mewarisi sebagian harta dari pamannya. Kakak Fleming yang waktu itu adalah seorang dokter menyarankan agar adiknya mengikuti jejak karirnya, sehingga pada tahun 1901 Alexander Fleming kemudian mendaftarkan diri di Rumah Sakit St. Mary's, London. Dia kemudian mendapatkan kualifikasi khusus untuk bersekolah di tahun 1906 dengan pilihan menjadi ahli bedah.
Alexander Fleming terkenal karena dia merupakan ahli peneliti yang sangat pandai, tetapi ceroboh dan laboratoriumnya sering terlihat berantakan. Tahun 1928, setelah pulang dari liburan panjang, Fleming teringat akan bakteri-bakteri di piringan laboratorium yang lupa ia simpan dengan baik, dan telah terkontaminasi dengan sejenis jamur. Beberapa piring laboratorium yang berisikan bakteri di buang, tetapi kemudian Fleming memperhatikan bahwa perkembangan bakteri pada daerah yang terkontaminasi oleh jamur tersebut menjadi terhambat. Fleming kemudian mengambil sampel contoh dari jamur tersebut dan menelitinya, dia menemukan bahwa jamur tersebut berasal dari genus Penicillium. Inilah sebabnya mengapa obat tersebut bernama penicillin atau penisilin (Indonesia).
Penemuan Fleming pada September 1928 menandai abad baru dalam dunia antibiotik modern. Fleming juga menemukan bahwa bakteri sendiri dapat mengembangkan resistansi dan daya tahan terhadap penisilin apabila penisilin yang digunakan sebagai antibiotik terlalu sedikit dan digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
Karena penisilin waktu itu sangat sukar untuk dikembangkan, Fleming putus asa untuk mengembangkan antibiotik tersebut. Segera setelah Fleming tidak lagi mengembangkan penisilin, Howard Florey dan Ernst Chain mengambil alih pengembangan tersebut dan melakukan produksi besar-besaran dengan bantuan dana dari pemerintah Amerika dan Inggris. Norman Heatley menyarankan bahwa dengan mentransfer bahan aktif penisilin kembali ke air dan mengubah tingkat asam-nya, akan cukup untuk memproduksi obat-obatan yang dapat dipakai untuk percobaan pada binatang.
Aspergillus niger
Klasifikasi Aspergillus niger adalah sebagai berikut :
Domain : Eukaryota
Kingdom: Fungi
Divisio: Ascomycota
Class: Eurotiomycetes
Ordo: Eurotiales
Familia: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Species: Aspergillus niger
Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari Aspergillus niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur.
Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C, dengan suhu minimum 6-8 °C, dan suhu maksimum 45-47 °C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.
Metabolisme
Dalam metabolismenya Aspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena itu Aspergillus niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase. Selain itu, Aspergillus niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan.
Aspergillus niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-glaktosidase. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel.
2.3.2 Kerugian Adanya Jamur
Kemampuan jamur dalam mengurai berbagai jenis substrat atau bersifat dekomposer tersebut dapat membawa masalah bila jamur tumbuh kemudian menyerang produk-produk industri. Kapang penghasil enzim selulase dapat merugikan pada industri kayu, kertas, atau tekstil. Masih banyak kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya jamur. Berikut beberapa jamur yang menimbulkan kerugian :
Aspergillus flavus
Super kingdom: Eukaryota
Kingdom: Fungi
Phylum: Ascomycota
Classis: Eurotiomycetes
Ordo: Eurotiales
Familia: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Spesies: Aspergillus flavus
Kapang dari genus Aspergillus menyebar luas secara geografis dan bisa bersifat menguntungkan maupun merugikan bergantung pada spesies kapang  tersebut dan substrat yang digunakan. Aspergillus memerlukan temperatur yang lebih tinggi, tetapi mampu beradaptasi pada aw (water activity) yang lebih rendah dan mampu berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan Penicillium. Genus ini,sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan intensitas cahaya yang lebih untuk membentuk spora, tetapi mampu memproduksi spora yang lebih banyak sekaligus lebih tahan terhadap bahan-bahan kimia. Hampir semua anggota dari genus Aspergillus secara alami dapat ditemukan di tanah dimana kapang dari genus tersebut berkontribusi dalam degradasi substrat anorganik. Spesies Aspergillus dalam industrisecara umum digunakan dalam produksi enzim dan asam organik, ekspresi proteinasing serta fermentasi pangan.
Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit di tanah yang umumnya memainkan peranan penting sebagai pendaurulang nutrisi yang terdapat dalam sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Kapang tersebut juga ditemukan pada biji-bijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis selain menyerang segala jenis substrat   organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk pertumbuhannya terpenuhi.  Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang tinggi. Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta, miselia bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki sel, sterigmata sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna, konidia berbentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam.
Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang (400-800 μm) dan relatif kasar, bentuk  kepala konidial bervariasi dari bentuk kolom, radial, dan bentuk bola, hifa berseptum, dan koloni kompak. Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari. Kapang ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi kuningkehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak berwarna,sedangkan koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua. Aspergillus flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi konidia yang dapat tersebar melalui udara dengan mudah maupun melalui serangga. Komposisi atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kapang dengan kelembaban sebagai variabel yang paling penting. Tingkat penyebaran Aspergillus flavus yang tinggi juga disebabkan oleh kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga kapang tersebut dapat dengan mudah mengalahkan organisme lain dalam mengambil substrat dalam tanah maupun tanaman. Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus merupakan bagian grup Aspergillus yang sudah sangat dikenal karena peranannya sebagai patogen pada tanaman dan kemampuannya untuk menghasilkan aflatoksin pada tanaman yang terinfeksi. Kedua spesies tersebut merupakan produsen toksin paling penting dalam grup Aspergillus flavus yang mengkontaminasi produk agrikultur. Aspergillus flavus danAspergillus parasiticus mampu mengakumulasi aflatoksin pada berbagai produk pangan meskipun tipe toksin yang dihasilkan berbeda.
Secara umum perkembangbiakan dari divisi ascomycotina terdapat dua cara yaitu secara vegetatif dan secara generatif.  Secara vegetatif, dengan kalmidospora (spora berdinding tebal), fragmentasi (pemisahan sebagian cabang dari miselium yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru), tunas/kuncup (budding) yaitu pada Saccharomyces. Secara generatif, dengan menghasilkan spora yang dibentuk di dalam askus. Askus-askus itu berkumpul dalam badan yang disebut askokarp.
Aspergillus flavus merupakan kapang yang menghasilkan toksin atau racun berupa aflatoksin. Aflatoksin adalah senyawa racun/toksin yang dihasilkan oleh metabolit sekunder kapang/jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Aflatoksin merupakan segolongan mikotoksin (racun/toksin yang berasal dari fungi/kapang/jamur)yang sangat mematikan dan karsinogenik (pemicu kanker) bagi manusia dan hewan. Tingginya kandungan aflatoksin pada makanan/pakan akan berbuntut keracunan dan berakibat kematian.
Kapang ini biasanya ditemukan pada bahan pangan/pakan yang mengalami proses pelapukan antara biji kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dan bunga matahari), rempah-rempah (seperti ketumbar, lada, jahe, serta kunyit) dan serealia (seperti padi, gandum, sorgum dan jagung). Pertumbuhan aflatoksin dipacu oleh kondisi lingkungan dan iklim, seperti kelembapan, suhu, dan curah hujan yang tinggi. Kondisi seperti itu biasanya ditemui di negara tropis seperti Indonesia. Senyawa aflatoksin terdiri atas beberapa jenis, yaitu B1, B2, Gl, dan G2, namun yang paling dominan dan mempunyai sifat racun yang tinggi dan berbahaya adalah aflatoksin B1. Aflatoksin dapat mencemari kacang tanah, jagung, dan hasil olahannya, serta pakan ternak. Hewan ternak yang mengonsumsi pakan tercemar aflatoksin akan meninggalkan residu aflatoksin dan metabolitnya pada produk ternak seperti daging, telur, dan susu. Hal tersebut menjadi salah satu sumber paparan aflatoksin pada manusia.
Histoplasma capsulatum
Taksonomi jamur Histoplasma capsulatum adalah sebagai berikut.
Kingdom: Fungi
Phylum: Ascomycota
Subphylum: Ascomycotina
Class: Ascomycetes
Orde: Onygenales
Family: Onygenaceae
Genus: Ajellomyces (Histoplasma)
Species: Histoplasma capsulatum
Jamur Histoplasma capsulatum merupakan jamur yang bersifat dimorfik bergantung suhu. Pada suhu 35 – 37oC jamur ini membentuk koloni ragi sedangkan pada suhu lebih rendah/suhu kamar (25 – 30 oC) membentuk koloni filamen (kapang) berwarna coklat tetapi gambarannya bervariasi. Banyak isolat tumbuh lambat dan spesimen memerlukan inkubasi selama 4 - 12 minggu sebelum terbentuk koloni.   Hialin hifa bersepta menghasilkan mikrokonidia (2 – 5 µm) dan makrokonidia berdinding tebal berbentuk sferis yang besar dengan penonjolan materi dinding sel pada daerah perifer (8 – 16 µm).
Dalam jaringan atau in vitro pada medium kaya pada suhu 37 oC, hifa dan konidia berubah menjadi sel ragi kecil, oval (2 x 4 µm). Dalam jaringan, merupakan parasit intraseluler fakultatif. Di laboratorium, dengan strain perkawinan yang tepat, siklus seksual dapat diperlihatkan, menghasilkan Ajellomyces capsulatus, suatu telomorf yang menghasilkan askospora.
Fungi ini termasuk fungi dimorfik. Fungi dimorfik adalah fungi yang dapat memiliki dua bentuk, yaitu kapang dan ragi. Fungi ini termasuk kedalam Ascomycota parasit yang dapat menghasilkan spora askus (spora hasil reproduksi seksual). Jamur ini berkembang biak secara seksual dengan hifa yang bercabang-cabang ada yang berkembang menjadi askogonium (alat reproduksi betina) dan anteridium (alat reproduksi jantan), dari askegonium akan tumbuh saluran untuk menghubungkan keduanya yang disebut saluran trikogin. Dari saluran inilah inti sel dari anteridium berpindah ke askogonium dan berpasangan. Kemudian masuk ke askogonium dan membelah secara mitosis sambil terus tumbuh cabang yang dibungkus oleh miselium dimana terdapat 2 inti pada ujung-ujung hifa. Dua inti itu akan membelah secara meiosis membentuk 8 spora dan disebut spora askus yang akan menyebar, jika jatuh di tempat yang sesuai maka akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru, demikian seterusnya.
Histoplasmosis adalah infeksi oportunistik (IO) yang umum pada orang HIV-positif. Infeksi ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini berkembang dalam tanah yang tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan unggas, sehingga ditemukan dalam di kandang burung/unggas dan gua. Infeksi menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat napas, dan tidak dapat menular dari orang yang terinfeksi. Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak, biasanya dengan jumlah CD4 di bawah 150. Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit, dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain. Histoplasmosis adalah penyakit yang didefinisi AIDS
Identifikasi Jamur Histoplasma capsulatum
Spesimen
Spesimen biakan termasuk sputum, urine, kerokan dari lesi superficial, aspirat sumsum tulang dan sel darah buffy coat. Preparat darah, preparat sumsum tulang, dan specimen biopsy dapat diperiksa secara mikroskopik. Pada histoplasmosis diseminata, biakan sumsum tulang sering positif.
Pemeriksaan Mikroskopik
Sel ovoid kecil dapat diamati dalam makrofag pada potongan histology yang diwarnai dengan pewarnaan fungi (missal, perak metenamin Gomori, Schiff-asam periodic atau calcofluor white) atau pada apusan sumsum tulang atau darah yang diwarnai Giemsa.
Biakan
Spesimen biakan dalam medium yang kaya, seperti agar darah glukosa sistein pada suhu 37 oC dan agar Sabouraud atau agar kapang inhibitorik pada suhu 25 – 30 oC. Pada plat agar darah (37oC), berupa koloni berkeriput, seperti adonan. Pada saboroud dextrose agar (25oC), tumbuh dengan koloni putih, seperti kapas yang dapat berubah kuning atau coklat sesuai penuaan.
Serologi
Uji Compelment Fixation (CF) untuk antibody terhadap histoplasmin atau sel ragi menjadi positif dalam 2 – 5 minggu setelah infeksi. Titer CF meningkat selama penyakit progresif kemudian turun sampai kadar sangat rendah ketika penyakit tidak aktif. Titer yang lebih besar atau sama dengan 1 : 32 merupakan petunjuk kuat adanya infeksi, titer 1 : 8 atau 1 : 16 merupakan isyarat adanya infeksi. Peningkatan titer empat kali lipat atau lebih antara serum akut dan konvalesen merupakan bukti infeksi yang meyakinkan.
Uji Kulit
Uji kulit histoplasmin menjadi positif segera setelah infkesi tetap positif selama bertahun-tahun. Uji tersebut dapat menjadi negatif pada histoplasmosis diseminata progresif. Uji kulit berulang merangsang antibodi serum pada individu yang sensitif, yang menganggu interpretasi diagnostik uji serologi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berikut beberapa kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :
Jamur adalah fungi dengan bentuk seperti payung dan pada bagian bawahnya berbentuk bilah yang merupakan bagian organ reproduksi untuk menghasilkan spora.
Jamur dikatakan sebagai organisme heterotrof karena jamur tidak dapat bersintesis sendiri seperti tumbuhan hijau akibat tidak adanya klorofil dalam selnya, sehingga hidupnya tergantung pada organisme lain.
Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanan. Setelah itu, disimpan dalam bentuk glikogen.
Jamur dibedakan menjadi 5 subdivisio, yaitu
Divisi Chitridiomycota
Divisi Zygomycota
Divisi Ascomycota
Divisi Basidiomycota
Divisi Deuteromycota.
Keuntungan yang diperoleh dari kehadiran jamur ialah perannya sebagai dekomposer. Berbagai material organik akan diuraikan menjadi nutrien-nutrien sederhana yang dibutuhkan kelopok produsen.
Jenis-jenis jamur yang menguntungkan di antaranya :
Rhizopus oryzae, bermanfaat dalam fermentasi kedelai menjadi tempe
Penicillium notatum, bermanfaat dalam produksi antibiotik penisilin
Aspergillus niger, bermanfaat dalam produksi asam nitrat (pengawet makanan) dan produksi enzim amiloglukosidase
Jenis-jenis jamur yang merugikan di antaranya :
Aspergillus flavus, dapat mengkontaminasi kacang-kacangan dan menghasilkan racun aflatoksin.
Histoplasma capsulatum, menyebabkan infeksi sistemik pada paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Pratiwi, D. A. Maryati, dkk. 2006. Biologi Jilid . Jakarta : Erlangga.
R., Gunawan Susilowarno. 2010. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta : Grasindo.
Saktiyono. 2004. IPA Biologi Jilid 1. Jakarta : esis.
Setiawati, dkk. 2005. Biologi Interaktif. Bandung : AZKA.
Syam Kumaji. (2012). Histoplasma capsulatum. [Online]. Tersedia : http://mikrounhas.blogspot.com/2012/11/histoplasma-capsulatum.html. [22 september 2014]
Wulandari. (2012). Morfologi dan Klasifikasi Rhizopus oryzae. [Online]. Tersedia : http://landariwulan.blogspot.com/2012/08/rhizopus-oryzae.html. [21 september 2014]


Download Makalah Jamur.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca Makalah Jamur. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: