Oktober 24, 2016

Makalah Analsisis Laporan Keuangan PT VALE INDONESIA

Judul: Makalah Analsisis Laporan Keuangan PT VALE INDONESIA
Penulis: Ayu Tamrin


Makalah Analsisis Laporan Keuangan
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT VALE INDONESIA Tbk

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
HENDRIK YULIUS WETO
FACHRUNNISA
WIDYASTUTI
KAMRIDA GUSTIYANTI
AYU FADLIAH TAMRIN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI MANAJERIAL
JURUSAN AKUNTANSI
PLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG2014
RINGKASAN EKSEKUTIF
laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan mengenai kondisi keuangan suatu organisasi yang menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Mekanisme penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan telah diatur dalam sebuah standar yang disebut Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau di Indonesia disebut sebagai Standar Akuntan Keuangan (SAK).Tujuan laporan keuangan dianalisa untuk mengetahui apa arti dari angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut sehingga bermanfaat bagi para penggunanya. Selain itu, dengan menganalisis laporan keuangan dapat diketahui prestasi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dan hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.Sehubung hal ini, dalam laporan kami menggunakan data Laporan Keuangan PT Vale Indonesia Tbk yaitu Tahun 2012 dan Tahun 2013 yang dimana terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, serta beberapa dari catatan atas laporan keuangan.
Dari data laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk kami akan dilakukan beberapa analisis yaitu analisis bisnis, analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas, analisis arus kas, analisis risiko serta analisis kebangkrutan PT Vale Indonesia Tbk.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah "Analisis Laporan Keuangan pada PT Vale Indonesia Tbk" dimana sebagai tugas kuliah dari Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan di bawah bimbingan Dr. Bahri, S.E., M.Si.
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari kerja sama dan ketekunan penulis untuk mengumpulkan sumber informasi yang terkait Analisis Laporan Keuangan dan mealakukan analisis secara teoritis berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk.
Terima kasih kepada pihak dosen yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam memberikan pemahaman mengenai pembuatan makalah yang baik. Terima kasih pula sebanyak-banyanya kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan motivasi sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga makalah ini dapat dikembangkan menjadi lebih luas lagi dan mengoreksi setiap kesalahan yang ada sesuai dengan teori akuntansi yang berlaku secara umum, maupun dengan munculnya teori baru dalam lingkungan akuntansi yang ada di indonesia maupun yang berlaku secara global.
Makassar, 22 Mei 2014

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................i
RINGKASAN EKSEKUTIF.....................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................ivDAFTAR TABEL......................................................................................vDAFTAR GAMBAR..................................................................................viDAFTAR LAMPIRAN............................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
BAB II ANALISIS BISNIS
BAB III ANALISIS LIKUIDITAS
BAB IV ANALISIS SOLVABILITAS
BAB V ANALISIS PROFITABILITAS
BAB VI ANALISIS ARUS KAS
BAB VII ANALISIS RISIKO
BAB VIII ANALISIS KEBANGKRUTAN
PENUTUP..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
LAMPIRAN (LAPORAN KEUANGAN PT VALE INDONESIA Tbk)

DAFTAR TABEL
GambarHalaman
Rasio Aktiva lancar, kewajiban lancar, dan penghitungan
rasio lancar............................................................................................21
Rasio Aktiva lancar, persediaan, kewajiban lancar, dan penghitungan
rasio cepat............................................................................................23
Rasio Kas, setara kas, investasi surat berharga jangka pendek dan
penghitungan rasio kas.......................................................................24
Kas, setara kas, investasi surat berharga jangka pendek, arus kas dari kegiatan operasi dan penghitungan rasio likuiditas arus kas.................25
Analisis horizontal rasio-rasio likuiditas PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk.........................................................................................26
Analisis vertikal rasio-rasio likuiditas PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk........................................................................................27
Analisis pendapatan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.......................64
Analisis hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha...............66
Analisis hubungan antara pendapatan dengan persediaan ...................66
Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotor ..........................68
Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba
operasi PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ..........................................69
`Penghitungan dan analisis return on assets (ROA)..............................69
Penghitungan dan analisis ROA atau ROI...........................................70
Penghitungan dan analisis atas ROCE atau ROE.................................71
Penghitungan dan analisis cash return on assets (CROA).....................72
Ananlisis arus kas operasi .....................................................................75
Ananlisis arus kas investasi..................................................................78
Ananlisis Arus Kas Pendanaan.............................................................80
Ananlisis Arus Kas Komprehensif........................................................82
Perhitungan rasio laba bersih sebelum depresiasi, deplesi,
dan amortisasi terhadap total kewajiban..............................................88
Perhitungan rasio laba bersih terhadap total aktiva...............................89
Perhitungan rasio total utang terhadap total aktiva................................89
Perhitungan rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva.................90
Perhitungan rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar..................91
Perhitungan rasio kas, surat-surat berharga, piutang usaha
terhadap beban-beban operasi tidak termasuk depresiasi,
deplesi, dan amortisasi...........................................................................91
Perhitungan rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva.................92
Perhitungan rasio laba ditahan terhadap total aktiva...........................93
Perhitungan rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva..93
Perhitungan rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku kewajiban....94
Perhitungan rasio penjualan terhadap total aktiva.................................94
Perhitungan Z-score prediksi kebangkrutan PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk ..........................................................................................95
Perhitungan SIZE PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ........................95
Perhitungan TLTA PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ...........................96
Perhitungan WCTA PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ........................96
Perhitungan CLCA PT Nippon Indosari Corpindo Tbk .......................96
Perhitungan NITA PT Nippon Indosari Corpindo Tbk .......................96
Perhitungan FUTL PT Nippon Indosari Corpindo Tbk .......................97
Perhitungan CHIN PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ........................98
Perhitungan fungsi multivariat Model Ohlson PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk Corpindo .......................................................................98

DAFTAR GAMBAR
Analisis common-size pendapatan PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk tahun 2010......................................................................64
Analisis common-size pendapatan PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk tahun 2011......................................................................65
Analisis common-size pendapatan PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk tahun 2012......................................................................65
Analisis Common-size Arus Kas Masuk Operasi Tahun 2010.............76
Analisis Common-size Arus Kas Masuk Operasi Tahun 2011..............76
Analisis Common-size Arus Kas Masuk Operasi Tahun 2012..............76
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Operasi Tahun 2010..............77
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Operasi Tahun 2011.............77
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Operasi Tahun 2012
Analisis Common-size Arus Kas Masuk Investasi Tahun
2010 dan Tahun 2011...........................................................................77
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Investasi Tahun 2010............79
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Investasi Tahun 2011.............79
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Investasi Tahun 2012...........79
Analisis Common-size Arus Kas Masuk Pendanaan Tahun 2010.........79
Analisis Common-size Arus Kas Masuk Pendanaan
Tahun 2011 dan 2012...........................................................................81
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Pendanaan Tahun 2010.........81
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Pendanaan Tahun 2011..........81
Analisis Common-size Arus Kas Keluar Pendanaan Tahun 2012..........82
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang. Analisis laporan keuangan dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antar unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun dan untuk mengetahui arah perkembangannya.Dalam menganalisis posisi keuangan dan tingkatpertumbuhan perusahaan , faktor yang paling diperhatikan adalah :
Likuiditasyang menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu, pertama kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur) disebut dengan likuiditas badan usaha, kedua kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses produksi (intern perusahaan) disebut dengan likuidasi perusahaan .
Solvabilitas yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Likuiditas, solvabilitas, serta profitabilitas dapat diketahui dengan cara menganalisa dan menginterpretasikan laporan keuangan dengan menggunakan metode atau teknik analisa yang tepat/sesuai dengan tujuan analisa. Dari hasil analisa akan diperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah kinerja keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan.
Gambaran Umum Perusahaan
PT. Vale Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia. PT Vale Indonesia Tbk, ("Perseroan") didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dengan akta No. 49 tanggal 25 Juli 1968.
Sebelumnya nama perusahaan ini adalah PT. International Nickel Indonesia tetapi, pada tanggal 27 September 2011, Perseroan menyelenggarakan RUPSLB yang menyetujui perubahan Anggaran Dasar Perseroan untuk mengubah nama Perseroan dari PT International Nickel Indonesia Tbk menjadi PT Vale Indonesia Tbk. Selain dari persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia perubahan nama ini juga telah memperoleh persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ("KESDM"), Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sesuai dengan suratnya No. 3752/87/DJB/2011 tanggal 1 Nopember 2011 dan persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal sesuai dengan suratnya No.3022/A.8/2011 tanggal 1 Desember 2011. Perubahan nama ini sejalan dengan evolusi perseroan untuk lebih selaras dengan aktivitas
Nama PT Vale Indonesia Tbk (Vale) di telinga masyarakat awam mungkin masih terasa asing. Tetapi, kiprah perusahaan pertambangan yang berkantor pusat di Brasil ini cukup dikenal di Industri pertambangan global.Di Indonesia, Vale memproduksi nikel dalam matte, yang merupakan produk antara bijih lateratik pada fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu di dekat Sorowako di Sulawesi. Memang, sejak didirikan pada juli 1968, Vale beroperasi di bawah perjanjian kontrak karya dengan Pemerintah Indonesia untuk mengekplorasi, menambah, mmengolah dan memproduksi nikel.
Luas areal kontrak karya secara keseluruhan yang dikantongi Vale mencapai 190.510 hektar. Tidak heran jika Vale menjadi salah satu perusahaan pertambangan yang berpengaruh di Indonesia.
Pada Triwulan pertama 2013, Vale berhasil mencatat laba sebesar USD31,5 juta. Tahun ini, Vale menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar USD216 juta setara Rp2,1 triliun.
Untuk meningkatkan performa perusahaan, Vale memutuskan meningkatkan kapasitas nominal tanur dari 75 mega watt (MW) menjadi 90 MW, setelah memastikan pasokan listrik sudah memadai dengan beroperasinya PLTA Karebbe. Dari sisi produksi, pada triwulan pertama tahun ini Vale mampu memproduksi 18.514 metrik ton nikel dalam maatte.
Melihat hasil ini, pihak manajemen Vale tetap berkeyakinan bahwa perseroan dapat mencapai target peningkatan produksi sebesar 10% lebih tinggi dibanding produksi 2012. Produksi triwulan pertama ini setidaknya 49% lebih tinggi dibanding produksi periode yang sama tahun lalu sebesar 12.431 ton, dibanding produksi triwulan sebelumnya (triwulan ke-4/2012), produksi kali ini menurun 13%, hal ini disebabkan karena Vale melakukan aktifitas pemeliharaan pada salah satu tanur listrik. Begitu juga dengan penjualan nikel matte yang mengalami penurunan dibanding triwulan keempat tahun lalu yang mencapai 20.768 ton. Pada triwulan pertama 2013 penjualan sebasar 18.899 ton. Tetapi, pencapaian tersebut lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lau di mana 12.732 ton. Harga realisasi rata-rata nikel Vale pada triwulan pertama 2013,4% sedikit lebih tinggi dari harga pada triwulan pertama 2012 sebesar USD13.176 per ton.
Namun karena ketidakpastian ekonomi global berlanjut hingga awal tahun ini maka harga realisasi rata-rata nikel Vale masih 12% lebih rendah dibanding triwulan pertama 2012 sebesar USD15.470 per ton. Rendahnya produksi di triwulanan pertama 2013 dibanding triwulan sebelumnya sehingga pendapatan menurun 6% dari USD273,6 juta pada triwulan keempat 2012 menjadi USD258,4 juta pada triwulan pertama 2013.
Sedangkan beban pokok pendapatan Vale pada triwulan pertama 2012 juga sedikit mengalami penurunan 1% dibanding triwulan sebelumnya, terutama disebabkan rendahnya penggunaan bahan bakar dan komponen bahan pembantu akibat rendahnya tingkat produksi, diimbangi biaya pemeliharaan. Vale mengkomsumsi 607.539 barel minyak bakar bersulfur tinggi (HSFO) dengan biaya rata-rata USD103,05per barel pada triwulan pertama 2013 dibanding triwulan sebelumnya sebesar 655.520 barel dengan biaya rata-rata USD108, 87 per barel.
Pada triwulan pertama 2013 perseroan juga menggunaakan 14.433 kiloliter bahan bakar diesel dengan biaya rata-rata USD085 per liter sementara pada triwulan sebelumnya sebesar 15.108 kiloliter dengan biaya rata-rata USD0,86 per liter. Sementara laba sebelum bunga pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar USD74,0juta pada triwulan pertama 2013. Dibanding depresiasi dan amortisasi sebelumnya, EBITDA yang dicapai pada triwulan pertama 2013 adalah 13% lebih rendah karena menurunnya volume penjualan.
Meskipun demikian, perusahaan tetap optimistis dengan mengusung strategi untuk memaksimalkan potensi pendapatan melalui peningkatan produksi. Disamping itu, perusahaan juga akan mengoptimalkan efisiensi melalui inovasi dan kebersamaan dan mengelola biaya untuk meningkatkan margin.
Laporan Auditor
Laporan No.A140226002/DC2/HSH/II/2014
Kami telah mengaudit laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk (Perseroan") yang terdiri dari laporan posisi keuangan tanggal 31 Desember 2013, serta laporan laba- rugi komperhensif, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas unutk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Tanggung jawab manejemen atas laporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, dan atas pengendalian internal yang dianggap perlu oleh manejemen untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh keuangan maupun kesalahan.
Tanggung jawab Auditor
Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan ini berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit kami berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk mematuhi ketentuan etika serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakh laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian maaterial.
Suatu audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih bergantung pada pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko tersebut, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan entitas untuk merancang prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas keefektivitasan pengendalian internal entitas. Suatu edit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh manejemen, serta pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit kami.
Opini
Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Vale Indonesia Tbk tanggal 31 Desember 2013 serta kinerja keuangan dan arrus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
JAKARTA
26 Februari 2014
Drs.Haryanto Sahari, CPA
Surat Ijin Akuntansi Publik/License Of Public Accountant No.AP0223
Perubahan kebijakan akuntansi dan dampaknya terhadap laporan keuangan
Berikut ini adalah amandemen terhadap standar yang diterapkan PT Vale untuk pertama kali pada tahun keuangan yang dimulai 1 Januari 2012.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 (Revisi 2010), "Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing"Standar yang telah direvisi mensyaratkan entitas untuk menentukan mata uang fungsional dan menjabarkan seluruh mata uang asing ke mata uang fungsionalnya.Mata uang fungsional ditentukan dengan menggunakan hierarki factor primer dan sekunder. Mata uang fungsional dan mata uang pelaporan Perseroan telah konsisten sejak pendirian Perseroan dan adalah Dolar AS.
PSAK No. 24 (Revisi 2010), "Imbalan Kerja"Perusahaan dan entitas anak telah memilih untuk mengubah kebijakan akuntansinya dengan mengakui keuntungan/kerugian actuarial secara keseluruhan melalui pendapatan komprehensif lainnya. Sesuai dengan ketentuan transisi standar ini, dampak perubahan tersebut diakui secara prospektif.
PSAK No. 33 (Revisi 2011), "Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum"Standar baru hanya mencakup aktivitas pengupasan lapisan tanah dan pengelolaan lingkungan hidup pada perusahaan tambang.Sebelumnya, PSAK No. 33 tersebut mencakup juga aktivitas penambangan pada tahap eksplorasi, pengembalian dan tahap konstruksi. Biaya persediaan dan produksi tidak spesifik diatur dalam standar baru ini. Standar ini tidak menimbulkan perubahan terhadap kebijakan akuntansi Perseroan.
PSAK No. 60, "Instrumen Keuangan: Pengungkapan"PSAK No. 60 memperkenalkan pengungkapan baru yang lebih jelas terkait dengan instrument keuangan mengenai pengukuran nilai wajar dan risiko likuiditas instrument keuangan. Standar baru ini membutuhkan pengungkapan pengukuran nilaiwajar dalam tiga hierarki. Penerapan standar baru ini menghasilkan pengungkapan tambahan tetapi tidak berdampak terhadap posisi keuangan atau pendapatan komprehensif Perseroan.
PSAK No. 64, "Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral"Standar ini mengatur perlakuan dan persyaratan atas biaya pengeluaran saat kegiatan eksplorasi dan evaluasi. Entitas harus menentukan kebijakan akuntansi yang mengatur pengukuran yang akan diakui sebagai aset eksplorasi dan evaluasi dan menerapkannya secara konsisten. Standar ini juga mewajibkan entitas untuk menguji penurunan nilai atas aset eksplorasi dan evaluasi ketika terdapat fakta dan kondisi yang mengindikasikan bahwa jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi melebihi jumlah terpihaknya. Standar ini tidak menimbulkan perubahan terhadap kebijakan akuntansi Perseroan.
BAB II
ANALISIS BISNIS PT. VALE INDONESIA Tbk
Analisis Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi perusahaan merupakan aktivitas yang berkaitan dengan pengalokasian dana untuk membiayai aktiva (investasi) perusahaan.
Menurut Subramanyam dan Wild (2009) bahwa aktiva dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu: aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar merupakan sumber daya yang dengan mudah dialihkan menjadi kas dalam siklus operasi perusahaan, seperti kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan biaya dibayar dimuka. Aktiva tidak lancar merupakan sumber daya yang diperkirakan memberikan manfaat bagi perusahaan melebihi periode berjalan, seperti peralatan, bangunan, investasi jangka panjang, dll. Selanjutnya, untuk kepentingan analisis, aktiva juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) aktiva finansial (financial assets), seperti surat-surat berharga, dan berbagai aktiva non operasi lainnya, dan (2) aktiva operasi (operating assets), seperti kas, persediaan, piutang, peralatan, bangunan, dll.
Tabel 2.1 Analisis aktivitas investasi PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013
Aktiva Nilai(US$ Ribu) Keterangan
Aktiva Lancar:    
Kas dan Setara Kas 221.345 Aktiva Operasi
Kas yang dibatasi penggunaannya 4.181 Aktiva Operasi
Piutang Usaha    
-Pihak Berelasi 96.696 Aktiva Operasi
Persediaan 143.293 Aktiva Operasi
Pajak Dibayar di muka    
- Pajak Penghasilan Badan -  
- Pajak Lainnya 116.865 Aktiva Operasi
Biaya Dibayar di Muka dan Muka 6.172 Aktiva Operasi
Aset Keuangan Lancar lainnya 8.143 Aktiva Operasi
Jumlah Aktiva Lancar 596.695  
Aktiva Tidak Lancar:    
Pajak Dibayar di muka    
- Pajak Penghasilan Badan 14.241 Aktiva Operasi
- Pajak Lainnya 47.292 Aktiva Operasi
Piutang Non Usaha    
- Pihak Berelasi 376 Aktiva Operasi
Aset Tetap 1.637.139 Aktiva Operasi
Aset Keuangan Tidak Lancar lainnya 16.567 Aktiva Financial
Jumlah Aktiva Tidak Lancar 1.715.615  
Jumlah Aktiva 2.312.310 Sumber: Lampiran 1. Neraca PT Vale Indonesia Tbk
Berdasarkan Tabel 2.1 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, keputusan investasi yang diambil oleh manajemen PT Vale Indonesia Tbk dan meliputi:
Aktiva lancar sebanyak tujuh komponen senilai 596.695yang seluruhnya merupakan aktiva operasi senilai 100% dari aktiva lancar. Ini mengindikasikan bahwa investasi jangka pendek perusahaan seluruhnya merupakan aktiva yang secara langsung mendukung operasi perusahaan.
Aktiva tidak lancar sebanyak lima komponen dengan nilai 1.717.615 yang terdiri dari satu komponen sebagai aktiva finansial senilai 0,97% dari keseluruhan aktiva tidak lancar serta empat komponen sebagai aktiva operasi senilai 99,03% dari keseluruhan aktiva tidak lancar. Ini mengindikasikan bahwa investasi jangka panjang perusahaan lebih didominasi oleh aktiva yang mendukung secara langsung aktivitas operasi perusahaan.
Keseluruhan aktivitas investasi perusahaan terdiri dari 12 komponen investasi senilai 2.312.310 yang meliputi tujuh komponen investasi jangka pendek senilai 25,81% dari keseluruhan nilai investasi dan lima komponen investasi jangka panjang senilai 74% dari keseluruhan nilai investasi. Ini mengindikasikan bahwa aktivitas investasi perusahaan relatif sama antara yang memiliki masa jatuh tempo satu tahun dan yang lebih dari satu tahun. Secara ringkas ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Analisis Common-Size Aktivitas Investasi Tahun 2013
Analisis Aktivitas Pendanaan
Analisis aktivitas pendanaan (financing activities) meliputi analisis kewajiban yaitu kewajiban lancar dan tidak lancar serta sewa guna usaha (leasing), dan juga ekuitas.
Keputusan pendanaan perusahaan berkaitan dengan pemilihan jenis pendanaan dan sumbernya. Secara garis besar, ada tiga jenis pendanaan bagi perusahaan yaitu:
Pendanaan hutang
Pendanaan hutang (debt financing) disebut juga kewajiban bagi perusahaan yang dibangun melalui transaksi pinjam-meminjam.Tabel 2.2 Analisis aktivitas pendanaan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013
Uraian Nilai (US$ Ribu) Keterangan
Liabilitas Jangka Pendek :    
Utang Usaha   Kewajiban Operasi
- Pihak-pihak berelasi 6.037 - Pihak ketiga 59.736 Akrual 36.951 Kewajiban Operasi
Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek 14.173 Kewajiban Operasi
Utang Pajak 3.572 Kewajiban Operasi
Bagian lancar atas Pinjaman Bank Jangka Panjang 35.750 Kewajiban Pendanaan
Bagian lancar atas Liabilitas Imbalan Pascakerja 345 Kewajiban Operasi
Liabilitas atas Pembayaran Berbasis Saham 13 Kewajiban Pendanaan
Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya 1.438 Kewajiban Operasi
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 158.015  
Liabilitas Jangka Panjang :    
Pinjaman Bank Jangka Panjang 183.120 Kewajiban Pendanaan
Liabilitas Imbalan Pascakerja Jangka Panjang 21.567 Kewajiban Operasi
Liabilitas Pajak Tangguhan 161.037 Kewajiban Operasi
Provisi atas penghentian pengoperasian aset 44.909 Kewajiban Operasi
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 410.633  
Jumlah Liabilitas 568.648 Sumber : Lampiran 1. Neraca PT Vale Indonesia Tbk
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, keputusan pendanaan hutang yang diambil oleh manajemen PT Vale Indonesiameliputi:
Kewajiban Jangka Pendek sebanyak 9 komponen berjumlah158.015 yang terdiri dari dua komponen sebagai kewajiban pendanaan senilai 22,63% dari kewajiban jangka pendek serta enam komponen sebagai kewajiban operasi senilai 38,93% dari kewajiban jangka pendek. Ini mengindikasikan bahwa pendanaan jangka pendek perusahaan lebih didominasi oleh pendanaan yang tidak memiliki beban finansial berupa bunga.
Kewajiban Jangka Panjang sebanyak 4 komponen dengan jumlah410.633 yang terdiri dari satu komponen sebagai kewajiban pendanaan senilai 44,59% dari kewajiban jangka panjang serta tiga komponen sebagai kewajiban operasi senilai 55,41% dari kewajiban jangka panjang. Ini mengindikasikan bahwa pendanaan jangka panjang perusahaan lebih didominasi oleh pendanaan yang tidak memiliki beban finansial berupa bunga.
Keseluruhan pendanaan hutang perusahaan terdiri dari 13 komponen pendanaan dengan jumlah 568.648 yang meliputi 9 komponen pendanaan jangka pendek senilai 27,79% dari keseluruhan nilai pendanaan dan 4 komponen pendanaan jangka panjang senilai 72,21% dari keseluruhan nilai pendanaan. Ini mengindikasikan bahwa pendanaan hutang perusahaan lebih dominan memiliki masa jatuh tempo lebih dari satu tahun. Ini juga mengindikasikan kebijakan pendanaan yang longgar.
Pendanaan ekuitas
Pendanaan ekuitas (equity financing) biasa juga disebut pendanaan dari pemilik atau pemegang saham.Pendanaan ekuitas merupakan jenis pendanaan jangka panjang bagi perusahaan.Secara umum, pendanaan ekuitas terdiri atas saham biasa, saham preferen, laba ditahan, dan ekuitas lainnya.Pendanaan ekuitas juga dapat dibentuk dari beberapa komponen, seperti setoran pemegang saham, penyesuaian nilai, dan laba perusahaan.Penggunaan atas pendanaan ekuitas menimbulkan beban finansial berupa dividen. Pendanaan ekuitas tergolong jenis pendanaan yang berisiko rendah karena tidak adanya beban tetap yang harus ditanggung oleh pengguna dana kecuali saham preferen. Namun, nilai saham preferen biasanya relatif kecil.Analisis ekuitas terhadap PT Vale IndonesiaTbk, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3.Analisis ekuitas PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013.Uraian Nilai
Modal Saham  
- Modal Dasar 39.745.354.880
- Modal ditempatkan dan disetor penuh 136.413
Tambahan Modal Disetor 277.760
Saldo Laba:  
- Dicadangkan 47.713
- Belum dicadangkan 1.281.776
Jumlah Ekuitas 1.743.662
Sumber: Lampiran 1. Neraca PT Vale Indonesia Tbk
Berdasarkan Tabel 2.3 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, keputusan pendanaan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk meliputi lima komponen. Darilima komponen ini dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu:
Pendanaan ekuitas yang bersumber dari setoran pemegang saham senilai 414.173 atau 23,75% dari nilai ekuitas keseluruhan.
Pendanaan ekuitas yang bersumber dari laba perusahaansenilai 1.329.489 atau 76,25% dari nilai ekuitas keseluruhan.
Ini mengindikasikan bahwa pendanaan ekuitas PT Vale Indonesia pada tahun 2013, dominan bersumber dari laba perusahaan.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pendanaan yang digunakan oleh PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2013 meliputi: pendanaan utang sebesar 25%, pendanaan ekuitas sebesar 75%, dan pendapatan lain-lain 0%. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan pendanaan yang dominan berisiko rendah. Dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Analisis common-size pendanaan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013
Analisis Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi (operating activities) merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan output berupa barang atau jasa yang kemudian menjualnya untuk menghasilkan pendapatan, dan akhirnya dari pendapatan akan dihasilkan laba setelah memperhitungkan biaya-biaya dan beban-beban.Oleh karena itu, analisis aktivitas operasi akan difokuskan pada analisis terhadap laba rugi dan komponen-komponen pembentuknya, seperti pendapatan dan biaya-biaya atau beban.
Tabel 2.4.Analisis Aktivitas Operasi PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013. Uraian Nilai Analisis Common Size
Pendapatan 721.071 100% 
Beban Pokok Penjualan (605.242) -83,94%
Laba Kotor 115.829 16,06%
Pendapatan Lainnya (353) -0,05%
Beban Usaha 9.765 1,35%
Beban Lainnya 29.107 4,04%
Laba Usaha 77.310 10,72%
Biaya Keuangan 11.192 1,55%
Laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum    
pajak penghasilan 66.118 9,17%
Beban Pajak Penghasilan 18.835 2,61%
Laba Periode Berjalan Dari Operasi Yang    
Dilanjutkan 47.283 6,56%
Laba Periode Berjalan 47.283 6,56%
Pendapatan Komprehensif lain    
Kerugian aktuarial dari program pensiun iuran    
pasti dan imbalan kesehatan pascakerja 15 0,00%
     
Jumlah Laba Komprehensif Periode Berjalan 47.268 6,56%
Laba Per Saham (dalam Dolar AS) 0.005  
Sumber : Laporan Laba Rugi PT.Vale Indonesia Tbk
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, PT Vale Indonesia menghasilkan pendapatan usaha bersih senilai 721.071. Dari pendapatan ini dihasilkan laba kotor sebesar 16,06%, laba usaha sebesar 10,72%, laba sebelum pajak penghasilan sebesar 9,17%, serta laba bersih juga sebesar 6,56%.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas mengindikasikan bahwa besarnya beban pokok penjualan cukup signifikan mempengaruhi laba kotor; sementara beban usaha juga cukup signifikan mempengaruhi laba usaha; laba sebelum pajak penghasilan lebih besar dari laba usaha karena pendapatan non operasi bersih mengalami surplus.
Gambar 2.3 Analisis Biaya dan Beban Tahun 2013
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, PT Vale mengeluarkan beban pokok penjualan sebesar 90% dari keseluruhan biaya dan beban, beban usaha dan beban pajak penghasilan masing-masing 1% dan 3%, biaya keuangan sebesar 2%. Ini mengindikasikan bahwa pengeluaran terbesar untuk aktivitas operasi adalah untuk kegiatan produksi/operasi.BAB III
ANALISIS LIKUIDITASPT. VALE INDONESIA Tbk
Menurut S. Munawir likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih, perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannnya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaaan "likuid" dan koperasai dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut menpunyai alat pembayaran atau pun aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar atau hutang jangka pendek dan sebaliknya ". Menurut Sutrisno, M.M dalam buku Manajemen Keuangan : "Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segara dipenuhi ". ( Sutrisno, 2000:18). Dari definisi diatas dapat disimpulkan likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.Untuk melihat apakah perusahaan dalam keadaan likuid atau tidak likuid dapat dianalisis dengan menggunakan 2 (dua) sumber informasi yaitu modal kerja (working capital) dan aktivitas operasi perusahaan (operating activity).Perusahaan dalam keadaan likuid apabila mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya.Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka perusahaan dalam keadaan tidak likuid.
Analisis Likuiditas Modal Kerja
Untuk mengukur tingkat likuiditas dari sumber informasi modal kerja PT Vale Indonesia Tbk, dapat diukur dengan menggunakan beberapa teknik analisis sbb :
Common Size Analysis
Dari diagram diatas ditunjukkan pada tahun 2012 aset lancar terdiri dari 30% kas dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 20% dari pihak-pihak berelasi, 27% dari persediaan, 8% dari pajak penghasilan dibayar dimuka, 8% dari pajak lain-lain dibayar dimuka, 2% dari biaya dibayar dimuka dan uang muka, dan asset keuangan lancer lainnya.
Tabel 3.1 Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk.Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Gambar 3.1 Diagram Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk. Tahun 2013
Dari diagram diatas ditunjukkan pada tahun 2013 aset lancar terdiri dari 31% kas dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 23% dari pihak-pihak berelasi, 26% dari persediaan, 9% dari pajak penghasilan dibayar dimuka, 7% dari pajak lain-lain dibayar dimuka, 1% dari biaya dibayar dimuka dan uang muka, dan 2% aset keuangan lancar lainnya.

Gambar 3.1 Diagram Aset Lancar PT Vale Indonesia Tbk. Tahun 2012
Dari diagram diatas ditunjukkan pada tahun 2012 aset lancar terdiri dari 30% kas dan setara kas, 3% kas yang dibatasi penggunaannya, 20% dari pihak-pihak berelasi, 27% dari persediaan, 8% dari pajak penghasilan dibayar dimuka, 8% dari pajak lain-lain dibayar dimuka, 2% dari biaya dibayar dimuka dan uang muka, dan asset keuangan lancer lainnya.
Tabel 3.2 Liabilitas Jangka Pendek PT Vale Indonesia Tbk.Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Gambar 3.3 Diagram Liabilitas Jangka Pendek PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2012
Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa liabilitas jangka pendek terdiri dari 7% utang bank, 41% utang usaha pihak ketiga, 19% akrual, 8% liabilitas imbalan jangka pendek, 3% utang pajak, 21% bagian lancar atas pinjaman bank jangka panjang, 1% liabilitas atas pembayaran berbasis saham, dan 7% liabilitas keuangan jangka pendek lainnya.

Gambar 3.4 Diagram Liabilitas Jangka Pendek PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2013
Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa liabilitas jangka pendek terdiri dari 3% utang bank, 32% utang usaha pihak ketiga, 23% akrual, 10% liabilitas imbalan jangka pendek, 3% utang pajak, 27% bagian lancar atas pinjaman bank jangka panjang, dan 3% liabilitas keuangan jangka pendek lainnya.
Ratio Analisis
Current Ratio
Current Ratio adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current assets/current liabilities). Current Assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha yang normal yang lebih besar.Current Liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu (1) tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha.Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar. Perusahaan baru dapat dikatakan liquid apabila current rationya > 2,00 dan margin of safety > 1,00. Rumus untuk menghitung current ratio adalah :Current Ratio=CurrentAssetCurrentLiabilitiesTabel 3.3 Perhitungan Current Ratio PT Vale Indonesia Tbk.Tahun Aktiva Lancar
(US$Ribu) Kewajiban Lancar
(US$Ribu) Rasio Lancar
2012 564. 890 165.665 3, 41
2013 557.495 168.900 3,30
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
Current Ratio pada tahun 2012 sebesar 3,41 artinya, setiap $ 1 hutang dijamin oleh $ 3,41 aktiva lancar. Current Ratio pada tahun 2013 sebesar 3,30 artinya, setiap $ 1 hutang dijamin oleh $ 3,30 aktiva lancar.
Standar normatif atas penilaian likuiditas perusahaan dengan menggunakan rasio lancar adalah 2,0. Artinya setiap $ 1 kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar $ 2,0 atau marjin keamanan sebesar $ 1. Jadi berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012 dan 2013, PT Vale Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan dalam kondisi likuid karena nilai rasio lancar lebih besar dari 2,0, dimana pada tahun 2012 rasio lancarnya 3,41 dan 2013 rasio lancarnya adalah 3,30.
Cash Ratio
Rasio ini menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar.Rasio ini adalah rasio yang paling likuid.Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas dan surat berharga. Cash ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan kas dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah :Cash Ratio=Cash+Setara Kas+investasi SSB jangka pendek Kewajiban LancarTabel 3.4 Perhitungan Cash RatioPT Vale Indonesia Tbk.Tahun Kas & Setara Kas (US$Ribu) Investasi Jangka Pendek (US$Ribu) Kewajiban Lancar (US$Ribu) Rasio Kas
2012 172.239 0 165.665 1,04
2013 200.020 0 168.900 1,18
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
Cash ratio sebesar 1,04 pada tahun 2012 menunjukkan bahwa untuk setiap $ 1,0 kewajiban lancar tersedia atau dijamin oleh Kas, setara kas, dan Investasi Jk. Pendek sebesar $ 1,04 atau setiap Kewajiban Lancar hanya dijamin sebesar 104% dari Kas, Setara Kas, dan Investasi Jangka Pendek. Sedangkan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa untuk setiap $ 1,0 kewajiban lancar tersedia atau dijamin oleh Kas, setara kas, dan Investasi Jk. Pendek sebesar 1,18 atau setiap Kewajiban Lancar hanya dijamin sebesar 118% dari Kas, Setara Kas, dan Investasi Jangka Pendek. Semakin tinggi cash ratio semakin likuid perusahaan.Acid Test Ratio (Quick Ratio)
Rasio Cair (Acid Ratio) atau sering pula disebut sebagai Rasio Cepat (Quick Ratio) adalah sebuah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar untuk menutupi utang lancarnya. Yang termasuk ke dalam rasio lancar adalah aktiva lancar yang dapat dengan cepat diubah dalam bentuk kas, termasuk di dalamnya akun kas, surat-surat berharga, piutang dagang, beban dibayar di muka, dan pendapatan yang masih harus diterima.Persediaan barang dagang tidak dihitung meskipun termasuk dalam aktiva lancar, karena persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang sulit diubah menjadi kas. Rumus untuk menghitung Rasio Cair (Acid Ratio) adalah sebagai berikut:
Quick Ratio=Aktiva Lancar-PersediaanHutang LanvarTabel 3.5 Perhitungan Quick RatioPT Vale Indonesia Tbk.Tahun Aktiva Lancar (US$Ribu) Persediaan
(US$Ribu) Kewajiban Lancar (US$Ribu) Rasio Cepat
2012 564.890 152.849 165.665 2,49
2013 557.495 150.996 168.900 2,41
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
Berdasarkan table diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2012 setiap $ 1 hutang dijamin oleh $2,49 aktiva lancar diluar persediaan. Pada tahun 2013setiap $ 1 hutang dijamin oleh $ 1,45 aktiva lancar diluar persediaan.
Standar normatif atas penilaian likuiditas perusahaan dengan menggunakan quick ratio adalah 1,0. Jadi, berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2012 dan 2013 sangat likuid.
Pendekatan Analisis Likuiditas Modal Kerja
Tabel 3.6 Perbandingan ratio likuiditas modal kerja PT Vale Indonesia Tbk.No Rasio-rasio Likuiditas 2012 2013 Analisis Tren
Jumlah Persen
1 Current Ratio 3,41 3,30 -0,11 -3,33
2 Cash Ratio 1,04 1,18 0,14 11,86
3 Quick Ratio 2,49 2,41 -0,18 -7,47
Sumber: Tabel 3.3, table 3.4, dan table 3.5
Current ratio mengalami penurunan ditahun 2013 sebesar 0,11 kali atau 3,33%. Berdasarkan neraca PT Vale Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan menunjukkan bahwa penurunancurrent ratio sebagai akibat dari penurunan aktiva lancar sebesar 1,33% lebih rendah dari penuruan kewajiban lancar sebesar 7,90%. Kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan yang kurang baik.
Cash ratio mengalami peningkatan ditahun 2013 sebesar 0,14 kali atau 11,86%. Berdasarkan neraca PT Vale Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan menunjukkan bahwa peningkatancash ratio sebagai akibat dari peningkatankas dan setara kas sebesar 13,89% dibandingkan dengan penuruan kewajiban lancar sebesar 7,90%. Kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan yang lebih baik.
Quick ratio mengalami penurunan ditahun 2013 sebesar 0,18 kali atau 7,47%. Berdasarkan neraca PT Vale Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan menunjukkan bahwa penurunan rasio cepat sebagai akibat dari penurunan aktiva lancar sebesar 1,33% lebih rendah dari penuruan kewajiban lancar sebesar 7,90%; serta penurunan piutang usaha pihak-pihak berelasi yang signifikan sebesar 70,92%. Kondisi ini mengindikasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan yang kurang baik.
Analisis Likuiditas Operasi
Hubungan siklus operasi perusahaan dengan liquiditas adalah apabila semakin pendek siklus operasi perusahaan maka liquiditas perusahaan semakin tinggi. Untuk menghitung liquiditas perusahaan berdasarkan aktivitas operasi dapat digunakan beberapa teknik analisissbb :Account Receivable Liquidity
Tabel 3.7 Pendapatan Bersih dan piutang usaha PT Vale Indonesia Tbk.Pendapatan Bersih 2013 $ 921.638
Piutang Usaha
2012
2013 $ 112.640
$ 65.902
Sumber: Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Perputaranpiutang = PenjualanRata-RataPiutang = $ 921. 638$ 112.640+$ 65.9022 = 10,32 kaliRata-rataumurpuitang= 360Perputaranpiutang = 36010,32 =35 hariDari perhitungan diatas, piutang PT Vale Indonesia Tbk berputar sebanyak 10,32 kali dalam setahun dan memerlukan waktu selama 35 hari untuk menagih piutang menjadi kas. Termin penjualan kredit yang ditetapkan oleh perusahaan adalah n/30 makan dapat disimpulkan bahwa kualitas pengelolaan piutang perusahaan tidak baik karena rata-rata terjadi penunggakan pembayaran piutang selama 5 hari. Jika dikaitkan dengan implementasi yang dilakukan oleh PT Vale Indonesia Tbk, perhitungan diatas masih dikatakan wajar karena walaupun waktu penagihannya lebih dari 30 hari tetapi piutangx tidak mengalami penurunan piutang dan juga pihak manajemennya tidak membuat penyisihan penurunan nilai atas kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha.
Inventory Liquidity
Tabel 3.8 Harga Pokok Penjualan dan persediaan bersih PT Vale Indonesia Tbk.Harga Pokok Penjualan 2013 $ 781.744
Persediaan Bersih
2012
2013 $ 152.849
$ 150.996
Sumber: Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Perputaranpersediaan= HargaPokokPenjualanRata-rataPersediaan = $ 781.744$ 152.849+$ 150.9962 = 5,15 kaliRata-rataumurpersediaan= 360Perputaranpersediaan = 3605,15=70 hariDalam satu tahun persediaan berputar sebanyak 5,15 kali dalam setahun dan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menahan persediaan adalah 70 hari. Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan.Sebaliknya, perputaran yang rendah mengindikasikan kurangnya pengendalian persediaan yang efektif karena semakin besar biaya penyimpanan persediaan serta memungkinkan terjadinya keusangan atau kerusakan persediaan.Current Liabilities
Pembelian=AdjustedCOGS+EndingInventory+BeginningInventoryPembelian=$ 781.744+$ 10.993-$ 13.282 =$ 779.455
Tabel 3.9 Pembelian Bersih dan Utang Usaha PT Vale Indonesia Tbk.Pembelian Bersih 2013 $ 779.455
Utang Usaha
2012
2013 $ 79.059
$ 75.515
PerputaranUtang = PembelianRata-RataUtang = $ 779.455$ 79.059+$ 75.5152 = 10 kaliRata-rataumurutang= 360Perputaranutang = 36010 =36 hariDari perhitungan tersebut, utang usaha berputar 10 kali dalam setahun dan diperlukan waktu 36 hari untuk melunasi utang usaha.Untuk melihat baik tidaknya angka tersebut, perusahaan bisa melihat kebijakan yang ditetapkan oleh supplier.Apabila termin pembelian kredit yang ditetapkan oleh supplier adalah n/30, maka terjadi penunggakan selama 6 hari, maka perusahaan dianggap kurang baik terhadap pengelolaan utang usaha.
BAB IV
ANALISIS SOLVABILITAS PT VALE INDONESIA Tbk
Pengertian Analisis Solvabilitas
Analisis solvabilitas (solvencyanalysis) merupakan suatu analisis terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.Analisis ini mencakup dua analisis yaitu analisis struktur modal (capitalstructure) dan cakupan laba (earnings coverage).Kedua analisis ini menggambarkan tingkat resiko financial dan kemampuan perusahaan memenuhi pembayaran finansialnya atas pendanaan yang telah dilakukan.Aspek solvabilitas termasuk masalah yang kritis bagi suatu perusahaan karena dapat mengakibatkan mengalami kesulitan keuangan yang menyebabkan kebangkrutan. Pada bagian ini akan disajikan pendekatan-pendekatan analisis dalam menilai kemampuan perusahaan PT. Vale Indonesia Tbk. untuk memenuhi seluruh kewajiban financial.
Kerangka Pembahasan
Analisis Solvabilitas Perusahaan


Menganalisis Solvabilitas Struktur modal perusahaan
Menganalisis Solvabilitas Cakupan Laba perusahaan

Menganalisi Solvabilitas PT. Vale Indonesia Tbk.
Analisis ini mencakup dua analisis yaitu analisis struktur modal (capitalstructure) dan cakupan laba (earnings coverage).Analisis Struktur Modal Perusahaan (Capital Structure)
Struktur modal menunjukkan komposisi sumber pendanaan bagi suatu perusahaan.Secara garis besar ada dua sumber pendanaan bagi perusahaan yaitu pendanaan hutang (debt financing) dan pendanaan ekuitas (equity financing). Dalam melakukan analisis terhadap struktur modal, terdapat beberapa alat analisis, seperti rasio leverage keuangan, rasio total hutang terhadap total modal, rasio total hutang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang, dan analisis common-size.
Rasio Leverage Keuangan
Rasio leverage keuangan menunjukkan seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dibiayai dari ekuitas. Nilai rasio leverage keuangan berbanding terbalik dengan solvabilitas. Ini berarti bahwa semakin besar nilai rasio leverage keuangan maka semakin rendah solvabilitas perusahaan. Demikian pula sebaliknya semakin kecil nilai rasio leverage keuangan maka semakin tinggi solvabilitas perusahaan. Rasio leverage keuangan dapat dihitung dengan rumus:RasioLaverageKeuangan =TotalAktivaEkuitasSahamBiasaBerikut tabel perhitugan RLK berdasarkan neraca PT. Vale Indonesia Tbk. tahun 2012 dan 2013.Tabel 4.1 Perhitungan Rasio Leverage Keuangan (RLK)
Tahun Total Aktiva (U$ ribu) Total Ekuitas Saham Biasa (U$ ribu) RLK
2012 2.333.080 1.721.434 1,36
2013 2.281.119 1.714.266 1,33
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap U$ 1,36 aktiva didanai dari ekuitas sebesar U$ 1,00 dan sisannya U$ 0,36 dibiayai dari hutang. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT. Vale Indonesia Tbk dalam posisi keuangan yang relatif solvabel karena hutang lebih kecil dari ekuitas. Pada tahun 2013, setiap U$ 1,33 aktiva didanai dari ekuitas sebesar U$ 1,00 dan sisanya U$ 0,33 didanai dari hutang. Seperti pada tahun2012, pada tahun 2013 PT. Vale Indonesia Tbk dalam posisi keuangan yang relatife solvabel karena hutang lebih kecil dari ekuitas.
Rasio Total Hutang terhadap Total Modal
Rasio ini menunjukkan kompposisi antara pendanaan hutang dengan seluruh pendanaan. Rasio total hutang terhadap total modal (RTHTM) dapat dihitung dengan rumus:
RasiototalhutangterhadapTotalModal =TotalUtangTotalModalBerikut tabel perhitungan RTHTM berdasarkan neraca PT. Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.Tabel 4.2 Perhitungan Rasio Total Hutang Terhadap Total Modal
Tahun Total Hutang (U$ ribu) Total Modal (U$ ribu) RTHTM
2012 611,646 2.333.080 0.26
2013 566,853 2.281.119 0.25
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas meenunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT. Valee Indonesia Tbk menggunakan pendanaan hutang 26% dari seluruh pendanaannya sedangkan dari pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya sebesar 74%. Begitupun pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk menggunakan pendanaan hutang 25% dari seluruh pendanaannya sedangkan dari pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya sebesar 75%.
Dari hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2012 dan 2013, perusahaan ini cenderung solvabel karena pendanaan hutang lebih kecil dari pendanaan ekuitas dan pendanaan lainnya.Rasio Total Hutang terhadap Ekuitas
Rasio ini menunjukkan komposisi antara pendanaan hutang dengan pendanaan ekuitad. Rasio total hutang terhadap ekuitas (RTHE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
RasiototalhutangterhadapTotalEkuitas=TotalUtangTotalEkuitasBerikut tabel perhitungan RTHE berdasarkan neraca PT. Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.Tabel 4.3 Perhitungan Rasio Total Hutang Terhadap Total Ekitas
Tahun Total Hutang (U$ ribu) Total Ekuitas (U$ ribu) RTHE
2012 611,646 1.721.434 0,36
2013 566,853 1.714.266 0,33
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bhwa pada tahun 2012, komposisi hutang dan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk adalah 0.36. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 ekuitas berbanding U$ 0,36 hutang dan berarti bahwa masih terdapat margin of safety sebesar 64%. Demikian juga pada tahun 2013, komposisi hutang dan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk 0,33. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 ekuitas berbanding U$ 0,33 hutang dan berarti masih terdapat margin of safety sebebsar 67%.
Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2012 dan 2013 cenderung solvabel karena pendanaan hutang lebih kecil dari pendanaan ekuitas.
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Rasio ini menunjukkan komposisi antara pendanaan hutang jangka panjang dengan pendanaan ekuitas. Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (RHJPE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Rasiototalhutangjk.Panjang/TotalEkuitas=TotalUtangJk.PjgTotalEkuitasBerikut tabel perhitungan RHJPE berdasarkan neraca PT. Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.Tabel 4.4 Perhitungan Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Ekuitas
Tahun Hutang Jangka Panjang
(U$ ribu) Total Ekuitas
(U$ ribu) RTHE
2012 445,981 1.721.434 0,26
2013 397,953 1.714.266 0,23
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel 4.4 diatas menunjukkkan bahwa pada tahun 2012, komposisi hutang jangka panjang dan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk sebesar 0,26. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 ekuitas berbanding U$ 0,26 hutang jangka panjang dan berarti bahwa masih terdapat margin of safety sebesar 74%. Sedangkan pada tahun 2013, komposisi hutang dan ekuitas PT Vale Indonesia Tbk sebesar 0,23. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 ekuitas berbanding U$ 0,23 hutang jangka panjang dan berarti bahwa terdapat margin of safety sebesar 77%.
Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2012 dan 2013, perusahaan PT Vale Indonesia Tbk cenderung solvabel karena pendanaan hutang jangka panjang lebih kecil dari pendanaan ekuitas.
Rasio Hutang jangka Pendek terhadap Total Hutang
Rasio ini menunjukkan komposisi pendanaan hutang. Rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang (RHJPTH) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Rasiohutang jk.pendek terhadap total hutang=TotalUtangJk.PendekTotalUtangBerikut tabel perhitungan RHJPTH berdasarkan neraca PT. Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.Tabel 4.5 Perhitungan Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Total Hutang PT Vale Indonesia Tbk.Tahun Hutang Jangka Pendek
(U$ ribu) Total Hutang
(U$ ribu) RTHE
2012 165,665 611,646 0.27
2013 168,900 566,853 0.30
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, komposisi hutang jangka pendek terhadap total hutang PT Vale Indonesia Tbk sebesar 0,27. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 total hutang terdapat U$ 0,27 hutang jangka pendek atau dengan kata lain seluruh hutang yang dimiliki perusahaan, 27% merupakan hutang jangka pendek dan sisanya berupa hutang jangka panjang sebesar 73%. Demikian pula pada tahun 2013, komposisi hutang jangka pendek terhadap total hutang PT Vale Indonesia Tbk sebesar 0,30. Ini menunjukkan bahwa setiap U$ 1,00 total hutang terdapat U$ 0,30 hutang jangka pendek atau dengan kata lain seluruh hutang yang dimiliki PT Vale Indonesia, 30% berupa hutang jangka pendek dan sisanya sebesar 70% merupakan hutang jangka panjang.
Analisis Common-Size
Analisis ini menujukkan komposisi sumber-sumber pendanaan yang digunakan oleh perusahaan pada periode tertentu. Berikut tabel dan gambar diagram analisis common-size struktur modal PT. Vale Indonesi Tbk tahun 2012-2013.
Tabel 4.6 Analisi Common-size Struktur Modal
Sumber Dana 2012 (U$ ribu) 2013 (U$ ribu) Common-Size
2012 2013
Kewajiban lancar 165,665 168,900 7% 7%
Kewajiban tidak lancar 445,981 397,953 19% 18%
Ekuitas 1,721,434 1,714,266 74% 75%
Total 2,333,080 2,281,119 100% 100%
Sumber: Neraca PT Vale Indonesia Tbk.

Gambar 4.1.Analisis Common-size struktur modal PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012.
Gambar 4.2.Analisis Common-size struktur modal PT Vale Indonesia Tbk tahun 2013.Tabel 4.6 , Gambar 4.1 dan Gambara 4.2 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia Tbk menggunakan pendanaan jangka pendek berupa kewajiban lancar sebesar 7% dan pendanaan jangka panjang yang terdiri dari kewajiban tidak lancar sebesar 19% dan pendanaan ekuitas sebesar 74%. Demiikian juga pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk menggunakan pendanaan jangka pendek berupa kewajiban lancar sebesar 7% dan pendanaan jangka panjang yang terdiri dari kewajiban tidak lancar sebesar 18% dan pendanaan ekuitas sebesar 75%.
Analisis common-size ini menunjukkan bahwa struktur modal PT Vale Indonesia lebih didominasi oleh pendanaan jangka panjang berupa pendanaan ekuitas.Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan ini menghadapi resiko yang relatif rendah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa PT Vale Indonesia memiliki tingkat solvabilitas yang tinggi, baik pada tahun 2012 maupun tahun 2013.
Analisis Cakupan Laba Perusahaan (Earnings Coverage)
Analisis ini menggambarkan sejauhmana kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban financial kepada pemilik modal, seperti investor, kreditor, supplier dan lain-lain.Disamping itu, analisis ini juga berguna untuk menentukan keputusan tingkat penggunaan hutang. Pada analisis ini dapat digunakan beberapa metode seperti rasio laba terhadap beban tetap (earnings to fixed changes ratio), rasio kelipatan bunga (times interest earned ratio), dan rasio arus kas terhadap beban tetap (cash flow to fixed charges ratio.
Rasio Laba terhadap Beban Tetap
Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan tersedia untuk meenutupi beban-beban tetap perusahaan. Untuk menghitung rasio laba terhadap beban tetap (RLBT) dapat digunakan rumus:
Ratio Laba terhadap beban tetap= Laba yang tersedia Beban TetapBerikut tabel perhitungan rasio laba terhadap beban tetap berdasarkan neraca PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013
Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Laba Terhadap Beban Tetap
Keterangan 2012 2013
Laba Sebelum pajak dan bunga 106,908 70,137
Beban tetap:    
Depresiasi, Deplesi dan Amortisasi 102,286 110,748
Pembayaran pinjaman jangka panjang 37,5 37,5
Pembayaran beban Keuangan 10,724 9,192
Total beban tetap 150,51 157,44
Rasio Laba Terhadap Beban Tetap 0,710 0,445
Sumber: Arus Kas dan Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia Tbk hanya mampu menghasilkan kasdari aktivitas operasi sebesar 0,710 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 71% dari beban tetap yang harus ditanggung. Demikian pula pada tahun 2013, perusahaan ini hanya mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 0,445 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi hanya mampu menutupi 44% dari beban tetap.Rasio kelipatan bunga
Rasio kelipatan bunga (times interest earnd ratio) menunjukkan seberapa besar laba yang tersedia untuk menutupi bebang bunga. Untuk menghitung rasio kelipatan bungan dapat menggunakan rumus:
Ratio Kelipatan bunga= Laba sebelum Bunga dan Pajak Beban BungaBerikut tabel perhitungan rasio kelipatan bunga (RKB) PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.Tabel 4.8 Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga (RKB)
Tahun Laba Sebelum Bunga dan Pajak
(U$ ribu) Beban Bunga
(U$ Ribu) RKB
2012 106,908 15,485 6.90
2013 70,137 14,678 4.78
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia Tbk mampu menghasilkan laba 6,90 kali dari beban bunga yang harus ditanggung. Demikian pula pada tahun 2013, perusahaan ini mampu menghasilkan laba 4,78 kali dari beban bunga yang harus ditanggung.
Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2012 dan 2013, PT Vale Indonesia solvabel karena mampu menghasilkan laba yang memadai untuk menutupi beban bunga yang ditanggung, dengan demikian perusahaan ini masih memungkinkan untuk menambah pendanaan hutangnya.
Rasio Kas terhadap Cakupan Bunga
Rasio Kas terhadap Cakupan Bunga merupakan suatu indikator yang menunjukkan kemampuan perusahaan menyediakan kas untuk menutupi beban bunga.Secara spesifik, rasio ini mengukur berapa kali beban bunga dapat ditutupi oleh arus kas dari operasi sebelum bunga dan pajak. Untuk menghitung rasio kas terhadap cakupan bunga dengan menggunakan rumus:
Ratio Kas Terhadap Cakupan Bunga= Arus Kas Operasi Beban BungaBerikut tabel perhitungan rasio kas terhadap cakupan bunga berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.Tabel 4.9 Perhitungan Rasio Kas Terhadap Cakupan Bunga (RKCB)
Tahun Arus Kas Operasi
(U$ ribu) Beban Bunga
(U$ ribu) Beban Pajak
(U$ ribu) RKCB
2012 79,162 15,485 23,929 7.66
2013 265,892 14,678 16,807 20.26
Sumber: Laporan Arus Kas dan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia Tbk mampu menghasilkan kas sebelum bunga dan pajak sebesar 7,66 kali dari beban bunga dan pajak yang harus ditanggung. Demikian pula pada tahun 2013, perusahaan ini mampu menghasilkan sebelum bungan dan pajak sebesar 20,26 kali ddari beban bunga dan pajak yang harus ditanggung.
Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada tahun 2012 dan 2013, PT Vale Indonesia Tbk relatif solvabel karena mampu menghasilkan kas yang memadai untuk menutupi beban bunga dan pajak yang ditanggung. Dengan demikian PT Vale Indonesia Tbk masih memungkinkan untuk menambah pendanaan hutangnya.Rasio Arus Kas terhadap beban tetap
Rasio ini menunjukkan seberapa besar arus kas operasi yang tersedia untuk menutupi beban tetap. Untuk menghitung rasio arus kas terhadap beban tetap (RAKBT) menggunakan rumus:
RAKBT= Arus Kas OperasiBeban TetapBerikut tabel perhitungan rasio arus kas terhadap beban tetap berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012 dan 2013.Tabel 4.10 Perhitungan Rasio Arus Kas Terhadap Beban Tetap
Keterangan 2012 2013
Arus Kas Operasi 79,162 265,892
Beban tetap:    
Depresiasi, Deplesi dan Amortisasi 102,286 110,748
Pembayaran pinjaman jangka panjang 37,5 37,5
Pembayaran beban Keuangan 10,724 9,192
Total beban tetap 150,51 157,44
Rasio Laba Terhadap Beban Tetap 0,53 1,69
Sumber: Laporan Arus Kas dan Laba rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia Tbk hanya mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasi sebesar 0,53 kali dari beban tetap yang harus ditanggung. Ini menunjukkan bahwa arus kas operasi mampu menutupi 53% dari beban tetap yang harus ditanggung.Demikian juga pada tahun 2013, perusahaan ini mampu menghasilkan kas dari aktivitas perusahaan sebesar 1,69 kali dari beban tetap yang harus ditanggung.Ini juga menunjukkan bahwa arus kas operasi mampu menutupi 169% dari beban tetap yang harus ditanggung.
BAB V
ANALISIS PROFITABILITAS PT VALE INDONESIA Tbk
Analisis Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan oleh perusahaan, baik berupa pendapatan usaha maupun pendapatan bukan dari usaha. Pada bagian ini akan difokuskan pada analisis pendapatan yang mencakup beberapa hal sebagai berikut:
Sumber Utama Pendapatan Perusahaan
Pada umumnya, sumber pendapatan perusahaan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pendapatan usaha (operasi) dan pendapatan bukan dari usaha (non operasi).Pendapatan usaha merupakan sumber pendapatan utama bagi suatu perusahaan yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa hasil produksi perusahaan.Sedangkan pendapatan non usaha dapat bersumber dari kegiatan, seperti hasil penjualan aset, hasil investasi eksternal yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Analisis ini bertujuan untuk membantu menganalisis:
Pertumbuhan penjualan
Pertumbuhan aset
Profitabilitas
Sumber pendapatan usaha perusahaan sangat bergantung pada karakteristik perusahaan.Dalam hal ini, ada perusahaan yang beroperasi hanya satu lini bisnis dan ada pula yang lebih dari satu unit bisnis (terdiversifikasi).Pada perusahaan yang memiliki satu lini bisnis biasanya sumber pendapatan usahanya hanya satu, misalnya pada PT Vale Indonesia Tbk yang memiliki hanya satu sumber pendapatan.
Analisis sumber pendapatan pada PT Vale Indonesia Tbktahun 2012 dan 2013 ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5.1 Analisis Sumber Pendapatan PT Vale Indonesia Tbk.Sumber Pendapatan 2012 (US $ Ribu) 2013 (US $ Ribu)
Pendapatan 967.327 921.638
Sumber: Catatan atas Laporan KeuanganPT PT Vale Indonesia Tbk
Berdasarkan tabel di atas, selanjutnya dilakukan analisis secara common-size atas pendapatan PT Vale Indonesia Tbk dalam suatu diagram sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.1. dan Gambar 5.2.

Gambar 5.1. Analisis common-size pendapatan PT Vale Indonesia Tbk tahun 2012
Gambar 5.1 di atas menunjukkan bahwa PT Vale Indonesia Tbk pada tahun 2012hanya mempunyai satu sumber pendapatan dimana pendapatan ini 100% diperoleh dari penambangan nikel.

Gambar 5.2. Analisis Common-sizePT Vale Indonesia Tbk tahun 2013
Gambar 5.2 di atas menunjukkan bahwa PT Vale Indonesia Tbk pada tahun sama dengan tahun 2012 dimana sumber pendapatan 100% dari penambangan nikel.
Ketahanan sumber pendapatan perusahaan
Ketahanan pendapatan dapat digambarkan oleh stabilitas dan kecenderungan (trend) pendapatan.Pada analisis ini menggunakan analisis trend (trend analysis).Analisis tren merupakan suatu metode yang berguna dalam menilai ketahanan pendapatan, baik secara keseluruhan maupun segmen.
Analisis tren pada PT Vale Indonesia Tbk. dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Analisis Tren pada PT Vale Indonesia Tbk.
Sumber: Laporan Laba Rugi Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 PT Vale Indonesia Tbk.
Selain dalam bentuk tabel, analisis tren berjalan di atas dapat juga disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3.Analisis tren berjalan pendapatan usaha PT Vale Indonesia Tbk.Berdasarkan tabel dan Gambar 5.3 di atas menunjukkan bahwa pendapatan usaha PT Vale Indonesia Tbk.Selama tiga tahun sejak periode 20011 hingga 2013 mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2012 yang menurun sebesar 22,15%.
Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan
Hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha serta pendapatan dengan persediaan akan memberikan petunjuk yang penting untuk mengevaluasi hasil operasi serta berguna dalam memprediksi kinerja di masa yang akan datang.
Hubungan pendapatan dengan piutang usaha
Analisis hubungan antara pendapatan dan piutang usaha penting dalam mengevaluasi kualitas laba. Hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha pada PT Vale Indonesia Tbk.dapat ditunjukkan pada di bawah.
Tabel 5.3 Hubungan antara pendapatan dengan piutang usaha pada PT Vale Indonesia Tbk

Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan penurunan pendapatan sebesar 4,72% dan diikuti penurunan piutang usahasebesar 41,49%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013, manajemen perusahaan telah menerapkan kebijakan penjualankredit yang kurang efektif.
Hubungan pendapatan dengan persediaan
Perputaran persediaan berhubungan dengan kualitas persediaan dan perputaran aset. Hubungan antara pendapatan denganpersediaan pada PT Vale Indonesia Tbk. ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5.4 Hubungan antara pendapatan denganpersediaan pada PT Vale Indonesia Tbk.

Sumber: Laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan penurunan pendapatan sebesar 4,72% dan diikuti dengan penurunan persediaansebesar 1,21%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013, volume penjualan menurun yang diikuti dengan penurunan pendapatan bersih.
Analisis Biaya dan Margin Laba
Biaya merupakan komponen utama yang membentuk laba atau rugi yang dialami oleh perusahaan. Pada bagian ini akan disajikan analisis terhadap biaya-biaya operasi maupun beban-beban operasional dan beban-beban non operasional, serta hubungannya dengan profitabilitas perusahaan.
Menganalisis Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan (HPP) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan perolehan output untuk siap dijual.Analisis terhadap harga pokok penjualan diperlukan dalam rangka menganalisis laba kotor (gross profit). Sementara laba kotor mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban operasi. Untuk mengukur hubungan antara harga pokok penjualan dengan profitabilitas perusahaan digunakan alat ukur yang disebut marjin laba kotor. Marjin laba kotor (gross profit margin) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba kotor atas penjualan yang dilakukan. Untuk menghitung besarnya margin laba kotor (gross profit margin) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotorpada PT Vale Indonesia Tbk ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5.5 Analisis harga pokok penjualan dan marjin laba kotorpada PT Vale Indonesia Tbk

Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap penjualan dapatmenghasilkan laba kotor sebesar 17,23% sedangkan pada tahun 2013, setiap penjualan dapat menghasilkan laba kotor sebesar 15,18%. Jadi pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk mengalami penurunan marjin laba kotor. Berdasarkan laporan laba rugi, penurunan marjin laba kotor ini disebabkan oleh adanya penurunan pendapatan bersih sebesar 4,72% yang diikuti penurunan beban pokok pendapatan yang lebih rendah yaitu sebesar 2,36%. Ini juga mengindikasikan bahwa pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk.kurang efisien dalam menjalankan kegiatan produksinya sehingga mengalami penurunan profitabilitas.
Menganalisis Beban-beban Operasi
Beban-beban operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi.Analisis terhadap beban-beban operasi perusahaan diperlukan dalam rangka menganalisis laba operasi (operating profit) perusahaan. Sementara laba operasi mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban non operasi terutama beban-beban finansial atas pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti beban bunga atas pinjaman.
Untuk mengukur hubungan antara beban-beban operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba operasi (operating profit margin). Hasil pengukuran marjin laba operasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba operasi atas penjualan yang dilakukan. Marjin laba operasi juga sekaligus untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran atas beban-beban operasi perusahaan. Untuk menghitung besarnya margin laba operasi dapat digunakan rumus berikut:

Analisis beban pokok pendapatan dan marjin laba kotor operasi pada PT Vale Indonesia Tbkditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5.6 Analisis beban pokok pendapatan dan marjin laba kotor operasi pada PT Vale Indonesia Tbk
Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap penjualan dapatmenghasilkan laba operasi sebesar 15,93% sedangkan pada tahun 2013, setiap penjualan dapat menghasilkan laba operasi sebesar 13,76%. Jadi pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk mengalami penurunan marjin laba operasi. Untuk mengetahui tingkat efisiensi atas pengaruh pengeluaran beban-beban operasi terhadap profitabilitas perusahaan maka dilakukan perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi. Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5.7 Perbandingan antara marjin laba kotor dengan marjin laba operasi PT Vale Indonesia Tbk

Sumber: Tabel 5.5 dan 5.6
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, kedua ukuran profitabilitas di atas, baik marjin laba kotor maupun marjin laba operasi mengalami penurunan. Penurunan marjin laba operasi lebih besar dari penurunan marjin laba kotor. Ini mengindikasikan bahwa pengeluaran atas beban-beban operasi lebih berpengaruh dalam menurunkanprofitabilitas perusahaan.
Berdasarkan laporan laba rugi menunjukkan bahwa penurunan profitabilitasdari laba operasi perusahaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan beban-beban operasi sebesar 3,28%. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk.Kurang efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga mengalami penurunan profitabilitas.
Menganalisis Beban-beban Non Operasi
Beban-beban non operasi merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan pendanaan dan kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan operasi. Analisis terhadap beban-beban non operasi diperlukan dalam rangka menganalisis laba bersih (net profit).Sementara laba bersih mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi beban-beban pendanaan berupa beban dividen.Untuk mengukur hubungan antara beban-beban non operasi dengan profitabilitas perusahaan secara spesifik digunakan alat ukur marjin laba bersih (net profit margin). Hasil pengukuran marjin laba bersih menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih atas penjualan yang dilakukan setelah disesuaikan dengan pendapatan atau beban-beban lain. Untuk menghitung besarnya margin laba bersih dapat digunakan rumus berikut:

Analisis beban non operasi dan marjin laba bersih padaPT Vale Indonesia Tbk ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5.8 Analisis beban non operasi dan marjin laba bersih padaPT Vale Indonesia Tbk

Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap penjualan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 11,05% sedangkan pada tahun 2013, setiap penjualan menghasilkan laba bersih sebesar 7,61%. Jadi pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbk mengalami perunanan marjin laba bersih. Untuk mengetahui tingkat efisiensi atas pengaruh pengeluaran beban-beban non operasi terhadap profitabilitas perusahaan maka dilakukan perbandingan antara marjin laba kotor, marjin laba operasi, dan marjin laba bersih. Perbandingan antara ketiga ukuran tersebut sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5.9 Perbandingan antara ketiga margin laba PT Vale Indonesia Tbk.
Sumber: Tabel 5.5, tabel 5.6, dan tabel 5.8
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013, ketiga ukuran profitabilitas di atas, baik marjin laba kotor, marjin laba operasi, maupun marjin laba bersih mengalami penurunan. Namun penurunan marjin laba bersih lebih besar dari penurunan laba marjin laba kotor dan marjin laba operasi. Ini mengindikasikan bahwa pengeluaran atas beban-beban non operasi lebih kurang efisien sehingga menurunkan profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan laporan laba rugi menunjukkan bahwa penurunan profitabilitasdari laba bersih perusahaan ini disebabkan oleh adanya peningkatanbeban-beban operasi yang diikuti peningkatan beban-beban non operasi yang signifikan. Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013, PT Vale Indonesia Tbkkurang efisien dalam menjalankan kegiatan non operasinya sehingga mengalami penurunan profitabilitas.
Analisis Profitabilitas Investasi
Pengukuran profitabilitas perusahaan, selain didasarkan atas pendapatan juga didasarkan atas investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan menghasilkan output berupa barang atau jasa, kemudian output tersebut dijual untuk menghasilkan pendapatan, dan akhirnya dari pendapatan akan dihasilkan laba.
Pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan adalah pengembalian atas modal yang diinvestasikan (return on invested capital).
Apabila konsep modal yang diinvestasikan berdasarkan total aset maka hasil pengukuran adalah pengembalian atas aset atau yang lebih dikenal sebagai return on total assets (ROA). Hasil pengukuran ini adalah relevan untuk mengukur efisiensi operasi. Untuk menghitung ROA dapat digunakan rumus berikut

Perhitungan ROA pada PT Vale Indonesia Tbk ditunjukkan pada tabel di bawah.
Tabel 5.10 Perhitungan ROA pada PT Vale Indonesia Tbk
Sumber: Laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap aset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 4,58% dan pada tahun 2013, setiap aset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 3,07%. Dengan demikian, profitabilitas PT Vale Indonesia Tbk mengalami penurunan pada tahun 2013.
Selain rumus di atas, penghitungan ROA dapat juga digunakan pengembalian atas investasi atau return on investment (ROI) berikut

Analisis ROA atau ROI pada PT Vale Indonesia Tbk ditunjukkantabel di bawah.
Tabel 5.11 Analisis ROA atau ROI pada PT Vale Indonesia Tbk.

Sumber: Laporan Laba Rugi PT Vale Indonesia Tbk
Pada perhitungan di atas, total aset digunakan data satu periode masing-masing. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap aset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 3,92% dan pada tahun 2013, setiap aset yang digunakan mampu menghasilkan laba sebesar 2,43%. Dengan demikian, profitabilitas PT Vale Indonesia Tbk. mengalami penurunan pada tahun 2013.
Berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk. dapat diketahui bahwa perunan ROA atau ROI di atas sebagai akibat dari penurunan laba bersih sebesar 4,72% yang diikuti oleh penurunan aset yang lebih rendah yaitu sebesar 2%. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan asettidak begitu produktif dalam menghasilkan laba bersih pada tahun 2013.
Analisis Profitabilitas Ekuitas
Pengembalian atas ekuitas pemegang saham biasa atau return on common shareholders' equity (ROCE) juga lebih dikenal sebagai return on equity (ROE) merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Secara spesifik, ROCE menggambarkan sejauhmana produktivitas ekuitas saham biasa dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.Untuk mengukur ROCE dapat digunakan rumus pada persamaan di bawah.
Rata-rata ekuitas saham biasa merupakan hasil penjumlahan ekuitas pada neraca dua periode kemudian dibagi dua. Rata-rata ekuitas dapat juga didasarkan pada ekuitas satu periode saja.
Tabel 5.12 Perhitungan ROCE PT Vale Indonesia Tbk.
Sumber: Laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, setiap ekuitas saham biasa yang digunakan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 22,07%. Sedangkan pada tahun 2013, setiap ekuitas saham biasa yang digunakan mampu menghasilkan laba bersih sebesar 13,39%. Jika dibandingkan antara tahun 2012 dengan tahun 2013, terjadi penurunan profitabilitas. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja operasi PT Vale Indonesia Tbk. kurang baik.
Berdasarkan laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk. dapat diketahui bahwa penurunan ROCE atau ROE di atas sebagai akibat dari penurunan laba bersih sebesar 4,72% yang tidak diikuti oleh perubahan ekuitas saham biasa. Jadi ini mengindikasikan bahwa penggunaan ekuitas saham biasa kurang produktif dalam menghasilkan laba bersih pada tahun 2013.
BAB VI
ANALISIS ARUS KASPT. VALE INDONESIA Tbk
Arus kas perusahaan menunjukkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, arus kas perusahaan terdiri atas komponen arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow). Posisi arus kas suatu perusahaan dapat dalam bentuk surplus atau defisit. Surplus arus kas artinya terdapat kelebihan arus kas masuk atas arus kas keluar dan sebaliknya defisit arus kas artinya terdapat kelebihan arus kas keluar atas arus kas masuk.
6.1Metode Penyusunan Laporan Arus Kas
Menurut Standar Akuntan Keuangan dalam PSAK No. 2 bahwa perusahaan dapat melaporkan arus kas operasi dengan menggunakan salah satu dari dua metode, yaitu metode lansung dan metode tidak langsung. Perbedaan kedua metode ini dijelaskan sebagai berikut:
Metode langsung
Metode langsung merupakan suatu metode dimana kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan. Metode ini memiliki kelebihan karena mengungkapkan informasi lebih terinci tentang komponen-komponen pembentuk laba rugi perusahaan. Namun di sisi lain, relatif lebih rumit dalam proses penyajiannya. Untuk kepentingan analisis laporan keuangan direkomendasikan agar menggunakan metode langsung
.
Metode tidak langsung
Metode tidak langsung merupakan metode dimana laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan, atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Kelemahan metode ini adalah tidak mengungkapkan secara rinci komponen-komponen pembentuk laba rugi perusahaan sehingga kurang efektif untuk digunakan dalam menganalisis laporan arus kas. Namun di sisi lain, lebih sederhana dalam proses penyajiannya diperlukan suatu teknik atau metode dalam melakukan interpretasi dan analisis terhadap posisi arus kas. Dalam melakukan analisis arus kas perusahaan dapat digunakan beberapa metode antara lain: analisis horizontal, analisis vertikal atau analisis common-size, analisis cross-section, serta analisis rasio.
Analisis Horizontal Arus Kas Perusahaan
Analisis horizontal (horizontal analysis)merupakan suatu metode yang digunakan untuk membandingkan nilai arus kas setiap aktivitas bisnis antara dua periode atau lebih. Analisis ini juga biasa disebut analisis tren yang berguna untuk mengetahui perkembangan arus kas setiap aktivitas bisnis, baik aktivitas operasi, aktivitas investasi, maupun aktivitas pendanaan.
Analisis Horizontal Aktivitas Operasi
Tabel 6.1 Analisis Horizontal Aktivitas Operasi PT Vale Indonesia Tbk.Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan penerimaan kas dari pelanggan sebesar 5,17% dan penurunan pembayaran kas ke pemasok sebesar 8,02%. Arus kas bersih dari aktivitas operasi tidak mengalami surplus dari tahun 2012 dengan tahun 2013
Berdasarkan data di atas mengindikasikan bahwa perusahaan ini kurang cukup efisien dalam pengelolaan aktivitas operasinya. Ini juga mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan arus kas operasi belum baik.
Analisis Horizontal Aktivitas Investasi
Tabel 6.2Analisis Horizontal Aktivitas Investasi PT Vale Indonesia Tbk.Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadinya penurunan pembayaran untuk pembelian aset tetap sebesar 4,40%. Sehingga arus kas yang diperoleh dari aktivitas investasi mengalami defisit pada tahun 2013.
Analisis Horizontal Pendanaan
Tabel 6.3Analisis Horizontal Aktivitas Pendanaan PT Vale Indonesia Tbk.Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terjadinya penurunan pembayaran dividen sebesar 55,35% yang berdampak pada penurunan aktivitas operasi. Berdasarkan data di atas mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan ini menerapkan kebijakan pendanaan defisit pada tahun 2013 sehingga menyebabkan penurunan investasi. Ini berarti bahwa perusahaan lebih menitikberatkan pada pemenuhan kewajiban atas pendanaan.
6.3Analisis Vertikal Arus Kas Perusahaan
Analisis vertikal merupakan suatu teknik atau metode yang membandingkan arus kas dari ketiga aktivitas bisnis perusahaan untuk periode tertentu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sinergi ketiga aktivitas bisnis perusahaan. Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab 3 bahwa ketiga aktivitas bisnis perusahaan yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan saling terkait satu sama lain. Pada Analisis vertikal ini dapat digunakan metode common-size yang menggambarkan keseimbangan arus kas masuk dan arus kas keluar antara ketiga aktivitas bisnis tersebut.
Analisis Vertikal terhadap aktivitas operasi tahun 2013
Tabel 6.4Analisis Vertikal Aktivitas Operasi PT Vale Indonesia Tbk.Inflow
Keterangan common size
2013 %
Penerimaan Kas dari Pelanggan 968.376 95,16
Penerimaan Lainnya 455 0,04
Pengembalian Pajak Penghasilan Badan 40.516 3,98
Pengembalian Pajak Lainnya 8.197 0,80
Total 1.017.544  
Outflow
Keterangan common size
2013 %
Pembayaran Kas ke Pemasok 596.532 79,40
Pembayaran Pajak Penghasilan Badan 38.261 5,09
Pembayaran Ke Karyawan 100.607 13,39
Pembayaran Lain 15.896 2,11
Total 75.1296  
Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.
Pada tabel inflow di atas menunjukkan bahwa kegiatan operasi tahun 2013 sehat karena di dominasi pada penerimaaan kas dari pelanggan sebesar 95,16%.
Pada tabel outflow diatas menunjukkan bahwa kegiatan operasi tahun 2013 di dominasi pada pembayaran kas ke pemasok sebesar 79,40%. Dimana signifikan pada pembayaran kas ke pemasok dan insignifikan pada pembayaran lainnya.
Berikut ini merupakan diagram dari operating cash inflow dan operating cash outflow PT Vale Indonesia Tbk.

Gambar 6.1 Diagram operating cash inflow PT Vale Indonesia Tbk.

Gambar 6.1 Diagram operating cash inflow PT Vale Indonesia Tbk.
Analisis vertikal terhadap aktivitas investasi tahun 2013
Tabel 6.5Analisis Vertikal Aktivitas Investasi PT Vale Indonesia Tbk.
Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.
Inflow pada analisis vertikal terhadap aktivitas investasi tahun 2013 tidak ada. Pada tabel outflow di atas menunjukkan bahwa aktivitas investasi di dominasi pada pembayaran untuk pembelian aset tetap sebesar 100%.
Analisis vertikal terhadap aktivitas pendanaan tahun 2013
Tabel 6.6Analisis Vertikal Aktivitas Pendanaan PT Vale Indonesia Tbk.

Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel inflow pada aktivitas pendanaan diatas menunjukkan bahwa penggunaan dana yang dibatasi penggunaanya sebesar 100%.
Tabel outflow pada aktivitas pendanaan diatas menunjukkan bahwa terjadinya signifikan pada pembayaran beban keuangan sebesar 43,45% dan insignifikan pada pembayaran pinjaman jangka panjang sebesar 16,42%.
6.4Analisis Rasio Arus Kas Perusahaan
Sehubungan dengan analisis arus kas, berbagai rasio keuangan dapat digunakan adalah:
Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar
Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar digunakan untuk mengukur likuiditas keuangan perusahaan. Secara khusus, rasio ini mengukur seberapa besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk menutupi kewajiban lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin likuid perusahaan. Untuk menghitung besarnya rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar (RAKOKL) dengan rumus:

Tabel 6.7Analisis rasio arus kas operasi kewajiban lancar PT Vale Indonesia

Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 60,5% untuk menutupi kewajiban lancar. Pada tahun 2013, perusahaan ini mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 57,42% untuk menutupi kewajiban lancar. Ini mengindikasikan bahwa PT Vale Indonesia relatif likuid. Walaupun tidak standar baku yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas dari rasio arus kas ini.
Rasio arus kas operasi terhadap total kewajiban
Rasio arus kas operasi terhadap total kewajiban digunakan untuk mengukur solvabilitas keuangan perusahaan. Secara khusus, rasio ini mengukur seberapa besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk menutupi seluruh kewajiban perusahaan, baik kewajiban lancar maupun kewajiban tidak lancar. Semakin tinggi rasio ini maka semakin solvabel perusahaan. Untuk menghitung besarnya rasio arus kas operasi terhadap total kewajiban (RAKOTK) dengan rumus:

Tabel 6.8 Analisis rasio arus kas operasi total kewajiban PT Vale Indonesia

Sumber: Laporan Arus Kas PT Vale Indonesia Tbk
Tabelmenunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 43,47% untuk menutupi total kewajiban. Sementara pada tahun 2013, perusahaan ini mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 46,90% untuk menutupi total kewajiban. Ini mengindikasikan PT Vale Indonesia relatif solvabel. Walaupun tidak standar baku yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas dari rasio arus kas ini.
Rasio arus kas operasi terhadap total aktiva
Rasio arus kas operasi terhadap total aktiva digunakan untuk mengukur solvabilitas keuangan perusahaan. Secara khusus, rasio ini mengukur seberapa besar arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan untuk membiayai seluruh aktiva perusahaan, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar. Semakin tinggi rasio ini maka semakin solvabel perusahaan. Untuk menghitung besarnya rasio arus kas operasi terhadap total aktiva (RAKOTA) dengan rumus:

Tabel 6.9 Analisis rasio arus kas operasi terhadap total aktiva PT Vale Indonesia

Sumber: Laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012, PT Vale Indonesia mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 11,39% untuk menutupi total aktiva. Sementara pada tahun 2013, perusahaan ini mampu menyediakan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 11,65% untuk menutupi total aktiva. Ini mengindikasikan bahwa PT United Tractors Tbk dan Anak Perusahaan relatif solvabel. Walaupun tidak standar baku yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas dari rasio arus kas ini.
BAB VII
ANALISIS RISIKO PT VALE INDONESIA Tbk
Analisis Resiko Jangka Pendek
Risiko likuiditas jangka pendek membutuhkan suatu pemahaman tentang siklus operasi perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai risiko likuiditas jangka pendek adalah:
Rasio Lancar (current ratio)
Current ratio merupakan instrumen untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi current ratio maka semakin likuid suatu perusahaan dan semakin rendah risiko perusahaan. Perusahaan baru bisa dikatakan liquid apabila CR > 2,00 dan margin of safety > 1,00. Dalam analisis likuiditas perusahaan pada tahun 2013 diperoleh rasio lancar 3,30. Berdasarkan rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa PT Vale Indonesia dapat dikatakan normal.
Rasio Cepat (quick ratio)
Quick ratio merupakan instrumen untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi quick ratio maka semakin likuid suatu perusahaan dan semakin rendah risiko perusahaan.Standar normatif atas penilaian liquiditas perusahaan dengan menggunakan quick ratio adalah 1,00. Dalam analisis liquiditas perushaan pada tahun 2013 diperoleh rasio cepat 2,41. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PT Vale Indonesian dapat dikatakan sangat normal.
Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar (operating cash flow to current liabilities)
Rasio ini menunjukkan sejauhmana kas yang dihasilkan dari operasi dapat menutupi kewajiban lancar perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah risiko yang dihadapi perusahaan. Dilihat dari neraca dan laporan arus kas, perhitungan analisis arus kas, diperoleh cash flow liquidity sebesar 1,57. Dimana idealnya nilai tersebut adalah 1, sehingga dapat dikatakan perusahaan mampu memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam periode tertentu.
Analisis Risiko Jangka Panjang
Risiko solvabilitas jangka panjang yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga dan anggaran pinjaman atas utang jangka panjang dan untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. Rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai risisko solvabilitas jangka panjang adalah:
Risiko utang jangka panjang (long-term debt ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar total utang yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai aktivanya. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula risiko yang dihadapi perusahaan. Dilihat dari neraca tahun 2013 PT Vale Indonesia Tbk, perbandingan antara aktiva tetap dan utang jangka panjang perusahaan adalah 4 : 1. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu bergantung terhadap utang jangka panjang untuk membiayai aktiva tetapnya. Di samping itu juga menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk dapat memperoleh pinjaman jangka panjang baru dengan jaminan aktiva cukup baik.
Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar total utang yang dimiliki oleh perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula risiko yang dihadapi perusahaan. Dari perhitungan rasio hutang terhadap ekuitas diperoleh rasio sebesar 0,33 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi perusahaan cukup kecil, dan apabila perusahaan ini mengalami likuidasi, masih terdapat kelebihan ekuitas atas hutang yang harus dipenuhi.
Rasio kewajiban terhadap aktiva (liabilities to assets ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar utang yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil pula risiko yang dihadapi perusahaan. Dilihat dari neraca tahun 2013 PT Vale Indonesia Tbk, perbandingan total kewajiban terhadap aktiva tetap perusahaan adalah 1 : 3. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu bergantung pada hutang untuk membiayai aktivanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko PT Vale indonesia kecil.
Rasio cakupan bunga (interest coverage ratio)
Rasio ini menunjukkan sejauhmana kemampuan perusahaan untuk dapat menutupi atau memenuhi kewajiban bunga atas pinjamannya kepada kreditor. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko yang dihadapi perusahaan.Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Dari perhitungan rasio cakupan bunga perusahaan , diperoleh rasio pada tahun 2013 sebesar 4,78. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menutupi beban bunga dengan menggunakan laba sebelum pajak dan bunga.
BAB VIII
ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PT VALE INDONESIA Tbk
Analisis Univariat
Model univariat dalam prediksi kebangkrutan suatu perusahaan digunakan untuk mengkaji hubungan antara rasio keuangan tertentu dengan kebangkrutan suatu perusahaan. Atau dengan kata lain model univariat mengkaji rasio keuangan secara parsial.
William Beaver menemukan enam rasio keuangan yang dianggap mempunyai daya pembeda (discriminating power) yang sangat baik yang dapat membedakan perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Keenam rasio keuangan tersebut adalah:
Laba bersih sebelum depresiasi, deplesi, dan amortisasi terhadap total kewajiban (net income before depreciation, depletion, & amortization to total liabilities)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang, dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya arus kas dari kegiatan operasi yang tersedia untuk dapat memenuhi seluruh kewajiban perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan
Tabel 8.1 . Penghitungan Rasio Laba bersih sebelum depresiasi, deplesi,
& amortisasi terhadap total kewajiban
Tahun Laba Bersih
(US$) Depresiasi, Deplesi, amortisasi (US$) Total Kewajiban
(US$) Rasio
2012 67.494 102.286 611.646 0,28
2013 38.652 110.748 566.853 0,26
Sumber: Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012, dari seluruh kewajiban dapat dipenuhi dari arus kas operasi sebesar 28%. Sedangkan pada tahun 2012, dari seluruh kewajiban dapat dipenuhi dari arus kas operasi sebesar 26%. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko jangka panjang perusahaan.
Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets)
Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih.Tabel 8.2.Penghitungan Rasio Laba bersih terhadap Total aktiva
Tahun Laba Bersih (US$) Total Aktiva (US$) Rasio
2012 67.494 2.333.080 0,03
2013 38.652 2.281.119 0,02
Sumber: Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang diinvestasikan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 3% pada Tahun 2012 sedangkan pada Tahun 2013 dapat menghasilkan laba bersih sebesar 2%. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan profitabilitas pada Tahun 2013 sebesar 1%. Semakin kecil rasio ini maka semakin kecil profitabilitas perusahaan.
Total utang terhadap total aktiva (total debt to total assets)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya pendanaan utang yang digunakan untuk membiayai seluruh aktiva perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan.
Tabel 8.3. Penghitungan Rasio Total Utang terhadap Total aktiva
Tahun Total Utang (US$) Total Aktiva (US$) Rasio
2012 611.646 2.333.080 0,26
2013 566.853 2.281.119 0,25
Sumber: Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan dibiayai dari utang sebesar 26% pada Tahun 2012 sedangkan pada Tahun 2013 dibiayai dari utang sebesar 25%. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan risiko jangka panjang pada Tahun 2013 sebesar 1%.
Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total assets)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Tabel 8.4. Penghitungan Rasio Modal kerja bersih terhadap total aktiva
Tahun Total Aktiva lancar (US$) Total Kewajiban Lancar (US$) Total Aktiva (US$) Rasio
2012 564.890 165.665 2.333.080 0,17
2013 557.495 168.900 2.281.119 0,17
Sumber: Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan terdapat modal kerja bersih sebesar 17% pada Tahun 2012 sedangkan pada Tahun 2013 terdapat modal kerja bersih sebesar 17%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan atau penambahan modal kerja bersih ditahun 2013.
Aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current assets to current liabilities)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan besarnya aktiva lancar yang tersedia untuk dapat memenuhi kewajiban lancar perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Tabel 8.5. Penghitungan Rasio Aktiva Lancar terhadap Kewajiban Lancar
Tahun Total Aktiva Lancar (US$) Total Kewajiban Lancar (US$) Rasio
2012 564.890 165.665 3,41
2013 557.495 168.900 3,30
Sumber: Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dapat digunakan untuk menutupi kewajiban lancar sebesar 341% pada Tahun 2012 sedangkan pada Tahun 2013 tersedia aktiva lancar sebesar 330%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan risiko jangka pendek pada Tahun 2013 sebesar 11%.
Kas, surat-surat berharga, piutang usaha terhadap beban-beban operasi tidak termasuk depresiasi, deplesi, dan amortisasi (cash, marketable securities, account receivable to operating expenses excluding depreciation, depletion, & amortization)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tersedianya alat likuiditas untuk dapat memenuhi beban-beban operasi tunai perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Tabel 8.6. Penghitungan Rasio Kas, surat-surat berharga (SSB), piutang usaha terhadapbeban-beban operasi tidak termasuk depresiasi, deplesi, dan amortisasi
Tahun Kas + SBB + Piutang Usaha (US$) Beban-Beban Operasi (US$) Depresiasi, Deplesi, Amortisasi (US$) Rasio
2012 284.879 125.113 102.286 2013 265.922 117.341 110.748 Sumber: Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap beban operasi tunai perusahaan tersedia alat likuiditas sebesar 150% pada Tahun 2011 sedangkan pada Tahun 2012, untuk setiap beban operasi tunai perusahaan tersedia alat likuiditas sebesar 254%
Analisis Multivariat Model Z – SCORE
Modelmultivariat merupakan suatu model yang mengkombinasikan beberapa rasio keuangan secara bersama-sama (simultan) memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Model Z-Score merupakan salah satu model multivariat telah dikembangkan oleh Edward Altman.
Dari hasil penelitian Altman menemukan lima rasio keuangan yang dianggap paling baik membedakan perusahaan yang sehat dan bangkrut. Kelima rasio keuangan tersebut adalah:
Modal kerja bersih terhadap total aktiva (net working capital to total assets = X1)
Rasio ini menunjukkan risiko likuiditas jangka pendek perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Laba ditahan terhadap total aktiva (retained earnings to total assets = X2)
Rasio ini menunjukkan profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat penggunaan laba ditahan untuk membiayai aktiva perusahaan.Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (earnings before interest and taxes to total assets = X3)
Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi perusahaan.Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku kewajiban (market value of equity to book value of liabilities = X4)
Rasio ini menunjukkan risiko solvabilitas jangka panjang perusahaan serta penilaian terhadap profitabilitas, dimana hasil pengukurannya menunjukkan struktur pendanaan yang digunakan untuk membiayai seluruh aktiva perusahaan.Semakin besar rasio ini maka semakin kecil risiko bagi perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko bagi perusahaan.
Penjualan terhadap total aktiva (sales to total assets = X5)
Rasio ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana hasil pengukurannya menunjukkan tingkat produktivitas aktiva yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.Berdasarkan rasio keuangan tersebut sebagai variabel prediktor ditemukan model prediksi sebagaimana ditunjukkan pada persamaan di bawah.

Tabel 8.7Standar Penilaian (Cut off point) Model Z-Score
Ukuran Keterangan
Z-Score < 1,81 Peluang bangkrut besar
Z-Score > 3,00 Peluang bangkrut kecil
1,81 ≤ Z-Score ≤ 3,00 Daerah abu-abu
Tabel 8.8. Penghitungan Z-Score Prediksi Kebangkrutan PerusahaanSumber: Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan diatas z-score yg diperoleh PT Vale Indonesia Tbk > cutoff point dimana z-score adalah 2,88 sementara cutoff point adalah 1,81 ≤ Z-Score ≤ 3,00. Artinya PT Vale Indonesia Tbk berpeluang bangkrut kecil.Analisis Multivariat Model LOGIT
Salah satu Model Multivariat yang lain adalah Model Analisis Logit (logit analysis) yang dikembangkan oleh James A. Ohlson. Model ini dikembangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ohlson. Prosedur penelitian yang dilakukan oleh Ohlson adalah:
Menghitung serangkaian rasio keuangan
Mereduksi sejumlah rasio keuangan kemudian memilih rasio yang paling baik membedakan perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut.
Menetapkan koefisien untuk setiap variabel prediktor yang dilibatkan.
Pada model ini, Ohlson menemukan sembilan rasio keuangan sebagai variabel prediktor yang dianggap paling baik yaitu:
Logaritma alam (ln) total aktiva terhadap Deflator GNP (natural log of total assets to GNP implicit Price Deflator Index = SIZE)
Total kewajiban terhadap total aktiva (total liabilities to total assets = TLTA)
Aktiva lancar kurang kewajiban lancar terhadap total aktiva (current assets – current liabilities to total assets = WCTA)
Kewajiban lancar terhadap aktiva lancar (current liabilities to current assets = CLCA)
Laba bersih terhadap total aktiva (net income to total assets = NITA)
Dana dari operasi terhadap total kewajiban (funds from operations to total liabilities = FUTL)
Variabel dummy yaitu bernilai satu jika laba bersih negatif selama dua tahun terakhir dan bernilai nol jika tidak demikian (one if net income was negative for the last two years and zero otherwise = INTWO)
Variabel dummy yaitu bernilai satu jika total kewajiban melebih total aktiva dan bernilai nol jika tidak demikian (one if total liabilities exceed total asset and zero otherwise = OENEG)
(Laba bersiht – Laba bersiht-1)/(│Laba bersiht│ +│Laba bersiht-1│) = CHIN
Kriteria penilaian:
Cut off point = 3,8%, jadi jika p > 3,8% berarti perusahaan berpeluang bangkrut. Berdasarkan kesembilan variabel prediktor tersebut, Ohlson menetapkan fungsi multivariat sebagai berikut:

Selanjutnya untuk menghitung peluang kebangkrutan dapat digunakan formulasi sebagai berikut:
p=11+e-yTabel 8.9 Perhitungan Fungsi Multivariat Model OhlsonSumber: Laporan Keuangan PT.Vale Indonesia Tbkp=11+2,718282-(-4,43)=1,19%Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Profitability of Banckruptcy (p) lebih kecil dari cuttof point, dimana profitabilitas adalah 1,19% sementara cuttof point adalah 3,8% berarti bahwa PT Vale Indonesia Tbk Berpeluang bangkryt kecil.
PENUTUP
Kesimpulan
Dilihat dari segi aspek return, PT Vale Indonesia Tbk. memiliki rasio profitabilitas yang baik (profit margin 32,9% dan ROA 15,09%). Dimana kemampuan perusahaan menghasilkan laba baik berdasarkan tingkat penjualan tertentu maupun berdasarkan tingkat aset tertentu cukup baik.Hal ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berjalan dengan efisien. Jika dilihat dari perputaran piutang (10,16 kali/tahun) dan rata-rata umur dari piutang menjadi kas (35 hari) bisa dibilang rendah. Rata-rata umur piutang yang rendah mengindikasikan kebijakan piutang yang terlalu ketat dan bisa menyebabkan penurunan penjualan. Begitu pula dengan perputaran persediaan dan umur persediaan, PT Ultrajaya Milk Industry memiliki perputaran persediaan sebesar 5,43 kali/tahun dan umur persediaan 66 hari. Hal ini mengindikasikan persediaan perusahaan cukup lama tersimpan.Perputaran persediaan yang rendah menunjukkan bahwa pengendalian persediaan perusahaan berjalan kurang efektif.Maka kesimpulannya adalah PT Ultrajaya baik dalam aspek return-nya walaupun ada beberapa rasio yang menunjukkan angka kurang baik namun hal itu dapat diperbaiki dengan evaluasi dan pengelolaan yang semakin ditingkatkan.Rekomendasi
Manajemen
Dari hasil perhitungan rasio aktivitas menunjukkan bahwa umur piutang dan perputaran persediaan terbilang rendah.Hal ini mengindikasikan bisa jadi kebijakan piutang dan pengendalian persediaan kurang baik.Oleh karena itu manajemen harus lebih bijak dalam membuat kebijakan piutang dan mengendalikan persediaan agar perusahaan dapat menghasilkan laba secara maksimal.Investor
Dari aspek return dapat terlihat bahwa perusahaan menghasilkan profit margin dan ROA yang cukup baik, hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba juga baik. Maka dari itu, para investor dapat mengambil keputusan untuk membeli saham PT Ultrajaya Milk Industry.Kreditur
PT Ultrajaya Milk Industry tidak terlalu banyak menggunakan dana dari kreditur, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan bisa mandiri. Dengan begitu,seharusnya para kreditur dapat mempercayakan dananya kepada perusahaan dan tidak perlu khawatir perusahaan nantinya tidak mampu membayar hutang.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Nasir, 2008, Analisa Laporan Keuangan, Bahan Ajar Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan, Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi, PNUP, Makassar.
BIBLIOGRAPHY \l 1033
PT Vale Indonesia Tbk. (2011 - 2013). Annual Report 2011. Indonesia.
Wild, John, K.R. subramanyam, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Sepuluh, Buku Satu, Alih Bahasa: Dewi Yanti, Jakarta: Salemba Empat.
Wild, John, K.R. subramanyam, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Sepuluh, Buku Dua, Alih Bahasa: Dewi Yanti, Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN
Laporan Keuangan PT Vale Indonesia Tbk Tahun 2012-2013


Download Makalah Analsisis Laporan Keuangan PT VALE INDONESIA.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca Makalah Analsisis Laporan Keuangan PT VALE INDONESIA. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: