Oktober 22, 2016

Contoh makalah sejarah

Judul: Contoh makalah sejarah
Penulis: Felia Ardiani


PELAJARAN :
"SEJARAH INDONESIA"
DISUSUN OLEH :
ASMAN YUSUF
X AK 1
SMK NEGERI 1 BOGOR
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Solawat serta salam saya sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnys. Terucap pula syukur kepada Allah SWT. Karena atas izin-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini, saya akan membahas mengenai akulturasi dan perkembangan budaya islam di Indonesia. Akulturasi Islam yang akan dibahas berupa akulturasi pada bidang seni bangunan, seni ukir, aksara, seni sastra, kesenian dan kalender. Sebenarnya masih banyak akulturasi Islam yang terjadi di Indonesia. Namun, yang saya akan bahas hanya terbatas pada bidang-bidang yang sudah disebutkan di atas.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun saya berharap makalahi ni dapat bermanfaat untuk saya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari Bapak/Ibu guru sangat saya harapkan.
Terima kasih. Semoga bermanfaat.
Bogor, 11 Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………………………………………………..2
Daftar isi…………………………………………………………………………………………………………………………….3
Pendahuluan……………………………………………………………………………………………………………………..4
Isi dan pembahasan……………………………………………………………………………………………………………11
Penutup…………………………………………………………………………………………………………………………….14
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………………………..15
PENDAHULUAN
PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA
Deskripsi Para Ahli Tentang Masuknya Islam di Nusantara
Sejarah masuknya Islam di Nusantara menimbulkan banyak tafsiran dari para ahli sejarah dengan argumentasinya yang mempertanyakan kapan, dimana dan bagaiaman proses masuknya Islam di Indonseia. Wacana ini sudah diungkapkan melalui berbagai seminar yang dilakukan para ahli sejarah baik Barat maupun Timur. Barat cenderung mengatakan masuknya Islam di Nusantara abad ke-13 M, yang antara lain dipelopori oleh Snouck Hugronye, J.P. Moquete, R.A. Kern Pijnappel. Sementara para ahli Sejarah Timur lebih memusatkan perhatian pada baad ke-7 M dipelopori oleh Prof. Hamka, T. W. Arnold, Syed Naguib Al Atta yang berpendapat bahwa sebelum abd ke-7 M sudah terjalin hubunngan perdagangan dan pelayaran bangsa Arab, India dan Cina di Indonesia (Nusantara), melalui Pantai Timur Sumatera. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada beberapa teori yang diungkapakan para ahli sejarah tentang deskripsi masuknya Islam di Nusantara yaitu sebagai berikut :
1. Teori Gujarat (India)
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonseia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah: Pertama, kurangnya fakta yamg menjelasakan peranan bangsa Aab dalam penyebaran di Indonesia. Kedua, karena adanya hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-Cambay-Timur Tengah-Eropa. Ketiga, adanya batu nisan Sultan Samudera Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat (Azra, 2002, hlm 22).
Pendukung teori Gujarat (India) ini antara lain dikemukakan oleh beberapa sarjana Belanda seperti Pijnapel, Snouck Hourgronje, Moqutte yang juga memiliki pandangan yang berbeda bahwa Islam pertama kali datang ke Indonesia sekitar abad ke-13 berasal dari India. Pinnapel berpendapat bahwa Islamisasi di Indonesia dilakukan oleh orang-orang Arab melalui India, terutama Gujarat dan Malabar, dengan argumentasinya bahwa "ada persamaan antara mazhab Syafi'i di India dengan Indonesia. Mazhab Syafi'I ini dibawa oleh orang Arab yang bermigrasi dan menetap di Gujarat dan Malabar dan kemudian melalui perdagangan membawa Islam ke Indonesia" (Azra, 2002, hlm.24). Sementara Snouck hourgronje berpendapat bhawa "Islam pertama kali masuk ke Indonesia bukan berasal dari Arab, tetapi dari India karena sudah lama terjalin hubungan dagang antara India dengan Indonesia dan adanya inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera mengindikasikan adanya hubungan antara Sumatera dengan Gujarat" (Suryanegara, 1996, hlm.75).
Tampak perbedaan yang nyata dari kedua ahli Belanda ini menelusuri asala masuknya Islam ke Nusantara dengan berbagai argumen yang diajukan dan tetap berspekulasi antara abad ke-12 dan ke-13 merupakan awal masuknya Islam ke Indonesia, meskipun akhirnya Snouck mengatakan "Muslim Dhaka adalah sebagai perantara dalam perdagangan antara Muslim Arab terutama yang mengaku sebagai keturunan Rasulullah Saw. dan menjalankan dakwah Islam dengan Indonseia (Azra, 2002:25). Jelas di sini Snouck secara impilsit menagkui bahwa Islam tetap berasal dari Muslim Arab.
Sementara itu Moquette mengatakan bahwa "memang ada persamaan antara gaya batu nisan Makam Sultan Nahrasyah yang ada di Pasai (Aceh) 1428 M dan di Gresik 1419 M (Jawa Timur) nisan Makam Malik Ibrahim dengan batu nisan yang ada di Cambay (Gujarat) nisan Makam Umar Ibn AL kazaruni tahun 1333 M. Sehingga hal ini menunjukkan ada hubungan antara Indonesia dengan Gujarat" (Yusuf, 2006, hlm.36). spekulasi Moquette ini jelas menunjukkan batu nisan dari Gujarat tidak hanya diproduksi untuk pasar loakal tetapi juga untuk di ekspor ke luar negeri seperti indonesia, dengan demikian Moquette menganggap secara tidak langsung orang Indonesia juga mengambil Islam dari wilayah Gujarat. Tetapi ada yang mengganjal jika diperhatikan tahun pada batu niasan di Pasai dengan di Gresik seolah-olah pengaruh Islam pertama kali masuk di Gresik. Deskripsi para ahli yang mendudkung teori Gujarat ini lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam.
2. Teori Arab (Mekkah)
Teori ini merupakan teori yang baru muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu Gujarat. Teori Makkah berpendapat Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah : Pertama, pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di panatai Barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. Kedua, Kerajaan Samudera Pasai menganut aliran mazhab Syafi'i, dimana pengaruh mazhab Syafi'I terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat atau India adalah penganut mazhab Hanafi. Ketiga, Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar tersebut bersala dari Mesir.
Demikian Hamka dalam seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia di Medan 1963, "menolak kesimpulan Gujarat yang mengabaikan pernan orang Arab dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, sementara orang Arab memiliki kekuatan perdagangan dan pelayaran, sedangkan Gujarat hanya merupakan kota persinggahan" (Hasymy. 1981, hlm. 222). Selanjutnya Hamka (Hasymy, 1981, hlm. 221)mengatakan tidaklah salah jika dikatakan "Aceh sebagai Serambi Mekkah, karena merupakan suatu kenyataan sejarah, Aceh adalah tempat awal kerajann Islam di Indonesia, dan sebagai tempat pusat pendidikan Agama Islam", di sini Hamka bertitik tolak pada Ulama Besar yang dimiliki Aceh yaitu Syaikh Aminuddin dan Abdurrauf as Sinkily, Hamzah Fanshuri, Nurruddin ar-Raniry, yang banyak memberikan ilmu Syariat dan Haqiqat pada masyarakatnya yang berpengaruh terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
Untuk meluruskan pandangan para ahli sejarah di atas ada baiknya memperhatikan pandangan dari Thomas Arnold yang mengatakan "Islam masuk ke Indonesia berasal dari Arab, dimana para pedagang Arab membawa Islam saat mereka menguasai perdagangan antara Barat dan Timur sejak awal abad ke-7 M dan abad ke-8 M. Dapat diduga mereka juga menyebarakan agama Islam ke Indonesia" (Yusuf, 2006, hlm. 38). Pandangan Arnold ini dapat dipertimbangkan, karena berdasarkan sumber Cina, menyatakan "menjelang abad ke-7 M seorang Arab pernah menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir Barat Sumatera. Beberapa orang Arab ini melakuakan kawin campur dengan penduduk pribumi sehingga kemudian membentuk sebuah komunitas Muslim" (Azra, 2002:27).
Dalam historigrafi tradisional, seperti dalam Hikayat Raja-Raja Pasai (1350 M), disebutkan bahwa Syaikh Ismail datang dari Mekkah melalui Malabar menuju Pasai dan mengislamkan raja Pasai Merah Silu yang kemudian bergelar Malik al Shalih. Dalam Sejarah Melayu (1500 M) menerangkan tentang Parameswara penguasa Malaka, diislamkan oleh Sayyid Abd al-Aziz seorang Arab yang berasal dari Jedah, setelah menganut agama Islam, Parameswara bergelar Sultan Muhammad Syah. Kemudian dalam Hikayat Merong Mahawangsa menjelaskan bahwa penguasa Kedah Phra Ong Mahawangsa, para menteri dan rakyatnya diislamkan oleh Syaikh Abd Allah Yamani yang datang dari Mekkah. Setelah menganut agama Islam Phra Ong Mahawangsa bergelar Muzafah Syah. Jelas sekali dalam pengislaman di wilayah jalur pelayaran dan perdagangan internasional" (Hamka, 1963, hlm. 17). Demikian Azra (2002, hlm. 31) mengungkapakan empat hal yang disampaiakn historiografi tradisional yang berkaitan dengan Islamisasi di Indonesia yaitu :
1.      Islam Indonesia dibawa langsung dari tanah Arab.
2.      Islam diperkenalkan oleh para guru atau juru dakwah yang profesional.
3.      Yang pertama kali masuk Islam berasal dari kalangan penguasa.
4.      Sebagian besar juru dakwah itu datang ke Indonesia pada abad ke-12 M dan abad ke-13 M, walaupun sejak abad ke-1 H atau abad ke-7 M sudah ada orang Indonesia yang menganut agama Islam, tetapi masih dalam taraf pengenalan dan baru pada abad ke-12 s/d abad ke-16 pengaruh Islam di Indonseia tamapak lebih jelas dan meluas.
Dari keterangan di atas dapat dipahami, argumentasi dalam teori Arab lebih menekankan pada peranan kaum Muslim Arab sendiri yang melakuakn Islamisasi baik karena adanya motif ekonomi, sosial-budaya maupun politik.
3. Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang bukan dari Timur Tengah, Arab maupun Gujarat ataupun India tetapi dari daratan Cina, dimana pada abad ke-9 M banyak orang Muslim Cina di Kanton dan wilayah Cina Selatan yang mengungsi ke Jawa, sebagian ke Kedah dan Sumatera karena "pada masa pemrintahan Huan Chou terjadi penumpasan terhadap penduduk Kanton dan wilayah Cina Selatan yang mayoritas pendudknya beragama Islam" (Alqurtuby, 2003, hlm. 215).
Memang tidak dapat dipungkiri penagruh Cina sangat kental dalam arsitektur pada Masjid kuno di Demak, Banten. Selain itu perlu diketahui juga "pada abad ke-8 M s/d 11 M sudah ada pemukiman Arab Muslim di wilayah Cina dan di Campa yang memnag sudah mengadakan hubungan perdagangan dengan Indonesia" (Yusuf, 2006, hlm.42).
Pada teori Cina ini telah menunjukkan bahwa berdasarkan fakta sejarah dengan artefak-artefak yang antara alin terdapat arsitektur Masjid, juga memberikan gambaran hubungan antara Cina dan wilayah Indonesia memang sudah terjalin sebelum abad ke-7 M dan berdasarkan beberapa catatan sejarah, Raden Fatah sebagai sultan yang berperan dalam penyiaran agama Islam adalah keturunan Cina yang mempunyai nam Cina Jin Bun, Sunan Ampel atau Raden Rahmat nama Cinanya Bong Swi Hoo (de Graaf, 1998, hlm. Vii). Jadi teori ini memberikan juga gambaran bahwa Islam pun kemungkinan besar bersal dari daratan Cina.
4. Teori Persia
Dalam teori ini lebih menekankan pada Islam masuk ke Indonsia abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. Yang diungkapakan oleh Hosein Djajadininggrat (1963, hlm. 102) menyatakan bahwa :
"Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M di Sumatera yang berpusat di Samudera Pasai, pembawanya bersal dari Persia (Iran) dengan argumentasinya adanya persamaan budaya yang berkembang dikalangan masyarakat Indonesia dengan budayua yang ada di Persia seperti adanya peringatan 10 Muhram atau Asyura yang merupakan tradisi yang berkembang dalam masyarakat Syiah untuk memperingati hari kematian Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad. Di Sumatera Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro. Kemudian adanya persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh sufi Iran Syeikh Siti Jenar".
Teori ini ditunjang dengan pendapat Mueas dalam Boekhari (1971, hlm. 22) yang menyatakan "pada abad ke-5 M, pada masa raja-raja Sasanid, banyak orang-orang Persia dan ulamanya sperti Tajuddin al-Syirazi dan Syyaid Syarif al-ashbahani yang berada di Aceh dan kata Pasai bersal dari kata Persia". Sebagaimana pendapat dari Pijnapel mengatakan bahwa Islam di indonesia, "disamping dari Arab juga mendapat pengaruh dari Persia, dengan bukti adanya jalur perdagangan dari Teluk Persia ke Pantai Barat India dan terus menuju kawasan Asia Tenggara melalui selat Malaka" (Boekhari. 1971, hlm. 21).
Menyimak uraian di atas, dapatlah dipahami bagaimana masing-masing para sejarawan menyimpulkan dengan teori-teori yang dikemukakannya lebih banyak merefleksikan argumentasinya pada masalah masuknya Islam di Indonesia sebagai akibat dari adanya hubungan antara para pedagang Arab, India, Cina, Persia, yang didukung oleh letak geografis Indonesia yang sangat strategis sebagai jalur pelayaran dan perdagangan antar pedagang anatar pedagang tersebut, yang lebih terfokuskan pada wilayah ujung Barat dan Timur Sumatera karena daerah ini sebagai kota bandar yang harus disinggahi lebih dahulu sebelum selat Malaka menuju kawasan Asia Timur terutama daratan Cina.
Tentu keempat teori tersebut masing-masing memliki kebenaran dan kelemahannya. Dengan berbagai deskripsi yang dipaparkan maka Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13 sebagai kekuatan politik. Yang memegang peranan dalam penyebarannya adalah para pedagang bangsa Arab, Persia dan Gujarat (India) dan para pedagang Cina yang sudah memeluk ajaarn Islam.
Islam masuk ke Indonesia secara damai dan tanpa ada pergolakan apapun. Dengan cara yang demikian banyak masyarakat yang simpati dan menaruh perhati yang lebih terhadap agama Islam. Banyak sekali bentuk Islamisasi yang terjadi di Indonesia. Untuk itu kamu dapat membaca dan mempelajari keterangan di bawah ini.1. Melalui perdaganganKesibukan lalu lintas perdagangan abad ke-7 M hingga ke-16 M menjadikan para pedagang muslim ikut berpartisipasi didalamnya. Penyebaran Islam melalui jalur perdagangan ini sangat menguntungkan, karena para raja dan bangsawan turut ambil bagian dalam proses ini. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan para mullah-mullah dari negerinya sehingga jumlahnya semakin bertambah banyak. Dan karenanya anak-anak muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya. Di beberapa daerah yang bupatinya dari kerajaan Majapahit banyak yang masuk Islam. Hal ini bukan hanya dilandasi faktor politik, tetapi juga karena hubungan dagang dengan kaum muslim.2. Melalui pernikahanSecara ekonomi status sosial para pedagang muslim lebih tinggi dibanding penduduk pribumi. Sehingga puteri-puteri pribumi tertarik untuk menjadi istri saudagar muslim tersebut. Sebelum dinikahkan, tentunya mereka harus masuk Islam terlebih dahulu. Dengan pernikahan ini keturunan semakin banyak dan lingkungan semakin luas. Jalur pernikahan lebih menguntungkan ketika anak saudagar muslim menikah dengan anak bangsawan atau anak raja. Sebagaimana yang terjadi antara Sunan Ampel dengan Nyai Manila.3. Melalui tasawufTasawuf mengajarkan akan kelembutan budi. Mereka mengajarkan ilmu tasawuf yang digabungkan dengan budaya yang sudah ada. Ajaran tasawuf yang dikembangkan berupa memanfaatkan kekuatan magis dan memiliki kemampuan menyembuhkan orang lain. Tentunya atas izin Allah swt.4. Melalui pendidikanJalur ini dengan cara mendirikan pondok pesantren. Para penduduk pribumi dididik oleh para ulama' dengan pendidikan yang kuat dan diberi bekal segala ilmu agama. Setelah dirasa cukup, mereka disuruh kembali ke daerahnya dan diharuskan menyebarkan ilmu yang telah didapatkan dipesantren.5. Melalui kesenianYang paling terkenal adalah seni pertunjukan wayang. Dimana semua tokoh-tokoh Hindu dalam pewayangan diganti namanya dengan istilah Islam. Hal ini yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Selain itu juga bisa melalui seni kaligrafi, seni ukir dan seni bangunan.6. Melalui politikSaluran ini dengan cara mengislamkan rajanya terlebih dahulu. Kemudian baru rakyatnya mau memeluk agama Islam. Karena sabda raja adalah sabda Tuhan.
ISI DAN PEMBAHASAN
Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:
a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya juga terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.
Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan Islam, juga memperlihatkan adanya unsur akulturasi dari segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya istana Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala (Hindu).
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang. Untuk hiasan pada gapura.
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
.
5. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Anda pernah mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan.
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam, sebenarnya masih banyak contoh wujud akulturasi yang lain, untuk itu silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda, mencari wujud akulturasi dari berbagai pelaksanaan peringatan hari-hari besar Islam atau upacara-upacara yang berhubungan dengan keagamaan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berkembangnya kebudayaan islam di Kepulauan Indonesia telah menambah khasanah budaya nasional Indonesia, serta ikut memberikan dan menentukan corak kebudayaan bangsa Indonesia. Akan tetapi karena kebudyaan yang berkembang di Indonesia sudah begitu kuat di lingkungan masyarakat maka berkembangnya kebudayaan Islam tidak menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Dengan demikian, terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil proses akulturasi antara kebudayaan sebelum Islam dengan ketika Islam masuk tidak hanya berbentuk fisik kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir, dan karya sastra tetapi juga menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik lainnya.
Akulturasi Islam juga menunjukkan betapa besar sikap toleransi bangsa Indonesia terhadap kebudayaan dan agama yang masuk ke Indonesia. Walaupun bangsa Indonesia bersikap terbuka, mereka tetap memegang teguh kebudayaan asli Indonesia, Untuk itu, dalam dunia globalisasi seperti sekarang ini seharusnya bangsa Indonesia bias selektif dalam menerima kebudayaan asing agar bangsa Indonesia tetap memiliki kepribadian positif yang sudah ada sejak dulu dan dimiliki bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sejarah Indonesia kelas x kurikulum 2013/Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan-Jakarta
http://variansaramadhan.wordpress.com/2012/07/22/proses-islamisasi-di-indonesia/
https://id-id.facebook.com/permalink.php?story_fbid=10150387275621778&id=370369016777http://indonesianto07.wordpress.com/2008/11/09/perkembangan-dan-akulturasi-islam-di-indonesia/


Download Contoh makalah sejarah.docx

Download Now



Terimakasih telah membaca Contoh makalah sejarah. Gunakan kotak pencarian untuk mencari artikel yang ingin anda cari.
Semoga bermanfaat

banner
Previous Post
Next Post

Akademikita adalah sebuah web arsip file atau dokumen tentang infografi, presentasi, dan lain-lain. Semua pengunjung bisa mengirimkan filenya untuk arsip melalui form yang telah disediakan.

0 komentar: